Wah….udah cukup lama nih gak pernah
update halaman blog….maklumlah, akhir2 ni saya diterjang kesibukkan yang
teramat sangat…jadi ya…..gak ada cukup waktu untuk meng update isi dari blog
ini…ya…mungkin sekarang saatnya meng update halaman blog aku ini…semoga
bermanfaat ya…
Kali
ini aku ingin membahas tentang, sabun batangan alias sabun telephone. Pasti semua
pada taukan sabun yang saya maksud ini….itu lho..sabun yang bentuknya emang
seperti batangan…….
Mungkin
kalian semua pada tau ya…lok zaman sekarang muncul berbagai produk2 sabun…baik
itu sabun kecantikkan, sabun untuk mewangikan, sabun untuk apa aja deh….tambah
lagi sabun untuk merapatkan anunya wanita….hahahaha……………….”apa ada ya…….duh
ngarang aja nih….”
Sampai-sampai
sabun batangan ini dilupakan dan ditinggalkan..”duh kaciaaaaaaaannn…”. Padahal manfaat
dari sabun ini banyak banget lho……..ya kita membahas dua aja deh ya……gak usah
banyak2 takut dosa….”apa hubungannya….????” Ya iyalah gak boleh membicarakan
sesuatu secara berlebihan nanti timbul fitnah………kasihan sih
sabunnya..wkwkwkwkwkw……..
Oke
kita lanjut manfaat dari sabun batangan tersebut…manfaat pertama adalah :
Ternyata
sabun tersebut bias memutihkan pakaian kamu yang berwarna putih…..gak kalah
pokoknya sama sabun yang katanya bisa memutihkan pakaian anda kembali dan bisa
saya jamin sabun batangan ini adalah sabun yang paaaaaaaaaaaaaaaaaaliiing baik
untuk memutihkan pakaian kamu khususnya yang berwarna putih ya……..caranya…..
1.Basahkan
dulu pakaian kamu yang berwarna putih tersebut dengan air secukupnya aja…asal
basaha aja….
2.Lalu,
kamu berikan pakaian putih tersebut dengan sabun batangan itu, kamu gosok2 deh
pakaian itu dengan sabun batangan tersebut, seluruhnya harus kena ya…..
3.Setelah
digosok2, jangan langsung di brus tapi biarkan aja dulu dalam ember yang tidak
berisi air selama paling tidak ya….setengah jamanlah atau satu jam (60 menit)
paling tidak agar hasilnya maksimal.
4.Setelah
waktunya udah cukup, lalu kamu brus deh baju tersebut…aku jamin pasti putih
deh..walaupun baju putih kamu itu da warna hitam alias gadeeell….hehehehe……..
5.Jangan
lupa di bilas pakai air bersih ya…jangan air got…..
Kamu2
terserah mau percaya atau tidak….mulanya aku juga gak percaya…..ini saran dari
mama aku yang ada dirumah….aku sih mulanya cuek aja sama saran beliau….tapi dia
tunjukkan padaku anaknya yang bandel ini langsung di depan mataku….aku kaget
banget baju yang gak mungkin bisa putih lagi…eh…malah putih bersiiiih…banget
seperti baru……emang sih tidak wangi tapikan yang penting hasilnya itu lho…aku
bener2 gak nyangka…dan sekarang aku mulai berani memakai pakaian yang berwarna
putih dan aku juga bisa nyuci sendiri
sekarang…..gak perlu takut noda yang membandel.;’’/……hehehe……(^_^)
Dan
manfaat yang kedua…..katanya sih sabun ini bisa membersihkan wajah kita……ini
masih katanya ya…soalnya aku juga belum mencobanya soalnya aku pulangnya sampai
larut malem banget…..tapi aku tau caranya ko…walaupun tanpa pembuktian yang
spesifik….ini caranya
1.Basuh
dulu wajah dirimu “ alah lebay” ya
dengan air pastinya……..
2.Lalu
gunakan deh sabun batangan tersebut ke wajah kamu secara merata.
3.Biarkan
selama beberapa menit, kira-kira ya 30-60 menitlah….atau katanya sih lebih baik
biarkan selama semalaman , bawa tidur gitu maksudnya….lalu paginya kamu bilas
dengan air, emang sih agak ekstrem tapi ya…..inilah informasi yang saya
dapatkan. Rasanya emang agak gatal2 gitu…mungkin itu prosesnya kali ya……..
Wajah
kamu akan bersih..insya allah tapi ya….soalnya aku juga belum pernah coba……
Semoga
informasi ini bermanfaat buat aku, kita dan juga mereka ya…..wassalamualaikum….
Di
penghujung tahun biasanya sangat berkesan. Ada dua kesan yang bisa kita miliki. Pertama,
kita akan meninggalkan tahun yang sedang kita lalui. Kedua, akan menjemput
tahun yang akan menghampiri kita. Kita akan meninggalkan semua kenangan manis dan
pahit di tahun yang akan kita tinggalkan. Sembari tentunya berharap mengukir
hari esok dengan lembaran sejarah baru yang akan kita buat dengan sejuta
rencana.
Seperti
biasanya kita sering di buat sibuk untuk menyambut tahun baru tersebut.
Berbagai acara dengan tema “OLD & NEW” digelar di berbagai tempat; hotel,
diskotik, perkantoran, taman hiburan, termasuk di berbagai media massa, khususnya media
elektronik.
Jika ada
tempat-tempat yang menggelar acara tersebut, maka biasanya para penghibur akan
laris manis mendapat tawaran mengisi acara yang
yang digelar. Hamper semua artis berlomba untuk mendapat tawaran
manggung. Tak ada bedanya dengan teman-teman artis lainnya, semua sibuk
mendapatkan uang.
Bahkan ada
kesan jika seorang artis bisa tampil di acara tahun baru, itu namanya artis
top. Apalagi jika yang minta dirinya untuk manggung rela antri, maka artis
biasanya akan memasang tariff besar agar yang memesan bisa sukses memboyongnya
ke tempat acara mereka. Saya kira hal itu merupakan bisnis yang menggiurkan.
Sayapun menggidapkan untuk bisa mendapatkan kesempatan seperti itu.
Namun,
setelah saya belajar ngaji, saya mulai membatasi pergaulan dengan teman-teman
artis. Bahkan ketika saya mulai mengenal dalam ajaran agama islam tentang hukum
merayakan tahun baru, kian kuat tekad saya untuk tidak mau terlibat lagi dalam
acara tersebut.
Menurut
guru ngaji saya waktu itu, tahun baru masehi yang sering dirayakan hampir oleh
seluruh menghuni dunia ini adalah bukan berasal dari ajaran islam. Tahun baru
masehi itu dirayakan oleh orang-orang yahudi untuk menyambut tahun baru mereka.
Biasanya, orang yahudi ketika menyambut tahun baru adalah dengan meniup
terompet beramai-ramai dan pawai keliling kota.
Dalam islam tidak diajarkan sama sekali tradisi seperti itu.
Wahai para
remaja, saya hanya ingin berbagi pengalaman dalam masalah ini, dan sedikit
menyampaikan apa yang saya ketahui tentang hal ini. Janganlah atas nama
mengikuti tren, lalu kita menjerumuskan diri kepada kemaksiatan. Bukan jamannya
lagi untuk mengikuti budaya yang sesat. Saatnya kita warnai hidup ini dengan
nilai-nilai islam. Itu jauh lebih indah. Jadi, tak perlu merayakan tahun baru
ya.?
