Selasa, 16 Maret 2010


Manfaat sabun batangan



Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Wah….udah cukup lama nih gak pernah update halaman blog….maklumlah, akhir2 ni saya diterjang kesibukkan yang teramat sangat…jadi ya…..gak ada cukup waktu untuk meng update isi dari blog ini…ya…mungkin sekarang saatnya meng update halaman blog aku ini…semoga bermanfaat ya…

Kali ini aku ingin membahas tentang, sabun batangan alias sabun telephone. Pasti semua pada taukan sabun yang saya maksud ini….itu lho..sabun yang bentuknya emang seperti batangan…….
Mungkin kalian semua pada tau ya…lok zaman sekarang muncul berbagai produk2 sabun…baik itu sabun kecantikkan, sabun untuk mewangikan, sabun untuk apa aja deh….tambah lagi sabun untuk merapatkan anunya wanita….hahahaha……………….”apa ada ya…….duh ngarang aja nih….”
Sampai-sampai sabun batangan ini dilupakan dan ditinggalkan..”duh kaciaaaaaaaannn…”. Padahal manfaat dari sabun ini banyak banget lho……..ya kita membahas dua aja deh ya……gak usah banyak2 takut dosa….”apa hubungannya….????” Ya iyalah gak boleh membicarakan sesuatu secara berlebihan nanti timbul fitnah………kasihan sih sabunnya..wkwkwkwkwkw……..
Oke kita lanjut manfaat dari sabun batangan tersebut…manfaat pertama adalah :
Ternyata sabun tersebut bias memutihkan pakaian kamu yang berwarna putih…..gak kalah pokoknya sama sabun yang katanya bisa memutihkan pakaian anda kembali dan bisa saya jamin sabun batangan ini adalah sabun yang paaaaaaaaaaaaaaaaaaliiing baik untuk memutihkan pakaian kamu khususnya yang berwarna putih ya……..caranya…..
1.      Basahkan dulu pakaian kamu yang berwarna putih tersebut dengan air secukupnya aja…asal basaha aja….
2.      Lalu, kamu berikan pakaian putih tersebut dengan sabun batangan itu, kamu gosok2 deh pakaian itu dengan sabun batangan tersebut, seluruhnya harus kena ya…..
3.      Setelah digosok2, jangan langsung di brus tapi biarkan aja dulu dalam ember yang tidak berisi air selama paling tidak ya….setengah jamanlah atau satu jam (60 menit) paling tidak agar hasilnya maksimal.
4.      Setelah waktunya udah cukup, lalu kamu brus deh baju tersebut…aku jamin pasti putih deh..walaupun baju putih kamu itu da warna hitam alias gadeeell….hehehehe……..
5.      Jangan lupa di bilas pakai air bersih ya…jangan air got…..
Kamu2 terserah mau percaya atau tidak….mulanya aku juga gak percaya…..ini saran dari mama aku yang ada dirumah….aku sih mulanya cuek aja sama saran beliau….tapi dia tunjukkan padaku anaknya yang bandel ini langsung di depan mataku….aku kaget banget baju yang gak mungkin bisa putih lagi…eh…malah putih bersiiiih…banget seperti baru……emang sih tidak wangi tapikan yang penting hasilnya itu lho…aku bener2 gak nyangka…dan sekarang aku mulai berani memakai pakaian yang berwarna putih  dan aku juga bisa nyuci sendiri sekarang…..gak perlu takut noda yang membandel.;’’/……hehehe……(^_^)
Dan manfaat yang kedua…..katanya sih sabun ini bisa membersihkan wajah kita……ini masih katanya ya…soalnya aku juga belum mencobanya soalnya aku pulangnya sampai larut malem banget…..tapi aku tau caranya ko…walaupun tanpa pembuktian yang spesifik….ini caranya
1.      Basuh dulu wajah dirimu “ alah lebay”  ya dengan air pastinya……..
2.      Lalu gunakan deh sabun batangan tersebut ke wajah  kamu secara merata.
3.      Biarkan selama beberapa menit, kira-kira ya 30-60 menitlah….atau katanya sih lebih baik biarkan selama semalaman , bawa tidur gitu maksudnya….lalu paginya kamu bilas dengan air, emang sih agak ekstrem tapi ya…..inilah informasi yang saya dapatkan. Rasanya emang agak gatal2 gitu…mungkin itu prosesnya kali ya……..
Wajah kamu akan bersih..insya allah tapi ya….soalnya aku juga belum pernah coba……
Semoga informasi ini bermanfaat buat aku, kita dan juga mereka ya…..wassalamualaikum….

Senin, 04 Januari 2010

Tak perlu merayakan tahun baru


Tak perlu merayakan tahun baru
            Di penghujung tahun biasanya sangat berkesan. Ada dua kesan yang bisa kita miliki. Pertama, kita akan meninggalkan tahun yang sedang kita lalui. Kedua, akan menjemput tahun yang akan menghampiri kita. Kita akan meninggalkan semua kenangan manis dan pahit di tahun yang akan kita tinggalkan. Sembari tentunya berharap mengukir hari esok dengan lembaran sejarah baru yang akan kita buat dengan sejuta rencana.
            Seperti biasanya kita sering di buat sibuk untuk menyambut tahun baru tersebut. Berbagai acara dengan tema “OLD & NEW” digelar di berbagai tempat; hotel, diskotik, perkantoran, taman hiburan, termasuk di berbagai media massa, khususnya media elektronik.
            Jika ada tempat-tempat yang menggelar acara tersebut, maka biasanya para penghibur akan laris manis mendapat tawaran mengisi acara yang  yang digelar. Hamper semua artis berlomba untuk mendapat tawaran manggung. Tak ada bedanya dengan teman-teman artis lainnya, semua sibuk mendapatkan uang.
            Bahkan ada kesan jika seorang artis bisa tampil di acara tahun baru, itu namanya artis top. Apalagi jika yang minta dirinya untuk manggung rela antri, maka artis biasanya akan memasang tariff besar agar yang memesan bisa sukses memboyongnya ke tempat acara mereka. Saya kira hal itu merupakan bisnis yang menggiurkan. Sayapun menggidapkan untuk bisa mendapatkan kesempatan seperti itu.
            Namun, setelah saya belajar ngaji, saya mulai membatasi pergaulan dengan teman-teman artis. Bahkan ketika saya mulai mengenal dalam ajaran agama islam tentang hukum merayakan tahun baru, kian kuat tekad saya untuk tidak mau terlibat lagi dalam acara tersebut.
            Menurut guru ngaji saya waktu itu, tahun baru masehi yang sering dirayakan hampir oleh seluruh menghuni dunia ini adalah bukan berasal dari ajaran islam. Tahun baru masehi itu dirayakan oleh orang-orang yahudi untuk menyambut tahun baru mereka. Biasanya, orang yahudi ketika menyambut tahun baru adalah dengan meniup terompet beramai-ramai dan pawai keliling kota. Dalam islam tidak diajarkan sama sekali tradisi seperti itu.
            Wahai para remaja, saya hanya ingin berbagi pengalaman dalam masalah ini, dan sedikit menyampaikan apa yang saya ketahui tentang hal ini. Janganlah atas nama mengikuti tren, lalu kita menjerumuskan diri kepada kemaksiatan. Bukan jamannya lagi untuk mengikuti budaya yang sesat. Saatnya kita warnai hidup ini dengan nilai-nilai islam. Itu jauh lebih indah. Jadi, tak perlu merayakan tahun baru ya.?
            Lebih baik kita merenungi perjalanan yang telah kita lalui, sambil menyusun rencana untuk tahun depan yang lebih baik. Bahkan seharusnya kita selalu memperbaiki diri kita dari hari ke hari, tanpa harus menunggu akhir tahun. Terlebih jika hanya dilakukan dengan hura-hura. Kita selamatkan diri kita semua dengan berpegang teguh pada ajaran islam “kang hari mukti’

Jumat, 04 Desember 2009

SELAMAT HARI IBU....