Lebih baik
kita merenungi perjalanan yang telah kita lalui, sambil menyusun rencana untuk
tahun depan yang lebih baik. Bahkan seharusnya kita selalu memperbaiki diri
kita dari hari ke hari, tanpa harus menunggu akhir tahun. Terlebih jika hanya
dilakukan dengan hura-hura. Kita selamatkan diri kita semua dengan berpegang
teguh pada ajaran islam “kang hari mukti’
Maka
sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada leduanya “ah” dan janganlah kamu
membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia
(QS.
Al-Isra’ :23-24)
FENOMENA
MENYURUTNYA PERANAN ORANG TUA
Allah SWT berfirman :
“Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah
selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan
sebaik-baiknya. Jika seseorang diantara keduanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya “ah”
dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka ucapan yang
mulia. Rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah, “wahai Tuhanku, kasihanilah mereka berdua sebagaimana mereka berdua
telah mendidik aku waktu kecil.” (QS. Al Isra’: 23-24)
Seorang
muslim yang di karuniai kecerdasan, meskipun sedikit, akan terkesima saat
menyadari bahwa Allah SWT tidak mempertalikan amal ibadah lain dalam islam,
seperti ketika Dia mempertalikan kepatuhan kepada kedua orang tua dengan
ketaatan kepada Allah. Dalam pertalian tersebut, terdapat isyarat yang samar,
bahwa seorang yang beriman, yang berbakti kepada orang tua, sesuai dengan
kedudukan orang tua yang menjadi penyebab keberadaan dirinya dalam kehidupan
ini, selayaknya lebih berbakti dalam menjalankan ibadah kepada Allah. Karena
pada hakikatnya, Allah SWT yang menghadirkan dirinya dan kedua orang tuanya
dalam kehidupan ini.
Betapa kita
amat membutuhkan sesuatu yang mampu membangkitkan nurani ini dari keterlelapan,
sehingga kita sadar terhadap hak-hak orang tua yang harus di hormati dan
dijunjung tinggi dengan sungguh-sungguh.
Banyak para
cerdik-pandai yang telah mengangkat tema ini, baik dalam ceramah, tulisan, film
atau dalam bentuk syair. Pada awalnya, saya merasa tidak perlu lagi membahas
tema serupa, karena sudah banyak penulis yang mengulas persoalan ini. Namun,
saya akan mencoba mendekati permasalahan ini dari sudut pandang yang berbeda,
yaitu dari aspek “menyurutnya peranan orang tua”
KITA
DAN ORANG TUA
Ayah dan
ibu adalah asal usul adanya umat manusia. Keduanya memberikan yang terbaik
kepada anak. Ayah member nafkah, sedangkan ibu melahirkan dan mencurahkan kasih
sayang. Allah SWT telah menciptakan dan mewujudkan manusia, kemudian orang
tualah yang melahirkan dan mendidiknya.
Abdullah
bin Abbas ra, sahabat besar yang berjuluk Tarjuman
al Qur’an (penerjemah Al Qur’an), mengatakan, “ada tiga ayat yang selalu
dipadukan dengan tiga ayat yang lainnya dan masing-masing selalu disebutkan
bersama dengan ayat pasangannya.
1.Firman
Allah SWT,
Taatlah
kepada Allah dan taatlah kepada Rasul…
(at-Taghabun
[64]:
12
Siapa yang taat kepada Allah
tetapi tidak taat kepada Rasul, maka taatnya tidak akan diterima.
2.Firman
Allah SWT,
Dirikanlah
shalat dan tunaikanlah zakat…..(QS. Al-Baqarah[2]: 43)]
Siapa yang hanya melaksanakan
shalat tanpa menunaikan kewajiban zakat, niscaya ibadah shalatnya tidak akan
diterima.
3.Firman
Allah SWT,
….Bersyukurlah kepada-Ku dan kedua ibu bapakmu…..(QS. Luqman [31]:
14)
Siapa yang bersyukur kepada
Allah namun tidak bersyukur kepada orang tua, maka syukurnya tidak akan
diterima.
Oleh sebab itu, al Qur’an
acapkali mengulang wasiatnya, berupa kewajiban setiap insane untuk berbakti dan
berbuat baik kepada orang tua. Selain itu, al Qur’an memperingatkan agar jangan
sampai seseorang berbuat durhaka atau berprilaku buruk pada keduanya, dengan
cara apapun. Allah SWT berfirman,
Sembahlah Allah dan janganlah
kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua ibu
bapakmu…. (an-Nisa [4]: 36)
Dan kami mewajibkan mannusia
(berbuat) kebaikan kepada kedua ibu bapaknya….(al-Ankabut [29]: 8)
Ayat-ayat di atas menjelaskan
penghargaan dan keutamaan orangtua dibandingkan dengan anak-anak mereka,
terutama ibu. Ibulah yang merasakan penderitaan, rasa lelah, berat, menahan
segala beban. Hal ini dialami oleh setiap wanita hamil. Ketika proses
melahirkan, sang ibu berada dalam keadaan antara hidup dan mati, yang deritanya
hanya bisa dirasakan oleh kaum wanita.
Dalam sunnah Rasulullah
terdapat keterangan yang menegaskan kewajiban dan perintah berbakti kepada
kedua orangtua serta larangan berbuat durhaka kepada keduanya.
Abdullah bin Amru bin al Ash
menuturkan, “ seseorang datang menghadap Rasulullah seraya berkata, “aku
datang, berjanji setia kepadamu untuk melakukan hijrah (pndah ke madinah),
tetapi ayah dan ibuku menangisi kepergianku. Rasulullah bersabda, “ kembalilah
kepada mereka, buatlah mereka tertawa sebagaimana engkau telah membuat mereka
menagis.” (HR. para ahli hadits selain at-Tirmidzi)
Dalam al-Musnad, Imam Ahmad dan
Ibnu Majah meriwayatkan dari Mu’awiyah bin Jahimah as Sulami, ia mengatakan
bahwa ia meminta izin agar diperkenankan untuk ikut serta dalam berjihad
bersama Rasulullah. Akan tetapi rasulullah memerintahkan dia untuk kembali
mendampingi ibunya. Lantaran Mu’awiyah bersikeras ikut jihad, rasulullah
bersabda kepadanya, “Rugilah kau, jangan engkau tinggalkan kedua kaki ibumu. Di
sanalah surga berada.”
Dari cerita di atas dapatlah
kita simpulkan, bahwa betapa kita harus menghormati orang tua, menyayangi dan
selalu menjaganya dikala dia membutuhkan kita. Rasulullah sendiri melarang
sahabatnya untuk berhijrah untuk berjihad kepada beliau, padahal sahabat
memiliki perbuatan yang baik untuk membantu beliau, tapi karena orangtua dari
para sahabatnya tidak meridhoi para sahabat, maka rasulullah melarang mereka
untuk membantu beliau.
Kita lihat keadaan sekarang,
dimana anak-anak tega melawan, menghardik orangtua mereka sendiri sehingga
kedua orangtua mereka takut dengan anak-anaknya, Masya Allah.