MENJELANG HARI IBU
Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada leduanya “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia
(QS. Al-Isra’ :23-24)
FENOMENA MENYURUTNYA PERANAN ORANG TUA

Allah SWT berfirman :
“Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika seseorang diantara keduanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka ucapan yang mulia. Rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah, “wahai Tuhanku, kasihanilah mereka berdua sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” (QS. Al Isra’: 23-24)

            Seorang muslim yang di karuniai kecerdasan, meskipun sedikit, akan terkesima saat menyadari bahwa Allah SWT tidak mempertalikan amal ibadah lain dalam islam, seperti ketika Dia mempertalikan kepatuhan kepada kedua orang tua dengan ketaatan kepada Allah. Dalam pertalian tersebut, terdapat isyarat yang samar, bahwa seorang yang beriman, yang berbakti kepada orang tua, sesuai dengan kedudukan orang tua yang menjadi penyebab keberadaan dirinya dalam kehidupan ini, selayaknya lebih berbakti dalam menjalankan ibadah kepada Allah. Karena pada hakikatnya, Allah SWT yang menghadirkan dirinya dan kedua orang tuanya dalam kehidupan ini.
            Betapa kita amat membutuhkan sesuatu yang mampu membangkitkan nurani ini dari keterlelapan, sehingga kita sadar terhadap hak-hak orang tua yang harus di hormati dan dijunjung tinggi dengan sungguh-sungguh.
            Banyak para cerdik-pandai yang telah mengangkat tema ini, baik dalam ceramah, tulisan, film atau dalam bentuk syair. Pada awalnya, saya merasa tidak perlu lagi membahas tema serupa, karena sudah banyak penulis yang mengulas persoalan ini. Namun, saya akan mencoba mendekati permasalahan ini dari sudut pandang yang berbeda, yaitu dari aspek “menyurutnya peranan orang tua”

KITA DAN ORANG TUA

            Ayah dan ibu adalah asal usul adanya umat manusia. Keduanya memberikan yang terbaik kepada anak. Ayah member nafkah, sedangkan ibu melahirkan dan mencurahkan kasih sayang. Allah SWT telah menciptakan dan mewujudkan manusia, kemudian orang tualah yang melahirkan dan mendidiknya.
            Abdullah bin Abbas ra, sahabat besar yang berjuluk Tarjuman al Qur’an (penerjemah Al Qur’an), mengatakan, “ada tiga ayat yang selalu dipadukan dengan tiga ayat yang lainnya dan masing-masing selalu disebutkan bersama dengan ayat pasangannya.
1.      Firman Allah SWT,
Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul…
                                                                  (at-Taghabun [64]: 12
Siapa yang taat kepada Allah tetapi tidak taat kepada Rasul, maka taatnya tidak akan diterima.
2.      Firman Allah SWT,
Dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat…..(QS. Al-Baqarah[2]: 43)]
Siapa yang hanya melaksanakan shalat tanpa menunaikan kewajiban zakat, niscaya ibadah shalatnya tidak akan diterima.
3.      Firman Allah SWT,
….Bersyukurlah kepada-Ku dan kedua ibu bapakmu…..(QS. Luqman [31]: 14)
Siapa yang bersyukur kepada Allah namun tidak bersyukur kepada orang tua, maka syukurnya tidak akan diterima.

Oleh sebab itu, al Qur’an acapkali mengulang wasiatnya, berupa kewajiban setiap insane untuk berbakti dan berbuat baik kepada orang tua. Selain itu, al Qur’an memperingatkan agar jangan sampai seseorang berbuat durhaka atau berprilaku buruk pada keduanya, dengan cara apapun. Allah SWT berfirman,

Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua ibu bapakmu…. (an-Nisa [4]: 36)
Dan kami mewajibkan mannusia (berbuat) kebaikan kepada kedua ibu bapaknya….(al-Ankabut [29]: 8)
Ayat-ayat di atas menjelaskan penghargaan dan keutamaan orangtua dibandingkan dengan anak-anak mereka, terutama ibu. Ibulah yang merasakan penderitaan, rasa lelah, berat, menahan segala beban. Hal ini dialami oleh setiap wanita hamil. Ketika proses melahirkan, sang ibu berada dalam keadaan antara hidup dan mati, yang deritanya hanya bisa dirasakan oleh kaum wanita.
Dalam sunnah Rasulullah terdapat keterangan yang menegaskan kewajiban dan perintah berbakti kepada kedua orangtua serta larangan berbuat durhaka kepada keduanya.
Abdullah bin Amru bin al Ash menuturkan, “ seseorang datang menghadap Rasulullah seraya berkata, “aku datang, berjanji setia kepadamu untuk melakukan hijrah (pndah ke madinah), tetapi ayah dan ibuku menangisi kepergianku. Rasulullah bersabda, “ kembalilah kepada mereka, buatlah mereka tertawa sebagaimana engkau telah membuat mereka menagis.” (HR. para ahli hadits selain at-Tirmidzi)
Dalam al-Musnad, Imam Ahmad dan Ibnu Majah meriwayatkan dari Mu’awiyah bin Jahimah as Sulami, ia mengatakan bahwa ia meminta izin agar diperkenankan untuk ikut serta dalam berjihad bersama Rasulullah. Akan tetapi rasulullah memerintahkan dia untuk kembali mendampingi ibunya. Lantaran Mu’awiyah bersikeras ikut jihad, rasulullah bersabda kepadanya, “Rugilah kau, jangan engkau tinggalkan kedua kaki ibumu. Di sanalah surga berada.”
Dari cerita di atas dapatlah kita simpulkan, bahwa betapa kita harus menghormati orang tua, menyayangi dan selalu menjaganya dikala dia membutuhkan kita. Rasulullah sendiri melarang sahabatnya untuk berhijrah untuk berjihad kepada beliau, padahal sahabat memiliki perbuatan yang baik untuk membantu beliau, tapi karena orangtua dari para sahabatnya tidak meridhoi para sahabat, maka rasulullah melarang mereka untuk membantu beliau.
Kita lihat keadaan sekarang, dimana anak-anak tega melawan, menghardik orangtua mereka sendiri sehingga kedua orangtua mereka takut dengan anak-anaknya, Masya Allah.
Apalagi bila anak-anaknya menginjak remaja, yang mana sekarang para remaja bisa menentukan jalan hidup mereka, sesuka hati mereka tanpa adanya keridhoan dari orangtua mereka yang mengakibatkan para remaja sekarang terjerumus dalam dunia kegelapan, memakai narkoba, terlibat sex bebas dan lain sebagainya. Kita lihat di sekeliling kita, anak-anak masih terbilang SD sudah mengenal apa itu rokok, hingga merekapun telah bertindak seperti halnya orang dewasa.
Wahai, sahabat-sahabatku yang telah lupa akan dirinya sendiri, kembalilah kerumahmu, peluklah ibumu, sayangilah mereka, sayangilah keluargamu, sayangilah dirimu, ingatlah akan dirimu, dimana ibumu telah membesarkanmu dari kamu belum bisa melihat dunia, belum bisa menelan makanan, belum bisa berjalan, belum bisa mengenakan pakaian, hingga kamu dewasa seperti ini kedua orangtuamu selalu sabar dalam menjagamu, ingatlah itu. Tapi mengapa setelah kamu dewasa, kamu tega meninggalkan ibumu, melawan orangtuamu.
Kembalilah kepelukan ibumu…………..kembalilah kepada keluargamu…..

Ingatlah kisah dimana seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah, “wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak kuperlakukan dengan baik? Rasulullah benjawab, “IBUMU
Sahabat bertanya lagi, dan Rasulullah pun menjawab, “ibumu”, kemudian siapa ya rasulullah? Rasulullah menjawab lagi, “IBUMU”, sahabatpun bertanya lagi, lalu siapa? Rasulullah mengatakan, “Ayahmu”. Hadits ini mengandung pengetian bahwa kebaikan ibu, tiga kali lipat lebih besar dibandingkan dengan kebaikan seorang ayah. Lantaran penderitaan besar yang dialami oleh seorang ibu saat mengandung. Inilah keistimewaan yang hanya  dimiliki oleh seorang ibu. Kemudian bersama seorang ayah, ibu mendidik dan membesarkan anaknya.


Senin, 30 November 2009

Selamat Hari Raya Idul Adha........


Sunnatullah Kemenangan

Maka dirikanlah shalat dan berkorbanlah,
Sesungguhnya musuh akan hancur
(QS. Al Kautsar)

            Jika A bekerja selama 8 jam, dan B ingin mengalahkan prestasi A, maka Bharus bersungguh-sungguh dalam bekerja, bahkan lebih dari itu  dia harus dapat berkorban waktu dimana jika A bekerja selama 8 jam, maka dia harus bekerja lebih lama 1 atau 2 jam, sehingga prestasi kerja B akan lebih unggul daripada prestasi si A. ini merupakan sunnatullah dalam setiap kemenangan.
            Kunci kemenangan adalah bekerja dengan kesungguhan, dan berani berkorban. Dengan kesungguhan dan kesediaan diri berkorban itulah seseorang dapat mengalahkan musuh, lawan, godaan dan tantangan, sehingga dapat mencapai prestasi khalifah di muka bumi. Inilah sebenarnya pesan dan maksud yang tersirat dari ayat :
“Sesungguhnya kami telah memberikan kepadamu al kautsar, maka dirikanlah shalat kepada tuhanmu, dan berkorbanlah. Sesungguhnya dengan hal demikian, musuhmu akan hancur binasa.” (QS. Alkautsar: 1-3)
            Dalam kitab-kitab tafsir menyatakan bahwa, makna alkautsar ada 2 arti, pertama bermakna telaga kautsar di akhirat kelak. Kedua, alkautsar juga bermakna nikmat dan kebaikan yang banyak yang didapat oleh seseorang di dalam hidupnya di dunia ini, baik itu nikmat harta, nikmat kesehatan, nikmat ilmu, nikmat kekuasaan dan lain-lain. Nikmat tersebut merupakan modal bagi manusia untuk menjalani kehidupan. Siapa saja yang dapat memakai dan mempergunakan nikmat kesehatan, nikmat waktu, nikmat tenaga, nikmat harta, nikmat ilmu, nikmat kekuasaan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan perintah Allah dia akan mendapat kejayaan di dunia dan juga mendapatkan minum dari sungai alkautsar di akhirat nanti.
            Mempergunakan nikmat denga cara yang baik, berguna, dan bermanfaat bagi kehidupan diri dan manusia merupakan sikap mensyukuri nikmat. Tetapi jika nikmat disia-siakan, waktu dibuang-buang percuma, harta dihambur-hamburkan untuk hiburan, kekuasaan hanya untuk mencari popularitas dan kekayaan, maka seseorang itu itdak bersyukur kepada nikmat. Untuk itulah ayat selanjutnya memerintahkan manusia untuk memakai nikmat dengan cara yang baik, efektif, bermanfaat dunia dan akhirat. Perintah tersebut dinyatakan dalam ayat “shalli li rabbika”, maka dirikanlah shalat kepada tuhanmu.
            Cara bersyukur nikmat adalah dengan mendirikan shalat ritual kepada Tuhan yang telah memberikan nikmat, dilanjutkan dengan “shalat social” dengan cara mempergunakan harta kekayaan untuk keperluan hidup diri dan menolong manusia yang lain, mempergunakan tenaga dan badan untuk bersikap mulia, mempergunakan waktu dengan positif, mempergunakan kekuasaan untuk kemaslahatan rakyat, dan lain sebagainya.
            Dengan pemakaian nikmat sesuai dengan perintah Allah, dan menghindarkan diri dari segala yang tidak berguna, barulah seseorang itu menjadi manusia yang berkualitas, dan menjadi umat yang berprestasi. Sebagai contoh, umat islam zaman dahulu jika memiliki kekayaan maka mereka mempergunakan kekayaan itu untuk membangun sekolah, universitas, perpustakaan, rumah sakit, dan segala sesuatu yang bermanfaat bagi manusia yang lain. Itulah yang terjadi pada zaman kegemilangan Baghdad, Andalusia, Turki, Usmaniyah, dan lain sebagainya.
            Tetapi jika kekayaan itu hanya dipakai untuk mencari kesengan hidup, untuk bermewah-mewah maka umat tersebut tidak mempunyai kualitas dan prestasi.
            Lihat pada hari ini, sebagian umat islam memiliki kekayaan berlimpah-limpah tetapi kekayaan itu bukan dipakai untuk mendirikan sekolah, dan universitas yang bermutu, bukan untuk riset dan teknologi, bukan untuk membangun pusat peradaban bagi masyarakat; tetapi hanya dipergunakan untuk membangun dan mendirikan hotel-hotel mewah seperti al Buruj, atau dipakai untuk bersenang-senang seperti membuat bunga api yang melebihi olimpiade Beijing, dan lain sebagainya, maka akibatnya kekayaan umat islam yang begitu hebat tidak ada manfaatnya bagi kemajuan umat.
            Pada waktu yang sama, orang kafir, Negara bukan islam memiliki universitas yang sangat bermutu, pusat riset sehingga dapat mengeluarkan teknologi yang canggih, menguasai pusat media, informasi, persenjataan berkualitas, padahal kekayaan mereka kalah dibandingkan kekayaan Negara-negara petrodollar..dengan demikian kita dapat dikatakan mengapa umat islam kalah, sebab mereka baru melakukan shalat ritual, tetapi melakukan shalat social dalam mempergunakan nikmat yang Allah berikan kepada mereka.
            Syarat kedua dalam mencapai kemenangan adalah pengorbanan. Inilah maksud ayat al Qur’an “Wanhar”, dan berkorbanlah. Berkorban di sini bukan hanya berkorban menyembelih kambing, tetapi jika umat islam ingin mengalahkan musuh, ingin mencapai kemenangan maka ada kewajiban untuk mengorbankan harta kekayaan, ilmu pengetahuan, kekuasaan, waktu dakn kesehatan.semuanya harus dipergunakan untuk mencapai kejayaan umat secara bersama, bukan untuk kepentingan diri sendiri, bukan untuk kelompok dan partai, bukan untuk kesenangan diri sendiri, tetapi untuk kemaslahatan umat islam secara berjamaah, semuanya.
            Jika orang kaya telah mengorbankan hartanya untuk kepentingan pendidikan, ekonomi, teknologi umat, jika penguasa mengorbankan kekuasaannya untuk menegakkan hokum yang menguntungkan umat, jika professor dan ilmuan mempergunakan ilmunya untuk membangun teknologi dan inovasi umat, dan jika orang awam mempergunakan waktunya untuk menolong umat, barulah umat islam dapat mengalahkan musuh dan orang kafir. Itulah makanya ayat tersebut dilanjutkan dengan ayat “Inna syani’aka huwal abtar”, sesungguhnya musuh-musuh engkau akan hancur. Inilah syarat dan sunnatullah dalam mencapai kemenangan.
            Dari keterangna di atas marilah kita teliti mengapa umat islam belum menang, belum dapat mengalahkan musuh…? Sebab umat islam belum melakukan pengorbanan untuk perjuangan dan kemajuan umat. Umat islam belum berkorban waktu dengan cara mempergunakan waktu kepada hal yang positif lebih daripada pemakaian waktu orang kafir. Umat islam belum berkorban ilmu, melakukan riset dan pengkajian lebih daripada yang dilakukan oleh orang kafir. Umat islam belum mengorbankan kekayaan yang dimiliki untuk kepentingan umat islam yang lain. Malahan kekayaan umat islam dikeruk habis orang kafir untuk keuntunga mereka.
            Perpustakaan kongres Amerika yang sangat terkenal itu hanya dibiayai oleh seorang konglomerat yang merupakan donator tetap. Starbuck Coffe yang terbesar di seluruh dunia mempergunakan sebagian besar keuntungan untuk sumbangan kapada Negara Israel. Pada waktu yang sama umat islam hanya disibukkan dengan berkorban kambing atau sapi yang berharga ratusan ribu setiap tahun. Sedangkan dana untuk kepentingan umat, membangun ekonomi umat, membangun madrasa, universitas, perpustakaan, pusat riset dan teknologi, beasiswa bagi pelajar dan mahasisiwa cemerlang tidak mendapat perhatian dari umat islam.
            Mana pengorbanan kita untuk membantu kemiskinan umat..? mana pengorbanan kita untuk membantu mereka yang putus sekolah..? mana pengorbanan kita untuk pelajar muslim dan mahasiswa muslim yang cemerlang tetapi tidak mempunyai biaya untuk pendidikan..? mana pengorbanan kita untuk mendirikan pusat pelayanan kesehatan dengan membangun rumah sakit gratis, sekolah gratis, seperti yang dilakukan oleh orang kafir. Padahal Allah telah memberikan pedoman kepada kita bahwa kemenangan hanya dapat dicapai jika umat islam melakukan pengorbanan yang lebih besar daripada orang lain.
            Semoga Idul Adha kali ini bukan hanya sekedar melakukan shalat Ied dan menyembelih hewan qurban, tetapi memberikan kesadaran kepada kita untuk melakukan suatu pengorbanan dalam membangun kejayaan umat dimasa depan..inilah pelajaran dan maksud Hari Raya Idul Adha, Hari Raya Qurban. Seakan-akan Allah berkata kepada kita semua :
            “Wahai hamba-Ku…wahai umat Muhammad, wahai manusia, dalam tahun ini, Aku telah memberikan kepadamu nikmat kekayaan, nikmat kesehatan, nikmat kekuasaan, nikmat ilmu yang banyak…….wahai hambaKu, sudahkah engkau mempergunakan nikmat tersebut denga baik, sebagai sarana ibadah kepada Ku….,sudahkah engkau mempergunakan nikmat tersebut sebagai sarana pengorbanan demi kejayaan dan perjuangan umat melawan musuh-musuh kekafiran…? Jika engkau belum melakukannya, bagaimanakah engkau bisa menang untuk mengalahkan musuh-musuh Allah!
            Lihat tuh Allah bertanya kepada kita semua termasuk aku…..apa yang harus kita jawab coba…..Astagfirullah……padahal Allah telah berfirman lakukanlah shalat dan berkorbanlah….tapi lihat sekarang, apa yang telah kita, aku lakukan. Mugkinkah umat islam akan terpuruk nantinya….Ya Allah kami berlindung kepada Mu…dari segala kebodohan umatMu…………….!