Apalagi bila anak-anaknya
menginjak remaja, yang mana sekarang para remaja bisa menentukan jalan hidup
mereka, sesuka hati mereka tanpa adanya keridhoan dari orangtua mereka yang
mengakibatkan para remaja sekarang terjerumus dalam dunia kegelapan, memakai
narkoba, terlibat sex bebas dan lain sebagainya. Kita lihat di sekeliling kita,
anak-anak masih terbilang SD sudah mengenal apa itu rokok, hingga merekapun
telah bertindak seperti halnya orang dewasa.
Wahai, sahabat-sahabatku yang
telah lupa akan dirinya sendiri, kembalilah kerumahmu, peluklah ibumu,
sayangilah mereka, sayangilah keluargamu, sayangilah dirimu, ingatlah akan
dirimu, dimana ibumu telah membesarkanmu dari kamu belum bisa melihat dunia,
belum bisa menelan makanan, belum bisa berjalan, belum bisa mengenakan pakaian,
hingga kamu dewasa seperti ini kedua orangtuamu selalu sabar dalam menjagamu,
ingatlah itu. Tapi mengapa setelah kamu dewasa, kamu tega meninggalkan ibumu,
melawan orangtuamu.
Kembalilah kepelukan ibumu…………..kembalilah
kepada keluargamu…..
Ingatlah kisah dimana seorang
sahabat bertanya kepada Rasulullah, “wahai Rasulullah, siapakah orang yang
paling berhak kuperlakukan dengan baik? Rasulullah benjawab, “IBUMU”
Sahabat bertanya lagi, dan Rasulullah pun menjawab, “ibumu”, kemudian siapa ya rasulullah?
Rasulullah menjawab lagi, “IBUMU”,
sahabatpun bertanya lagi, lalu siapa? Rasulullah mengatakan, “Ayahmu”. Hadits
ini mengandung pengetian bahwa kebaikan ibu, tiga kali lipat lebih besar
dibandingkan dengan kebaikan seorang ayah. Lantaran penderitaan besar yang
dialami oleh seorang ibu saat mengandung. Inilah keistimewaan yang hanya dimiliki oleh seorang ibu. Kemudian bersama
seorang ayah, ibu mendidik dan membesarkan anaknya.
Jika A
bekerja selama 8 jam, dan B ingin mengalahkan prestasi A, maka Bharus
bersungguh-sungguh dalam bekerja, bahkan lebih dari itu dia harus dapat berkorban waktu dimana jika A
bekerja selama 8 jam, maka dia harus bekerja lebih lama 1 atau 2 jam, sehingga
prestasi kerja B akan lebih unggul daripada prestasi si A. ini merupakan
sunnatullah dalam setiap kemenangan.
Kunci
kemenangan adalah bekerja dengan kesungguhan, dan berani berkorban. Dengan
kesungguhan dan kesediaan diri berkorban itulah seseorang dapat mengalahkan
musuh, lawan, godaan dan tantangan, sehingga dapat mencapai prestasi khalifah
di muka bumi. Inilah sebenarnya pesan dan maksud yang tersirat dari ayat :
“Sesungguhnya kami telah memberikan kepadamu al kautsar,
maka dirikanlah shalat kepada tuhanmu, dan berkorbanlah. Sesungguhnya dengan
hal demikian, musuhmu akan hancur binasa.” (QS. Alkautsar: 1-3)
Dalam
kitab-kitab tafsir menyatakan bahwa, makna alkautsar ada 2 arti, pertama
bermakna telaga kautsar di akhirat kelak. Kedua, alkautsar juga bermakna nikmat
dan kebaikan yang banyak yang didapat oleh seseorang di dalam hidupnya di dunia
ini, baik itu nikmat harta, nikmat kesehatan, nikmat ilmu, nikmat kekuasaan dan
lain-lain. Nikmat tersebut merupakan modal bagi manusia untuk menjalani
kehidupan. Siapa saja yang dapat memakai dan mempergunakan nikmat kesehatan,
nikmat waktu, nikmat tenaga, nikmat harta, nikmat ilmu, nikmat kekuasaan dengan
sebaik-baiknya sesuai dengan perintah Allah dia akan mendapat kejayaan di dunia
dan juga mendapatkan minum dari sungai alkautsar di akhirat nanti.
Mempergunakan
nikmat denga cara yang baik, berguna, dan bermanfaat bagi kehidupan diri dan
manusia merupakan sikap mensyukuri nikmat. Tetapi jika nikmat disia-siakan,
waktu dibuang-buang percuma, harta dihambur-hamburkan untuk hiburan, kekuasaan
hanya untuk mencari popularitas dan kekayaan, maka seseorang itu itdak
bersyukur kepada nikmat. Untuk itulah ayat selanjutnya memerintahkan manusia
untuk memakai nikmat dengan cara yang baik, efektif, bermanfaat dunia dan
akhirat. Perintah tersebut dinyatakan dalam ayat “shalli li rabbika”, maka
dirikanlah shalat kepada tuhanmu.
Cara
bersyukur nikmat adalah dengan mendirikan shalat ritual kepada Tuhan yang telah
memberikan nikmat, dilanjutkan dengan “shalat social” dengan cara mempergunakan
harta kekayaan untuk keperluan hidup diri dan menolong manusia yang lain,
mempergunakan tenaga dan badan untuk bersikap mulia, mempergunakan waktu dengan
positif, mempergunakan kekuasaan untuk kemaslahatan rakyat, dan lain
sebagainya.
Dengan
pemakaian nikmat sesuai dengan perintah Allah, dan menghindarkan diri dari
segala yang tidak berguna, barulah seseorang itu menjadi manusia yang
berkualitas, dan menjadi umat yang berprestasi. Sebagai contoh, umat islam
zaman dahulu jika memiliki kekayaan maka mereka mempergunakan kekayaan itu
untuk membangun sekolah, universitas, perpustakaan, rumah sakit, dan segala
sesuatu yang bermanfaat bagi manusia yang lain. Itulah yang terjadi pada zaman
kegemilangan Baghdad, Andalusia,
Turki, Usmaniyah, dan lain sebagainya.
Tetapi jika
kekayaan itu hanya dipakai untuk mencari kesengan hidup, untuk bermewah-mewah
maka umat tersebut tidak mempunyai kualitas dan prestasi.
Lihat pada
hari ini, sebagian umat islam memiliki kekayaan berlimpah-limpah tetapi
kekayaan itu bukan dipakai untuk mendirikan sekolah, dan universitas yang
bermutu, bukan untuk riset dan teknologi, bukan untuk membangun pusat peradaban
bagi masyarakat; tetapi hanya dipergunakan untuk membangun dan mendirikan
hotel-hotel mewah seperti al Buruj, atau dipakai untuk bersenang-senang seperti
membuat bunga api yang melebihi olimpiade Beijing, dan lain sebagainya, maka
akibatnya kekayaan umat islam yang begitu hebat tidak ada manfaatnya bagi
kemajuan umat.