            Pelajaran Dari Mina
“Allah tidak menerima daging dan darah hewan Qurban, tetapi Allah hanya menerima ketakwaan kamu”

            Mina berasal dari akar kata “Muna” yang bermakna harapan. Mina adalah tempat bagi jamaah haji untuk meontar jumrah. Mina adalah gambaran bahwa umat Islam dalam mencapai harapan dan kemenangan harus melakukan perjuangan melawan segala bentuk kebatilan. Perjuangan tersebut dilambangkan dengan melontar batu pada tiga jumrah, Jumrah Ula, Jumrah Wustha dan Jumrah Aqabah.
            Melontar jumrah ini bermakna bahwa dalam menghadapi kehidupan, manusia akan mendapat godaan baik itu godaan syaitan maupun godaan hawa nafsu. Jika manusia ingin berhasil, maka dia harus dapat melawan godaan tersebut sebagaimana dia melontarkan batu masuk ke dalam lubang-lubang jumrah. Godaan itu akan datang dalam berbagai bentuk. Ada godaan yang besar, ada godaan yang sedang, dan ada godaan yang kecil, sama halnya ada tiga tempat melontar, Jumrah Aqabah, Jumrah Ula, dan Jumrah Wustha.
            Godaan syaitan dan godaan nafsu itu akan datang berulang kali, seperti halnya orang melakukan ibadah haji harus melontar jumrah berulang kali, yaitu pada hari ke 9, 10, 11 Dzulhijjah bagi yang melakukan nafar awal dan ditambah satu hari lagi bagi yang melakukan nafar Tsani.
            Godaan syaitan dan dunia akan datang dalam kehidupan kita berulang kali, maka kita juga harus dapat melontar godaan syaitan, melontar musush-musuh islam, melontar nafsu keduniaan itu berulang kali sehingga hidup yang penuh perjuangan untuk melakukan perintah tuhan dapat lulus dari segala godaan dan tantangan.
            Tantangan musuh-musuh kafir, godaan syaitan dan dunia serta nafsu tersebut hanya dapat dilawan dengan kekuatan iman. Itulah sebabnya dalam melontar jumrah kita ucapkan “Bissmillahi Allahu Akbar”. Jamaah haji sewaktu melontar batu kepada jumrah hendaklah melontar dengan penuh keimanan bukan dengan emosi dan nafsu. Sewaktu melontar jumrah, kita tidak melontar tiang dengan emosi, tetapi melontar untuk memasukkan batu ke dalam lubang. Ini bermakna untuk mencapai keberhasilan, manusia harus dapat membuang nafsu dan syaitan dari dalam dirinya, karena selama nafsu dan syaitan masih berada dalam badan, manusia tidak akan dapat melakukan ibadah dengan baik, juga tidak akan dapat melakukan kerja dengan baik, apalagi untuk membantu orang lain dengan penuh kasih sayang.
            Sewaktu melontar jumrah, sebenarnya kita sedang melontar dan membuang nafsu dari dalam diri kita masing-masing, membuang rasa ego di dalam dada, dan melontar syaitan yang datang menggoda di dalam hati kita.
            Dengan melontar batu ke dalam lubang jumrah juga memberikan pelajaran bagi umat islam bahwa dalam menghadapi musuh-musuh islam, menghadapi orang kafir yang selalu mengganggu umat islam, maka umat islam perlu mempunyai senjata iman dan senjata teknologi (dilambangkan dengan batu), dan umat islam diharapkan dapat memakai senjata tersebut dengan baik, sahingga dapat memberikan ketakutan ppada musuh, sebagaimana pesan dalam ayat Al Qur’an:

            “Dan persiapkanlah segala sesuatu yang kamu mampu untuk menghadapi mereka (orang kafir) dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) dapat menggentarkan musuh-musuh Allah, musuh-musuhmu, dan orang yang tidak kamu ketahui” (QS. Al Anfal:60)

            perjuangan menghadapi musuh tersebut harus dilakukan dengan segala potensi. Untuk hari ini kita memerlukan batu-batu teknologi, batu-batu ekonomi, batu-batu media, batu-batu intelektual, batu pemikiran dan batu-batu budaya. Seperti halnya dalam melontar jumrah, umat islam diperbolehkan melontar dari atas. Dalam lontaran tersebut yang penting masuk ke dalam lubang, jangan sampai batu keluar atau mengenai jemaah haji yang lain.
            Demikian juga umat islam dalam melakukan perjuangan dan perlawanan kepada musuh yang satu, dan harap dijaga jangan sampai lontaran terkena kepada sesama umat islam atau kelompok umat islam yang lain.
            Mari berbagi tugas dalam menghadapi serangan musuh, bukan saling merasa lebih dari kelompok yang lain. Perjuangan melawan musuh harus dilakukan bertahap sebagaimana dalam melontar jumrah. Ada jumrah Ula, ada jumrah wustha dan ada jumrah Aqabah. Berarti dalam melawan musuh umat islam harus mengenal kekuatan dan strategi musuh, ada yang bersifat ringan, ada musuh yang sedang dan ada musuh yang besar.
            Demikian juga dalam menghadapi godaan syaitan dan hawa nafsu, ada godaan kecil, sedang ataupun godaan besar. Perjuangan dan perlawanan terhadap musuh dan syaitan itu tidak boleh berhenti, sebab mereka akan menyerang dan menghancurkan umat islam dengan berbagai cara dan dalam program yang berkesinambungan.
            Dalam melontar jumrah, umat islam perlu dilakukan beberapa kali, dalam beberapa hari. Pertama kali hadapi musuh yang terbesar secara serentak, sebab itu sebaik dating ke Mina jamaah haji melontar jumrah Aqabah, tanpa Ula dan Wustha. Tetapi hari selanjutnya melakukan jumrah Ula, Wustha dan Aqabah, sebab perjuangan dan perlawanan diperlukan tahapan dan berkesinambungan.
            Demikian juga dalam perjuangan dan perlawanan tersebut diperlukan program-program yang saling terkait dengan pembagian kerja yang rapi, sebagaimana dalam melontar jumrah di Mina ada sebagian jamaah yang melakukan nafar awwal (melontar hanya pada 10, 11, dan 12 Dzulhijjah), dan sebagian lain pada nafar Sani (menambah 1 hari 13 Dzulhijjah). Ini bermakna umat islam dalam perjuangan memerlukan pembagian kerja dan program yang terencana, dimana ada program jangka pendek (nafar awal), dan program jangka panjang (nafar sani).
            Jika seandainya umat islam melakukan perjuangan dan perlawanan seperti manajemen lontar jumrah, insya Allah harapan umat untuk mencapai kemenangan (Muna) akan tercapai.
            Setelah melontar jumrah, jamaah haji disunatkan untuk menyembelih qurban. Ini merupakan pendidikan bahwa dalam menghadapi hidup di dunia dan mendapatkan kebahagiaan hidup di akhirat kelak, manusia harus siap untuk melakukan pengorbanan.
            Tiada kemenangan tanpa perjuangan, dan tiada perjuangan tanpa pengorbanan. Tiada kejayaan tanpa pengorbanan. Pengorbanan diperlukan dalam setiap perjuangan kehidupan, baik pengorbanan waktu, harta, pemikiran, dan jiwa. Inilah kunci kejayaan seorang manusia dalam menghadapi tantangan kehidupan.
            Pengorbanan individu untuk perjuangan umat (bikan perjuangan kelompok) merupaka kunci kemenangan untuk mengalahkan musuh, sepert tersirat dalam ayat:
“Sesungguhnya kami telah memberikan nikmat yang banyak, maka dirikanlah shalat, dan berkorbanlah, sesungguhnya musuh kamu akan hancur”.
            Dari ayat di atas, ada sebuah pesan yang sangant penting bahwa kekuatan musuh akan hancur juka umat islam telah berani berkorban apa saja yang dimilikinya untuk perjuangan melawan kebatilan. Menyembelih kurban hanya merupakan latihan untuk selalu mengorbankan apa saja yang dia miliki setelah pulang dari menunaikan ibadah haji.
            Umat islam memerlukan pengorbanan dari setiap individu dengan kapasitas dan profesi masing-masing. Perjuangan dan pengorbanan dalam bidang pendidikan, bidang ekonomi, budaya, media, pemikiran, politik, bidang ilmu dan teknologi, merupakan syarat untuk mencapai kemenangan di masa depan.
            Setiap individu, setiap kelompok, setiap partai, setiap ormas, setiap lembaga, harus melakukan “ amal jama’i” dan jaringan kerja sama untuk menghadapi segala rancangan dan strategi musuh dengan penuh perjuangan yang terancang dan pengorbanan sebagaimana yang disampaikan oleh ritual melontar jumrah di Mina.
            Semoga pelajaran Mina dapat memberikan kesadaran kepada setiap individu dan kelompok dalam memberikan sumbangan kepada perjuangan islam di masa mendatang.