Pada waktu
yang sama, orang kafir, Negara bukan islam memiliki universitas yang sangat
bermutu, pusat riset sehingga dapat mengeluarkan teknologi yang canggih,
menguasai pusat media, informasi, persenjataan berkualitas, padahal kekayaan
mereka kalah dibandingkan kekayaan Negara-negara petrodollar..dengan demikian
kita dapat dikatakan mengapa umat islam kalah, sebab mereka baru melakukan
shalat ritual, tetapi melakukan shalat social dalam mempergunakan nikmat yang
Allah berikan kepada mereka.
Syarat
kedua dalam mencapai kemenangan adalah pengorbanan. Inilah maksud ayat al
Qur’an “Wanhar”, dan berkorbanlah. Berkorban di sini bukan hanya berkorban
menyembelih kambing, tetapi jika umat islam ingin mengalahkan musuh, ingin
mencapai kemenangan maka ada kewajiban untuk mengorbankan harta kekayaan, ilmu
pengetahuan, kekuasaan, waktu dakn kesehatan.semuanya harus dipergunakan untuk
mencapai kejayaan umat secara bersama, bukan untuk kepentingan diri sendiri,
bukan untuk kelompok dan partai, bukan untuk kesenangan diri sendiri, tetapi
untuk kemaslahatan umat islam secara berjamaah, semuanya.
Jika orang
kaya telah mengorbankan hartanya untuk kepentingan pendidikan, ekonomi,
teknologi umat, jika penguasa mengorbankan kekuasaannya untuk menegakkan hokum
yang menguntungkan umat, jika professor dan ilmuan mempergunakan ilmunya untuk
membangun teknologi dan inovasi umat, dan jika orang awam mempergunakan
waktunya untuk menolong umat, barulah umat islam dapat mengalahkan musuh dan
orang kafir. Itulah makanya ayat tersebut dilanjutkan dengan ayat “Inna
syani’aka huwal abtar”, sesungguhnya musuh-musuh engkau akan hancur. Inilah
syarat dan sunnatullah dalam mencapai kemenangan.
Dari
keterangna di atas marilah kita teliti mengapa umat islam belum menang, belum
dapat mengalahkan musuh…? Sebab umat islam belum melakukan pengorbanan untuk
perjuangan dan kemajuan umat. Umat islam belum berkorban waktu dengan cara
mempergunakan waktu kepada hal yang positif lebih daripada pemakaian waktu
orang kafir. Umat islam belum berkorban ilmu, melakukan riset dan pengkajian
lebih daripada yang dilakukan oleh orang kafir. Umat islam belum mengorbankan
kekayaan yang dimiliki untuk kepentingan umat islam yang lain. Malahan kekayaan
umat islam dikeruk habis orang kafir untuk keuntunga mereka.
Perpustakaan
kongres Amerika yang sangat terkenal itu hanya dibiayai oleh seorang
konglomerat yang merupakan donator tetap. Starbuck Coffe yang terbesar di
seluruh dunia mempergunakan sebagian besar keuntungan untuk sumbangan kapada
Negara Israel.
Pada waktu yang sama umat islam hanya disibukkan dengan berkorban kambing atau
sapi yang berharga ratusan ribu setiap tahun. Sedangkan dana untuk kepentingan
umat, membangun ekonomi umat, membangun madrasa, universitas, perpustakaan,
pusat riset dan teknologi, beasiswa bagi pelajar dan mahasisiwa cemerlang tidak
mendapat perhatian dari umat islam.
Mana
pengorbanan kita untuk membantu kemiskinan umat..? mana pengorbanan kita untuk
membantu mereka yang putus sekolah..? mana pengorbanan kita untuk pelajar
muslim dan mahasiswa muslim yang cemerlang tetapi tidak mempunyai biaya untuk
pendidikan..? mana pengorbanan kita untuk mendirikan pusat pelayanan kesehatan
dengan membangun rumah sakit gratis, sekolah gratis, seperti yang dilakukan
oleh orang kafir. Padahal Allah telah memberikan pedoman kepada kita bahwa
kemenangan hanya dapat dicapai jika umat islam melakukan pengorbanan yang lebih
besar daripada orang lain.
Semoga Idul
Adha kali ini bukan hanya sekedar melakukan shalat Ied dan menyembelih hewan
qurban, tetapi memberikan kesadaran kepada kita untuk melakukan suatu
pengorbanan dalam membangun kejayaan umat dimasa depan..inilah pelajaran dan
maksud Hari Raya Idul Adha, Hari Raya Qurban. Seakan-akan Allah berkata kepada
kita semua :
“Wahai
hamba-Ku…wahai umat Muhammad, wahai manusia, dalam tahun ini, Aku telah
memberikan kepadamu nikmat kekayaan, nikmat kesehatan, nikmat kekuasaan, nikmat
ilmu yang banyak…….wahai hambaKu, sudahkah engkau mempergunakan nikmat tersebut
denga baik, sebagai sarana ibadah kepada Ku….,sudahkah engkau mempergunakan
nikmat tersebut sebagai sarana pengorbanan demi kejayaan dan perjuangan umat
melawan musuh-musuh kekafiran…? Jika engkau belum melakukannya, bagaimanakah
engkau bisa menang untuk mengalahkan musuh-musuh Allah!
Lihat tuh
Allah bertanya kepada kita semua termasuk aku…..apa yang harus kita jawab
coba…..Astagfirullah……padahal Allah telah berfirman lakukanlah shalat dan
berkorbanlah….tapi lihat sekarang, apa yang telah kita, aku lakukan. Mugkinkah
umat islam akan terpuruk nantinya….Ya Allah kami berlindung kepada Mu…dari
segala kebodohan umatMu…………….!
Pelajaran Dari Mina
“Allah tidak menerima daging dan darah hewan Qurban, tetapi
Allah hanya menerima ketakwaan kamu”
Mina
berasal dari akar kata “Muna” yang
bermakna harapan. Mina adalah tempat bagi jamaah haji untuk meontar jumrah.
Mina adalah gambaran bahwa umat Islam dalam mencapai harapan dan kemenangan
harus melakukan perjuangan melawan segala bentuk kebatilan. Perjuangan tersebut
dilambangkan dengan melontar batu pada tiga jumrah, Jumrah Ula, Jumrah Wustha
dan Jumrah Aqabah.
Melontar
jumrah ini bermakna bahwa dalam menghadapi kehidupan, manusia akan mendapat
godaan baik itu godaan syaitan maupun godaan hawa nafsu. Jika manusia ingin
berhasil, maka dia harus dapat melawan godaan tersebut sebagaimana dia
melontarkan batu masuk ke dalam lubang-lubang jumrah. Godaan itu akan datang
dalam berbagai bentuk. Ada
godaan yang besar, ada godaan yang sedang, dan ada godaan yang kecil, sama
halnya ada tiga tempat melontar, Jumrah Aqabah, Jumrah Ula, dan Jumrah Wustha.
Godaan
syaitan dan godaan nafsu itu akan datang berulang kali, seperti halnya orang
melakukan ibadah haji harus melontar jumrah berulang kali, yaitu pada hari ke
9, 10, 11 Dzulhijjah bagi yang melakukan nafar awal dan ditambah satu hari lagi
bagi yang melakukan nafar Tsani.
Godaan
syaitan dan dunia akan datang dalam kehidupan kita berulang kali, maka kita
juga harus dapat melontar godaan syaitan, melontar musush-musuh islam, melontar
nafsu keduniaan itu berulang kali sehingga hidup yang penuh perjuangan untuk
melakukan perintah tuhan dapat lulus dari segala godaan dan tantangan.