Khutbah Arafah
Haji itu adalah arafah
            Pada tanggal 25 Dzulqaedah tahun ke 10 Hijriah, Rasulullah keluar dari Madinah untuk mengerjakan haji ke kota Mekkah. Inilah ibadah haji yang pertama dan yang terakhir dilaksanakan oleh Rasulullah. Hikmah dari padanya, mengapa hanya sekali saja Rasulullah melakukan ibadah haji dalam hidupnya, sebagai makna bahwa ibadah haji hanya sekali saja diwajibkan dalam seumur hidup, dan haji selanjutnya merupakan ibadah sunat.
            Ada perbedaan pendapat dikalangan perawi hadits tentang cara Nabi Muhammad SAW melakukan haji. Ahli Madinah berpendapat bahwa Nabi melakukan ibadah haji ifrad (umrah dan haji dilakukan secara bersamaan), sedangkan perawi yang lain menyatakan bahwa Nabi melakukan haji Qiran (haji dahulu lalu umrah), sedangkan yang lain berpendapat Nabi melakukan haji tamattu (umrah dahulu lalu haji).
            Perbedaan riwayat ini, untuk memberikan pelajaran bagi kita bahwa cara haji yang manapun dilakukan, nilainya adalah sama, tergantung pada niat, dan penghayatan pelaksanaan ibadah haji. Yang paling utama bagaimana dapat menghayati ibadah tersebut, sehingga setelah haji dapat menjadi haji yang mabrur, dalam arti manusia yang selalu berbuat baik untuk dirinya dan orang lain, sebagai wujud penghambaan kepoada Allah.
            Haji adalah Arafah.
Maksud wukuf adalah berhenti sejenak untuk merenunggi diri, bertafakkur dan bermuhasabah, baik itu terhadap persoalan diri sendiri, ataupun persoalan umat islam seluruhnya.
Wukuf adalah bertafakkur memikirkan program untuk diri sendiri dan umat manusia yang lain. Program ini dapat dilakukan setelah seseorang dapat menilai kehidupan yang dilaluinya, mengenal dirinya, mengenal persoalan hidup yang dihadapinya, mengenal segala problematika umat secara menyeluruh, kemudian melihat dimana kelemahan dan kekuatan individual dan umat islam seluruhnya.
            Kelemahan, kesalahan, dan kekurangan baik itu secara individual dan jamaah harus diakui dan diminta pengampunan dengan istighfar dan taubat, sedangkan harapan-harapan harus dilakukan dengan do’a dan munajat. Inilah makna wukuf di Arafah.
            Dapat dikatakan bahwa wukuf di Arafah adalah perkumpulan umat islam seluruh dunia untuk mengevaluasi diri dan umat islam secara menyeluruh, menudian merencanakan program-program umat islam secara menyeluruh dengan membangun sinergi kerja secara bersama, menggabungkan seluruh potensi umat, baik dalam bidang ekonomi, pengetahuan, masyarakat dan sebagainya.
            Agar program tersebut dapat terarah, maka dalam wukuf di Arafah tersebut, seorang khalifah harus memberikan pengarahan-pengarahan sebagai kata kunci dan panduan bagi seluruh umat. Pandangan dan kata kunci itulah yang disebut khutbah Arafah.
            Pada waktu rasulullah SAW sampai di padang Arafah, beliau mengucapkan khutbah Arafah sbb:
“Wahai manusia, dengarkanlah apa yang hencak aku katakan. Mungkin sehabis tahun ini, aku tidak bertemu lagi dengan kalian di tempat ini untuk selama-lamanya. Hai manusia.., sesungguhnya darah dan harta mu adalah suci begimu (yakni tidak boleh dinodai oleh siapapun juga), seperti hari dan bulan yang suci sekarang ini di negerimu. Ketahuilah, sesungguhnya segala bentuk prilaku dan tindakan jahiliah tidak boleh berlaku lagi. Tindakan menuntut balas atas kematian seseorang sebagaimana yang berlaku di zaman jahiliyah juga tidak boleh berlaku lagi. Tindakan pembalasan jahiliyah seperti itu yang pertama kali kunyatakan tidak berlaku ialah tindakan pembalasan atas kematian Rabi bin Harist.
Kemudian Nabi melanjutkan:
“Riba jahiliyah tidak berlaku lagi, dan riba yang pertama kali kunyatakan tidak berlaku adalah riba Abbas bin Abdul Muthalib. Sesungguhnya segala macam riba tidak boleh berlaku lagi.
Wahai manusia, dinegeri kalian ini syaitan sudah putus harapan sama sekali untuk dapat disembah lagi. Akan tetapi syaitan itu masih tetap menginginkan yang lain. Syaitan itu akan merasa puas jika kamu melakukan perbuatan yang hina, sebab itu hendaklah kalian jaga baik-baik agamamu ini.
Wahai manusia, sesungguhnya menunda berlakunya bulan suci akan menambah besarnya kekufuran, dengan itulah orang-orang kafir menjadi tersesat. Pada tahun yang satu mereka langgar, dan pada tahun yang lain mereka sucikan untuk disesuaikan dengan hitungan yang telah ditetapkan kesuciannya oleh Allah, kemudian mereka meghalalkan apa yang diharamkan oleh Allah, dan mengharamkan apa yang telah dihalalkan.
“Sesungguhnya zaman berputar, seperti keadaannya pada waktu Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun adalah 12 bulan, empat bulan diantaranya adalah bulan-bulan suci, tiga bulan berturut-turut Dzulqaedah, Dzulhijjah, dan Muharram. Bulan rajab adalah antara bulan Jumadil akhir dan Sya’ban.
Wahai manusia..takutlah kepada Allah dalam memperlakukan kaum wanita, karena kalian mengambil mereka sebagai amanah Allah dan kehormatan. Mereka dihalalkan bagimu dengan nama Allah. Sesungguhnya kamu mempunyai hak atas istrimu, dan mereka mempunyai hak atas dirimu. Hak kalian atas mereka adalah mereka sama sekali tidak boleh memasukkan orang lain yang tidak kamu sukai kedalam rumahmu. Jika mereka melakukan hal itu, maka pukullah yang tidak membahayakan. Sedangkan hak mereka atas dirimu adalah kamu harus memberikan nafkah dan pakaian kepada mereka dengan baik. Maka perhatikannlah perkataanku ini, wahai manusia, sesungguhnya aku telah sampaikan.
Aku tinggalkan sesuatu padamu, jika kalian pegang teguh, kalian tidak akan tersesat selama-lamanya, yaitu Kitabullah dan sunnah Nabi-Nya.
Wahai manusia, dengarkanlah dan taatnlah kalian, sekalipun kamu akan diperintah oleh seorang hamba sahaya dari Habsyah yang berhidung pesek, selama dia menjalankan kitabullah kepada kalian.
Wahai manusia, berlaku baiklah kalian kepada budak-budakmu, berilah mereka makan apa yang kamu makan, dan berilah mereka pakaian dari jenid pakaian yang kalian pakai. Jika mereka melakukan suatu kesalahan yang tidak dapat kamu maafkan, juallah budak-budak tersebut dan janganlah kamu menyiksa mereka.
Wahai manusia, dengarkanlah perkataanku dan perhatikannlah. Kalian tahu bahwa setiap muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, dan semua kaum muslimin adalah bersaudara. Seseorang tidak dibenarkan mengambil dari saudaranya kecuali yang telah diberikan padanya dengan senang hati, karena itu janganlah kamu menganiaya diri sendiri (melakukan kezaliman).
Ya Allah…sudahkah aku sampikan. Wahai manusia, kalian akan menemui Allah, maka janganlah kalian menjadi sesat sepeninggalku nanti, dan janganlah sebagian kamu memukul tengkuk sebagian yang lain. Hendaklah orang yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir, barangkali sebagian orang yang menerima khabar (tidak langsung) lebih mengerti daripada orang yang mendengarkan secara langsung. Kalian akan ditanya tentang aku, maka apakah yang hendak kamu katakana…? Mereka menjawab : “ kami bersaksi, bahwa engkau telah menyampaikan risalah, telah menunaikan amanah dan memberi nasihat.” Kemudian seraya menunjuk kea rah langit dengan jari telunjuknya, nabi bersabda sebanyak tiga kali: “Ya Allah, saksikanlah…” (Said Ramadhana Buthi, Sirah Nabawiyah, 2000)

            Dari khutbah Arafah yang dibacakan Nabi dalam haji wada’ (haji terakhir) tersebut, beliau mewasiatkan sesuatu hal yang penting dalam kehidupan manusia sepanjang zaman. Pertama, Nabi menyatakan bahwa inilah pertemuan terakhir bagi dirinya dan umatnya di Arafah, berarti bahwa ini merupakan pengarahan dan wasiat yang terakhir didengar oleh seluruh umat islam. Ini juga melambangkan bahwa nilai khutbah di Arafah, adalah khutbah dan wasiat yang perlu dijadikan pegangan dalam kehidupan. Arafah bukan hanya sekedar acara ritual semata, tetapi merupakan awal penentuan sikap hidup untuk tahun mendatang. Jika dalam suatu Negara, ada pidato kenegaraan setiap hari kemerdekaan yang membicarakan program dan rencana Negara. Jika masyarakat dunia ada pidato awal tahun setiap tahun baru, maka inilah pidato dab rencangan tahunan bagi umat islam sedunia. Sebaiknya setiap orang yang sedang wukuf di Arafah menyusun program untuk menjadi manusia yang mabrur, dan menjadikan umat islam menjadi khairu ummah, masyarajat terbaik dalam segala bidang kehidupan.
Kedua, dalam khutbah Arafah, Nabi menekankan masalah keadilan hokum dan saling menghargai hak-hak asasi manusia, sehingga setiap orang harus dapat menjaga kehormatan orang lain, dan Negara lain. Keadilan dan persamaan hak dalam hokum dengan menghormati yang lain merupakan asas kedamaian ditengah masyarakat.
Ketiga, Nabi menekankan keadilan ekonomi dengan meninggalkan riba, sebab riba adalah bentuk kezaliman ekonomi, sehingga dengan riba sikaya menzalimi si miskin, si pemilik modal menzalimi si peminkam, sebab itu rasulullah menyatakan riba dengan segala bentuknya, wajib dihilangkan. Tetapi lihatlah sekarang, dunia penuh dengan riba, sehingga tiada sistem keuangan tanpa riba, malahan dengan bunga uang demikian tinggi sehingga Negara miskin tambah miskin, dan Negara kaya semakin kaya. Untuk itu, dalam menegakkan ekonomi, bunga dan riba wajib dihapuskan.
Keempat, nabi menegaskan masalah kewajiban manusia untuk memelihara kehormatan dan hak-hak wanita serta keluarga. Sebab, kehancuran masyarakat jika wanita dan keluarga tidak mendapat perhatian sepenuhnya. Hak dan kewajiban istri, suami, anak, saudara, merupakan asas bagi terciptanya keluarga sakinah, mawaddah warahmah.
Kelima, nabi menegaskan ketaatan dalam bernegara selama pemimpin dalam kebenaran, walaupun dipimpin seorang hamba sahaya yang hitam dari Habsyah. Berarti supremasi hokum bukan ditangan penguasa tetapi ditangan sistem yang bersumber dari al Qur’an.
Keenam, nabi menegaskan sikap ukhuwah dan sinergi dalam segala hal, sehingga potensi jamaah dapat dikembangkan dengan kerjasama dan ukhuwah.
Ketujuh, nabi mengingatkan apapun sikap hidup yang kita lakukan, semuanya akan dipertanggungjawabkan di depan Allah, baik dalam masalah ritual, masalah ekonomi, sosial, keluarga dan masalah Negara.
            Hal-hal yang rasulullah sampaikan ini, merupakan inti persoalan dunia sampai hari ini, dari keadilan hokum, keadilan ekonomi dan keadilan berkeluarga serta Negara, dan hidup berdampingan membina persaudaraan dan ukhuwah.
            Semoga dengan datangnya hari idul adha, mengingatkan kita untuk tetap menjaga amanah dan wasiat nabi dalam khutbah Arafah ini. Inilah pesan Arafah, dan dasar-dasar menjadi haji yang mabrur.

Aplikasi Haji  dalam Kehidupan
Dan sempurnakan haji dan umrah karena Allah
(QS Al Baqarah : 187)