Tantangan
musuh-musuh kafir, godaan syaitan dan dunia serta nafsu tersebut hanya dapat
dilawan dengan kekuatan iman. Itulah sebabnya dalam melontar jumrah kita
ucapkan “Bissmillahi Allahu Akbar”.
Jamaah haji sewaktu melontar batu kepada jumrah hendaklah melontar dengan penuh
keimanan bukan dengan emosi dan nafsu. Sewaktu melontar jumrah, kita tidak
melontar tiang dengan emosi, tetapi melontar untuk memasukkan batu ke dalam lubang.
Ini bermakna untuk mencapai keberhasilan, manusia harus dapat membuang nafsu
dan syaitan dari dalam dirinya, karena selama nafsu dan syaitan masih berada
dalam badan, manusia tidak akan dapat melakukan ibadah dengan baik, juga tidak
akan dapat melakukan kerja dengan baik, apalagi untuk membantu orang lain
dengan penuh kasih sayang.
Sewaktu
melontar jumrah, sebenarnya kita sedang melontar dan membuang nafsu dari dalam
diri kita masing-masing, membuang rasa ego di dalam dada, dan melontar syaitan
yang datang menggoda di dalam hati kita.
Dengan
melontar batu ke dalam lubang jumrah juga memberikan pelajaran bagi umat islam
bahwa dalam menghadapi musuh-musuh islam, menghadapi orang kafir yang selalu
mengganggu umat islam, maka umat islam perlu mempunyai senjata iman dan senjata
teknologi (dilambangkan dengan batu), dan umat islam diharapkan dapat memakai
senjata tersebut dengan baik, sahingga dapat memberikan ketakutan ppada musuh,
sebagaimana pesan dalam ayat Al Qur’an:
“Dan persiapkanlah segala sesuatu yang kamu
mampu untuk menghadapi mereka (orang kafir) dan dari kuda-kuda yang ditambat
untuk berperang (yang dengan persiapan itu) dapat menggentarkan musuh-musuh
Allah, musuh-musuhmu, dan orang yang tidak kamu ketahui” (QS. Al Anfal:60)
perjuangan menghadapi
musuh tersebut harus dilakukan dengan segala potensi. Untuk hari ini kita
memerlukan batu-batu teknologi, batu-batu ekonomi, batu-batu media, batu-batu
intelektual, batu pemikiran dan batu-batu budaya. Seperti halnya dalam melontar
jumrah, umat islam diperbolehkan melontar dari atas. Dalam lontaran tersebut
yang penting masuk ke dalam lubang, jangan sampai batu keluar atau mengenai
jemaah haji yang lain.
Demikian
juga umat islam dalam melakukan perjuangan dan perlawanan kepada musuh yang
satu, dan harap dijaga jangan sampai lontaran terkena kepada sesama umat islam
atau kelompok umat islam yang lain.
Mari
berbagi tugas dalam menghadapi serangan musuh, bukan saling merasa lebih dari
kelompok yang lain. Perjuangan melawan musuh harus dilakukan bertahap
sebagaimana dalam melontar jumrah. Ada
jumrah Ula, ada jumrah wustha dan ada jumrah Aqabah. Berarti dalam melawan
musuh umat islam harus mengenal kekuatan dan strategi musuh, ada yang bersifat
ringan, ada musuh yang sedang dan ada musuh yang besar.
Demikian
juga dalam menghadapi godaan syaitan dan hawa nafsu, ada godaan kecil, sedang
ataupun godaan besar. Perjuangan dan perlawanan terhadap musuh dan syaitan itu
tidak boleh berhenti, sebab mereka akan menyerang dan menghancurkan umat islam
dengan berbagai cara dan dalam program yang berkesinambungan.
Dalam
melontar jumrah, umat islam perlu dilakukan beberapa kali, dalam beberapa hari.
Pertama kali hadapi musuh yang terbesar secara serentak, sebab itu sebaik
dating ke Mina jamaah haji melontar jumrah Aqabah, tanpa Ula dan Wustha. Tetapi
hari selanjutnya melakukan jumrah Ula, Wustha dan Aqabah, sebab perjuangan dan
perlawanan diperlukan tahapan dan berkesinambungan.
Demikian
juga dalam perjuangan dan perlawanan tersebut diperlukan program-program yang
saling terkait dengan pembagian kerja yang rapi, sebagaimana dalam melontar
jumrah di Mina ada sebagian jamaah yang melakukan nafar awwal (melontar hanya
pada 10, 11, dan 12 Dzulhijjah), dan sebagian lain pada nafar Sani (menambah 1
hari 13 Dzulhijjah). Ini bermakna umat islam dalam perjuangan memerlukan
pembagian kerja dan program yang terencana, dimana ada program jangka pendek
(nafar awal), dan program jangka panjang (nafar sani).
Jika
seandainya umat islam melakukan perjuangan dan perlawanan seperti manajemen
lontar jumrah, insya Allah harapan umat untuk mencapai kemenangan (Muna) akan
tercapai.
Setelah
melontar jumrah, jamaah haji disunatkan untuk menyembelih qurban. Ini merupakan
pendidikan bahwa dalam menghadapi hidup di dunia dan mendapatkan kebahagiaan
hidup di akhirat kelak, manusia harus siap untuk melakukan pengorbanan.
Tiada
kemenangan tanpa perjuangan, dan tiada perjuangan tanpa pengorbanan. Tiada
kejayaan tanpa pengorbanan. Pengorbanan diperlukan dalam setiap perjuangan
kehidupan, baik pengorbanan waktu, harta, pemikiran, dan jiwa. Inilah kunci
kejayaan seorang manusia dalam menghadapi tantangan kehidupan.
Pengorbanan
individu untuk perjuangan umat (bikan perjuangan kelompok) merupaka kunci
kemenangan untuk mengalahkan musuh, sepert tersirat dalam ayat:
“Sesungguhnya
kami telah memberikan nikmat yang banyak, maka dirikanlah shalat, dan
berkorbanlah, sesungguhnya musuh kamu akan hancur”.
Dari ayat di atas, ada
sebuah pesan yang sangant penting bahwa kekuatan musuh akan hancur juka umat
islam telah berani berkorban apa saja yang dimilikinya untuk perjuangan melawan
kebatilan. Menyembelih kurban hanya merupakan latihan untuk selalu mengorbankan
apa saja yang dia miliki setelah pulang dari menunaikan ibadah haji.
Umat islam
memerlukan pengorbanan dari setiap individu dengan kapasitas dan profesi
masing-masing. Perjuangan dan pengorbanan dalam bidang pendidikan, bidang
ekonomi, budaya, media, pemikiran, politik, bidang ilmu dan teknologi,
merupakan syarat untuk mencapai kemenangan di masa depan.
Setiap
individu, setiap kelompok, setiap partai, setiap ormas, setiap lembaga, harus
melakukan “ amal jama’i” dan jaringan kerja sama untuk menghadapi segala
rancangan dan strategi musuh dengan penuh perjuangan yang terancang dan
pengorbanan sebagaimana yang disampaikan oleh ritual melontar jumrah di Mina.