      Banyak orang menyangka bahwa ibadah haji hanya bersifat ritual, padahal Quran menyuruh kita mencari hikmah dibalik haji dan umrah untuk dijadikan model hidup yang sempurna , sebagaimana dinyatakan dalam al Quran.
“Dan serukanlah kepada manusia untuk melakukan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki dan mengendarai unta dari segenap penjuru yang jauh, agar mereka dapat menyaksikan manfaat”(QS. Al Haj : 27-28)
      Dalam ayat ini Allah menyuruh umat manusia unyuk melakukan haji dan melihat serta memperhatikan manfaat, hikmah daripada prosesi ibadah haji tersebut. Dengan demikian dalam prosesi ibadah umrah dan haji manusia harus dapat mengambil pelajaran, pendidikan, strategi, falsafah hidup, sehingga menjadi individu yang sempurna, dan menjadi umat dan jamaah yang terbaik, pribadi terbaik inilah yang harus dibuktikan dalam sikap sehingga dapat menjadi “insan  mabrur”, baik mabrur secara individu, dan secara sosial berjamaah.
Untuk mendapatkan mabrur tersebut,beberapa langkah yang perlu dilakukan:
1.Ihram: Kesucian diri dengan mengontrol keinginan dan nafsu.
      Langkah pertama untuk menjadi manusia sempurna adalah keupayaan diri untuk mengontrol diri, dari keinginan dan hawa nafsu.Dalam ihram seseorang diharamkan  dari memakai sepatu yang halal. Ini merupakan gambaran bahwa seorang individu harus dapat mengontrol antara keperluan dan keinginan.
      Seorang yang sukses adalah individu yang dapat melihat antara keperluan dan keinginan. Berarti ihram adalah bagaimana seseorang mengontrol diri dari memakai kekayaan yang berlebihan, memakai kekuasaan semau-gue, memakai sesuatu milik dengan tidak berguna, mubazir, dan lain-lain.
      Pribadi yang  ihram adalah pribadi yang selalu memakai waktu dengan sebaik-baiknya, bukan untuk permainan dan hiburan, mempergunakan kekayaan dengan sebaik-baiknya, bukan berbelanja sepuas-puasnya, selalu memperhatikan mana yang merupakan keperluan (need) dan mana yang bersifat keinginan (want), terhindar dari sifat “mubazir” dan “langa” (perbuatan, perkatan sia-sia). Inilah kunci dan syarat utama untuk menjadi manusia mabrur, manusia sempurna.
2. Thawaf: hidup dalam lingkaran ibadah.
      Thawaf adalah mengelilingi ka’bah 7 kali. Ini merupakan gambaran dari setiap individu yang ingin mencapai titik kesempurnaan hidup agar dapat menjadikan seluruh kegiatan dan aktivitasnya dalam rangka ibadah, pendekatan diri kepada tuhan.
      Thawaf juga bermakna bahwa segala gerak dan langkah hanya dilakukan dalam kerangka syariah, hukum0hukum dan perintah tuhan. Thawaf juga bermakna selalu melihat dan memperhatikan (muhasabah) diri apakah seluruh aktivitas keduniaan kita dari belajar, mengajar, berniaga, berpolitik, berbudaya, apakah sudah dalam kerangka hokum-hukum Allah dan bertujuan mendekatkan diri kepada Allah.
      Demikianlah makna thawaf dalam kehidupan sehingga seluruh langkah merupakan bagian dari pendekatan diri kepada tuhan, sehingga aktivitas tersebut bukan saja merupakan asset dunia tetapi menjadi asset untuk kehidupan lebih panjang dan kekal di akhirat kelak.
3. Sa’I : Meningkatkan etos kerja sebagai khalifah.
      Manusia mendapat tugas menjadi khalifah di muka bumi, sehingga seluruh kekayaan alam dapat menjadi modal yang berguna bagi kehidupan manusia. Khalifah adalah menguasai bumi, dengan kerja keras. Itulah yang digambarkan dalam ibadah sa’I, berjalan dan berlari-lari kecil dari bukit safa menuju bukit marwa. Sudah menjadi sunnatullah, siapa yang mempunyai etos kerja yang tinggi, maka dia akan menguasai bumi, baik dia itu seorang muslim, kafir, atau atheis.
      Penguasaan dunia tidak mungkin didapat denga beribadah, berzikir, dan berdoa semata, tetapi harus dikuasai dengan ilmu, kerja, yang professional, disiplin dan ketabahan, dengan manajemen yang rapi, dan semangat pantang menyerah. Masyarakat muslim terdahulu menjadi masyarakat  khalifah sebab menguasai ilmu dan teknologi yang dicontohkan oleh Ibnu Sina dalam bidang kedokteran, Al Khawarizmi dalam bidang matematika, Ibnu Haytam dalam bidan optic, Ibnu Majid dalam bidang maritime. Ini semua disebabkan mereka mempunyai semangat etos kerja yang tinggi, semangat ibadah sai, semangat untuk menguasai kehidupan dunia sebagaiaplikasi tugas khalifa Allah dimuka bumi.
      Dengan aplikasi ibadah sai dalam kehidupan inilah maka umat islam terdahulu menjadi umat teladan, umat tebaik, berprestasi dalam segala bidang, yang tercatat dengan catatan emas sejarah kemanusiaan.
4. Tahalul: Pelayanan sosial secara individual.
 Tahalul adalah menggunting rambut. Kekayaan, ilmu, kuasa yang dimiliki seseorang dengan semangat sa’I harus dapat di “Tahalul” kan dalam arti seluruh kepandaian, keilmuan, pemikiran, kerja politik, kerja ekonomi, harus dapat menjadi sumbangsih kepada individu yang lain, sehingga seorang ilmuwan akan mendapat pahala jariah dari teori keilmuan yang dihasilkan.
      Seorang teknokrat dapat pahala jariah dari terobosan politiknya, dan seorang pengusaha dapat pahala jariah dari sumbangan sedekah, infaq dari kekayaan yang dimilikinya.
5.Wukuf: Menggalang potensi dan jaringan, menyusun langkah dan program umat mengatur strategi, manghadapi  tanangan dan masa depan. Wukuf adalah berhenti. Wukuf berarti individu muslim yang telah berprestasi diobidang masing-masing diharapkan berhenti sejenak, bukan berhanti untuk tidak berkarya, tetapi berhenti untuk menyatukan langkah, manggalang jaringan dan potensi, menyusun program untuk menghadapi tantangan dabn masa depan.
      Wukuf berarti membentk jaringan interdisiplin. Wukuf berarti membangun kerjasama antar kelompok umat,antar jamaah, antar firqah’ menyusun program bersama untuk satu tahun mendatang. Wukuf adalah kongres umat islam sedunia dalam bidang dan profesi masing-masing.
6.Muzdalifah : Persiapan menghadapi ancaman dan tantangan.
      Dari proses wukuf maka umat islam harus dapat melihat apa saja tantangan internal maupun eksternal.Ancaman dan tantangan tersebut harus dihadapi dengan kekuatan lahir dan batin.Kekuatan jiwa dan batin dengan mendekatkan diri kepada Allah,melakukan qiyamul lail, bermunajat kepadaNya, seperti mengambil batu di Muzdalifah dilakukan di malam hari lewat tengah malam, bukan disiang hari. Tetapi kekuatan batin harus diikuti dengan kekuatan lahir, yaitu mempergunakan senjata apapun yang mungkin dapat dipakai sesuai dengan bentuk tantangan mencari batu, melaambangkan manusia melawan kekuatan lawan, baik dengan inovasi teknologi dan sistem;
      Dengan semangat batu di Muzdalifah berarti umat islam harus mempersiapkan diri dengan kekuatan ilmu dan teknologi, kekuatan ekonomi, kekuatan budaya, kekuatan politik dan kekuatan militer sehingga umat islam tidak dipermainkan oleh umat yang lain, sebagaimana yang terjadi selama ini, di Irak, Palestina, Kashmir, Kurdistan, dll.
7.Melontar Jumrah Di Mina : Semangat perjuangan setelah dari Muzdalifah, jamaah haji akan berangkat menuju Mina untuk melontar Jumrah. Sebaik sampai, jamaah melontar Jumrah Aqabah, dan hari-hari selanjutnya melontar Jumrah Ula, Jumrah Wustha, dan Jumrah Aqabah.
Apakah maksud dan hikmah dari melontar Jumrah tersebut?
      Melontar jumrah adalah lambang perjuangan yang harus dilakukan oleh umat islam secara bersama, dengan bidang profesi, kepakaran masing-masing dengan memakai kekuatan yang dimiliki. Semuanya harus ikut berperan dalam perjuangan umat dengan profesi masing-masing. Perjuangan tersebut harus dilakukan dengan teratur dan berkesinambungan, sebagaimana melontar jumrah dilakukan dengan teratur dari jumrah ula, jumrah wustha, dan jumrah aqabah, dan berkesinambungan dari hari pertama, kedua dan ketiga.
      Perjuangan juga harus mempersiapkan generasi penerus, sebagaimana melontar jumrah dapat dilakukan dengan nafar awwal atau juga dengan nafar tsani. Ini menunjukkan setiap perjuangan harus memiliki estafet, yang berkesinambungan dari satu generasi ke generasi selanjutnya.
8. Menyembelih qurban : Pengorbanan.
      Pejuangan yang dilakukan baik secara individu, apalagi secara kolektif, dalam segala bidang di atas, memerlukan pengorbanan yang tinggi. Tanpa pengorbanan yang tinggi mustahil suatu perjuangan akan berhasil, sebagaimana diungkapkan dalam al Qur’an :
“sesungguhnya Kami telah memberikan nikmat yang banyak. Maka lakukanlah shalat dan berqurbanlah. Sesungguhnya (dengan pengorbanan tersebut) maka musuh engkau akan hancur” (QS. Al Kautsar: 1-3)
      Dari ayat di atas dapat dilihat bahwa pengorbanan merupakan syarat untuk dapat mengalahkan pertahanan dan kekuatan musuh.
      Demikianlah nilai-nilai ibadah umrah dan haji yang harus menjadi pedoman umat islam dalam proses mencapai kesempurnaan hidup baik, secara individu maupun secara berjamaah.
      Dengan melakukan semua langkah diatas maka seorang muslim dapat menjadi manusia yang mabrur, individu yang berkualitas dan umat islam menjadi umat yang mabrur, umat teladan.
Selamat Hari Raya Idul Adha