Semoga
pelajaran Mina dapat memberikan kesadaran kepada setiap individu dan kelompok
dalam memberikan sumbangan kepada perjuangan islam di masa mendatang.
Khutbah
Arafah
Haji
itu adalah arafah
Pada tanggal
25 Dzulqaedah tahun ke 10 Hijriah, Rasulullah keluar dari Madinah untuk
mengerjakan haji ke kota
Mekkah. Inilah ibadah haji yang pertama dan yang terakhir dilaksanakan oleh
Rasulullah. Hikmah dari padanya, mengapa hanya sekali saja Rasulullah melakukan
ibadah haji dalam hidupnya, sebagai makna bahwa ibadah haji hanya sekali saja
diwajibkan dalam seumur hidup, dan haji selanjutnya merupakan ibadah sunat.
Ada perbedaan pendapat
dikalangan perawi hadits tentang cara Nabi Muhammad SAW melakukan haji. Ahli Madinah
berpendapat bahwa Nabi melakukan ibadah haji ifrad (umrah dan haji dilakukan
secara bersamaan), sedangkan perawi yang lain menyatakan bahwa Nabi melakukan
haji Qiran (haji dahulu lalu umrah), sedangkan yang lain berpendapat Nabi
melakukan haji tamattu (umrah dahulu lalu haji).
Perbedaan
riwayat ini, untuk memberikan pelajaran bagi kita bahwa cara haji yang manapun
dilakukan, nilainya adalah sama, tergantung pada niat, dan penghayatan
pelaksanaan ibadah haji. Yang paling utama bagaimana dapat menghayati ibadah
tersebut, sehingga setelah haji dapat menjadi haji yang mabrur, dalam arti
manusia yang selalu berbuat baik untuk dirinya dan orang lain, sebagai wujud
penghambaan kepoada Allah.
Haji adalah
Arafah.
Maksud wukuf adalah berhenti sejenak untuk merenunggi diri,
bertafakkur dan bermuhasabah, baik itu terhadap persoalan diri sendiri, ataupun
persoalan umat islam seluruhnya.
Wukuf adalah bertafakkur memikirkan program untuk diri
sendiri dan umat manusia yang lain. Program ini dapat dilakukan setelah seseorang
dapat menilai kehidupan yang dilaluinya, mengenal dirinya, mengenal persoalan
hidup yang dihadapinya, mengenal segala problematika umat secara menyeluruh,
kemudian melihat dimana kelemahan dan kekuatan individual dan umat islam
seluruhnya.
Kelemahan,
kesalahan, dan kekurangan baik itu secara individual dan jamaah harus diakui
dan diminta pengampunan dengan istighfar dan taubat, sedangkan harapan-harapan
harus dilakukan dengan do’a dan munajat. Inilah makna wukuf di Arafah.
Dapat
dikatakan bahwa wukuf di Arafah adalah perkumpulan umat islam seluruh dunia
untuk mengevaluasi diri dan umat islam secara menyeluruh, menudian merencanakan
program-program umat islam secara menyeluruh dengan membangun sinergi kerja
secara bersama, menggabungkan seluruh potensi umat, baik dalam bidang ekonomi,
pengetahuan, masyarakat dan sebagainya.
Agar
program tersebut dapat terarah, maka dalam wukuf di Arafah tersebut, seorang
khalifah harus memberikan pengarahan-pengarahan sebagai kata kunci dan panduan
bagi seluruh umat. Pandangan dan kata kunci itulah yang disebut khutbah Arafah.
Pada waktu
rasulullah SAW sampai di padang
Arafah, beliau mengucapkan khutbah Arafah sbb:
“Wahai manusia, dengarkanlah apa yang hencak aku katakan.
Mungkin sehabis tahun ini, aku tidak bertemu lagi dengan kalian di tempat ini
untuk selama-lamanya. Hai manusia.., sesungguhnya darah dan harta mu adalah
suci begimu (yakni tidak boleh dinodai oleh siapapun juga), seperti hari dan
bulan yang suci sekarang ini di negerimu. Ketahuilah, sesungguhnya segala
bentuk prilaku dan tindakan jahiliah tidak boleh berlaku lagi. Tindakan
menuntut balas atas kematian seseorang sebagaimana yang berlaku di zaman
jahiliyah juga tidak boleh berlaku lagi. Tindakan pembalasan jahiliyah seperti
itu yang pertama kali kunyatakan tidak berlaku ialah tindakan pembalasan atas
kematian Rabi bin Harist.
Kemudian Nabi melanjutkan:
“Riba jahiliyah tidak berlaku lagi, dan riba yang pertama
kali kunyatakan tidak berlaku adalah riba Abbas bin Abdul Muthalib.
Sesungguhnya segala macam riba tidak boleh berlaku lagi.
Wahai manusia, dinegeri kalian ini syaitan sudah putus
harapan sama sekali untuk dapat disembah lagi. Akan tetapi syaitan itu masih
tetap menginginkan yang lain. Syaitan itu akan merasa puas jika kamu melakukan
perbuatan yang hina, sebab itu hendaklah kalian jaga baik-baik agamamu ini.
Wahai manusia, sesungguhnya menunda berlakunya bulan suci
akan menambah besarnya kekufuran, dengan itulah orang-orang kafir menjadi
tersesat. Pada tahun yang satu mereka langgar, dan pada tahun yang lain mereka
sucikan untuk disesuaikan dengan hitungan yang telah ditetapkan kesuciannya
oleh Allah, kemudian mereka meghalalkan apa yang diharamkan oleh Allah, dan
mengharamkan apa yang telah dihalalkan.
“Sesungguhnya zaman berputar, seperti keadaannya pada waktu
Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun adalah 12 bulan, empat bulan
diantaranya adalah bulan-bulan suci, tiga bulan berturut-turut Dzulqaedah,
Dzulhijjah, dan Muharram. Bulan rajab adalah antara bulan Jumadil akhir dan
Sya’ban.
Wahai manusia..takutlah kepada Allah dalam memperlakukan
kaum wanita, karena kalian mengambil mereka sebagai amanah Allah dan
kehormatan. Mereka dihalalkan bagimu dengan nama Allah. Sesungguhnya kamu
mempunyai hak atas istrimu, dan mereka mempunyai hak atas dirimu. Hak kalian
atas mereka adalah mereka sama sekali tidak boleh memasukkan orang lain yang
tidak kamu sukai kedalam rumahmu. Jika mereka melakukan hal itu, maka pukullah
yang tidak membahayakan. Sedangkan hak mereka atas dirimu adalah kamu harus
memberikan nafkah dan pakaian kepada mereka dengan baik. Maka perhatikannlah
perkataanku ini, wahai manusia, sesungguhnya aku telah sampaikan.
Aku tinggalkan sesuatu padamu, jika kalian pegang teguh,
kalian tidak akan tersesat selama-lamanya, yaitu Kitabullah dan sunnah
Nabi-Nya.
Wahai manusia, dengarkanlah dan taatnlah kalian, sekalipun
kamu akan diperintah oleh seorang hamba sahaya dari Habsyah yang berhidung
pesek, selama dia menjalankan kitabullah kepada kalian.
Wahai manusia, berlaku baiklah kalian kepada budak-budakmu,
berilah mereka makan apa yang kamu makan, dan berilah mereka pakaian dari jenid
pakaian yang kalian pakai. Jika mereka melakukan suatu kesalahan yang tidak
dapat kamu maafkan, juallah budak-budak tersebut dan janganlah kamu menyiksa
mereka.
Wahai manusia, dengarkanlah perkataanku dan perhatikannlah.
Kalian tahu bahwa setiap muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, dan semua
kaum muslimin adalah bersaudara. Seseorang tidak dibenarkan mengambil dari
saudaranya kecuali yang telah diberikan padanya dengan senang hati, karena itu
janganlah kamu menganiaya diri sendiri (melakukan kezaliman).
Ya Allah…sudahkah aku sampikan. Wahai manusia, kalian akan
menemui Allah, maka janganlah kalian menjadi sesat sepeninggalku nanti, dan
janganlah sebagian kamu memukul tengkuk sebagian yang lain. Hendaklah orang
yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir, barangkali sebagian orang yang
menerima khabar (tidak langsung) lebih mengerti daripada orang yang
mendengarkan secara langsung. Kalian akan ditanya tentang aku, maka apakah yang
hendak kamu katakana…? Mereka menjawab : “ kami bersaksi, bahwa engkau telah
menyampaikan risalah, telah menunaikan amanah dan memberi nasihat.” Kemudian
seraya menunjuk kea rah langit dengan jari telunjuknya, nabi bersabda sebanyak
tiga kali: “Ya Allah, saksikanlah…” (Said Ramadhana Buthi, Sirah Nabawiyah,
2000)
Dari
khutbah Arafah yang dibacakan Nabi dalam haji wada’ (haji terakhir) tersebut,
beliau mewasiatkan sesuatu hal yang penting dalam kehidupan manusia sepanjang
zaman. Pertama, Nabi menyatakan bahwa inilah pertemuan terakhir bagi dirinya
dan umatnya di Arafah, berarti bahwa ini merupakan pengarahan dan wasiat yang
terakhir didengar oleh seluruh umat islam. Ini juga melambangkan bahwa nilai
khutbah di Arafah, adalah khutbah dan wasiat yang perlu dijadikan pegangan
dalam kehidupan. Arafah bukan hanya sekedar acara ritual semata, tetapi
merupakan awal penentuan sikap hidup untuk tahun mendatang. Jika dalam suatu
Negara, ada pidato kenegaraan setiap hari kemerdekaan yang membicarakan program
dan rencana Negara. Jika masyarakat dunia ada pidato awal tahun setiap tahun
baru, maka inilah pidato dab rencangan tahunan bagi umat islam sedunia.
Sebaiknya setiap orang yang sedang wukuf di Arafah menyusun program untuk
menjadi manusia yang mabrur, dan menjadikan umat islam menjadi khairu ummah,
masyarajat terbaik dalam segala bidang kehidupan.
Kedua, dalam khutbah Arafah, Nabi menekankan masalah
keadilan hokum dan saling menghargai hak-hak asasi manusia, sehingga setiap
orang harus dapat menjaga kehormatan orang lain, dan Negara lain. Keadilan dan
persamaan hak dalam hokum dengan menghormati yang lain merupakan asas kedamaian
ditengah masyarakat.
Ketiga, Nabi menekankan keadilan ekonomi dengan meninggalkan
riba, sebab riba adalah bentuk kezaliman ekonomi, sehingga dengan riba sikaya
menzalimi si miskin, si pemilik modal menzalimi si peminkam, sebab itu
rasulullah menyatakan riba dengan segala bentuknya, wajib dihilangkan. Tetapi
lihatlah sekarang, dunia penuh dengan riba, sehingga tiada sistem keuangan
tanpa riba, malahan dengan bunga uang demikian tinggi sehingga Negara miskin
tambah miskin, dan Negara kaya semakin kaya. Untuk itu, dalam menegakkan
ekonomi, bunga dan riba wajib dihapuskan.
Keempat, nabi menegaskan masalah kewajiban manusia untuk
memelihara kehormatan dan hak-hak wanita serta keluarga. Sebab, kehancuran
masyarakat jika wanita dan keluarga tidak mendapat perhatian sepenuhnya. Hak
dan kewajiban istri, suami, anak, saudara, merupakan asas bagi terciptanya
keluarga sakinah, mawaddah warahmah.
Kelima, nabi menegaskan ketaatan dalam bernegara selama
pemimpin dalam kebenaran, walaupun dipimpin seorang hamba sahaya yang hitam
dari Habsyah. Berarti supremasi hokum bukan ditangan penguasa tetapi ditangan
sistem yang bersumber dari al Qur’an.
Keenam, nabi menegaskan sikap ukhuwah dan sinergi dalam
segala hal, sehingga potensi jamaah dapat dikembangkan dengan kerjasama dan
ukhuwah.
Ketujuh, nabi mengingatkan apapun sikap hidup yang kita
lakukan, semuanya akan dipertanggungjawabkan di depan Allah, baik dalam masalah
ritual, masalah ekonomi, sosial, keluarga dan masalah Negara.
Hal-hal
yang rasulullah sampaikan ini, merupakan inti persoalan dunia sampai hari ini,
dari keadilan hokum, keadilan ekonomi dan keadilan berkeluarga serta Negara,
dan hidup berdampingan membina persaudaraan dan ukhuwah.
Semoga
dengan datangnya hari idul adha, mengingatkan kita untuk tetap menjaga amanah
dan wasiat nabi dalam khutbah Arafah ini. Inilah pesan Arafah, dan dasar-dasar
menjadi haji yang mabrur.
Aplikasi
Haji dalam Kehidupan
Dan
sempurnakan haji dan umrah karena Allah
(QS Al
Baqarah : 187)
Banyak orang menyangka bahwa ibadah haji
hanya bersifat ritual, padahal Quran menyuruh kita mencari hikmah dibalik haji
dan umrah untuk dijadikan model hidup yang sempurna , sebagaimana dinyatakan
dalam al Quran.
“Dan
serukanlah kepada manusia untuk melakukan haji, niscaya mereka akan datang
kepadamu dengan berjalan kaki dan mengendarai unta dari segenap penjuru yang
jauh, agar mereka dapat menyaksikan manfaat”(QS. Al Haj : 27-28)
Dalam ayat ini Allah menyuruh umat manusia
unyuk melakukan haji dan melihat serta memperhatikan manfaat, hikmah daripada
prosesi ibadah haji tersebut. Dengan demikian dalam prosesi ibadah umrah dan
haji manusia harus dapat mengambil pelajaran, pendidikan, strategi, falsafah
hidup, sehingga menjadi individu yang sempurna, dan menjadi umat dan jamaah
yang terbaik, pribadi terbaik inilah yang harus dibuktikan dalam sikap sehingga
dapat menjadi “insan mabrur”, baik
mabrur secara individu, dan secara sosial berjamaah.
Untuk
mendapatkan mabrur tersebut,beberapa langkah yang perlu dilakukan:
1.Ihram: Kesucian diri dengan mengontrol keinginan dan nafsu.
Langkah pertama untuk menjadi manusia
sempurna adalah keupayaan diri untuk mengontrol diri, dari keinginan dan hawa
nafsu.Dalam ihram seseorang diharamkan dari memakai sepatu yang halal. Ini merupakan
gambaran bahwa seorang individu harus dapat mengontrol antara keperluan dan
keinginan.
Seorang yang sukses adalah individu yang
dapat melihat antara keperluan dan keinginan. Berarti ihram adalah bagaimana
seseorang mengontrol diri dari memakai kekayaan yang berlebihan, memakai
kekuasaan semau-gue, memakai sesuatu milik dengan tidak berguna, mubazir, dan
lain-lain.
Pribadi yang ihram adalah pribadi yang selalu memakai
waktu dengan sebaik-baiknya, bukan untuk permainan dan hiburan, mempergunakan
kekayaan dengan sebaik-baiknya, bukan berbelanja sepuas-puasnya, selalu
memperhatikan mana yang merupakan keperluan (need) dan mana yang bersifat
keinginan (want), terhindar dari sifat “mubazir” dan “langa” (perbuatan,
perkatan sia-sia). Inilah kunci dan syarat utama untuk menjadi manusia mabrur,
manusia sempurna.
2. Thawaf: hidup
dalam lingkaran ibadah.
Thawaf
adalah mengelilingi ka’bah 7 kali. Ini merupakan gambaran dari setiap individu
yang ingin mencapai titik kesempurnaan hidup agar dapat menjadikan seluruh
kegiatan dan aktivitasnya dalam rangka ibadah, pendekatan diri kepada tuhan.
Thawaf juga bermakna bahwa segala gerak
dan langkah hanya dilakukan dalam kerangka syariah, hukum0hukum dan perintah
tuhan. Thawaf juga bermakna selalu melihat dan memperhatikan (muhasabah) diri
apakah seluruh aktivitas keduniaan kita dari belajar, mengajar, berniaga,
berpolitik, berbudaya, apakah sudah dalam kerangka hokum-hukum Allah dan
bertujuan mendekatkan diri kepada Allah.
Demikianlah makna thawaf dalam kehidupan
sehingga seluruh langkah merupakan bagian dari pendekatan diri kepada tuhan,
sehingga aktivitas tersebut bukan saja merupakan asset dunia tetapi menjadi
asset untuk kehidupan lebih panjang dan kekal di akhirat kelak.
3. Sa’I : Meningkatkan
etos kerja sebagai khalifah.
Manusia
mendapat tugas menjadi khalifah di muka bumi, sehingga seluruh kekayaan alam
dapat menjadi modal yang berguna bagi kehidupan manusia. Khalifah adalah
menguasai bumi, dengan kerja keras. Itulah yang digambarkan dalam ibadah sa’I,
berjalan dan berlari-lari kecil dari bukit safa menuju bukit marwa. Sudah
menjadi sunnatullah, siapa yang mempunyai etos kerja yang tinggi, maka dia akan
menguasai bumi, baik dia itu seorang muslim, kafir, atau atheis.
Penguasaan dunia tidak mungkin didapat
denga beribadah, berzikir, dan berdoa semata, tetapi harus dikuasai dengan
ilmu, kerja, yang professional, disiplin dan ketabahan, dengan manajemen yang
rapi, dan semangat pantang menyerah. Masyarakat muslim terdahulu menjadi
masyarakat khalifah sebab menguasai ilmu
dan teknologi yang dicontohkan oleh Ibnu Sina dalam bidang kedokteran, Al
Khawarizmi dalam bidang matematika, Ibnu Haytam dalam bidan optic, Ibnu Majid
dalam bidang maritime. Ini semua disebabkan mereka mempunyai semangat etos
kerja yang tinggi, semangat ibadah sai, semangat untuk menguasai kehidupan
dunia sebagaiaplikasi tugas khalifa Allah dimuka bumi.
Dengan aplikasi ibadah sai dalam kehidupan
inilah maka umat islam terdahulu menjadi umat teladan, umat tebaik, berprestasi
dalam segala bidang, yang tercatat dengan catatan emas sejarah kemanusiaan.
4. Tahalul: Pelayanan
sosial secara individual.
Tahalul adalah menggunting rambut. Kekayaan,
ilmu, kuasa yang dimiliki seseorang dengan semangat sa’I harus dapat di
“Tahalul” kan dalam arti seluruh kepandaian, keilmuan, pemikiran, kerja
politik, kerja ekonomi, harus dapat menjadi sumbangsih kepada individu yang
lain, sehingga seorang ilmuwan akan mendapat pahala jariah dari teori keilmuan
yang dihasilkan.
Seorang teknokrat dapat pahala jariah dari
terobosan politiknya, dan seorang pengusaha dapat pahala jariah dari sumbangan
sedekah, infaq dari kekayaan yang dimilikinya.
5.Wukuf: Menggalang potensi dan
jaringan, menyusun langkah dan program umat mengatur strategi, manghadapi tanangan dan masa depan. Wukuf adalah
berhenti. Wukuf berarti individu muslim yang telah berprestasi diobidang
masing-masing diharapkan berhenti sejenak, bukan berhanti untuk tidak berkarya,
tetapi berhenti untuk menyatukan langkah, manggalang jaringan dan potensi,
menyusun program untuk menghadapi tantangan dabn masa depan.
Wukuf berarti membentk jaringan
interdisiplin. Wukuf berarti membangun kerjasama antar kelompok umat,antar
jamaah, antar firqah’ menyusun program bersama untuk satu tahun mendatang.
Wukuf adalah kongres umat islam sedunia dalam bidang dan profesi masing-masing.
6.Muzdalifah : Persiapan menghadapi ancaman dan tantangan.
Dari proses wukuf maka umat islam harus
dapat melihat apa saja tantangan internal maupun eksternal.Ancaman dan
tantangan tersebut harus dihadapi dengan kekuatan lahir dan batin.Kekuatan jiwa
dan batin dengan mendekatkan diri kepada Allah,melakukan qiyamul lail,
bermunajat kepadaNya, seperti mengambil batu di Muzdalifah dilakukan di malam
hari lewat tengah malam, bukan disiang hari. Tetapi kekuatan batin harus
diikuti dengan kekuatan lahir, yaitu mempergunakan senjata apapun yang mungkin
dapat dipakai sesuai dengan bentuk tantangan mencari batu, melaambangkan manusia
melawan kekuatan lawan, baik dengan inovasi teknologi dan sistem;
Dengan semangat batu di Muzdalifah berarti
umat islam harus mempersiapkan diri dengan kekuatan ilmu dan teknologi,
kekuatan ekonomi, kekuatan budaya, kekuatan politik dan kekuatan militer
sehingga umat islam tidak dipermainkan oleh umat yang lain, sebagaimana yang
terjadi selama ini, di Irak, Palestina, Kashmir, Kurdistan, dll.
7.Melontar Jumrah Di Mina : Semangat
perjuangan setelah dari Muzdalifah, jamaah haji akan berangkat menuju Mina
untuk melontar Jumrah. Sebaik sampai, jamaah melontar Jumrah Aqabah, dan
hari-hari selanjutnya melontar Jumrah Ula, Jumrah Wustha, dan Jumrah Aqabah.
Apakah
maksud dan hikmah dari melontar Jumrah tersebut?
Melontar jumrah adalah lambang perjuangan
yang harus dilakukan oleh umat islam secara bersama, dengan bidang profesi,
kepakaran masing-masing dengan memakai kekuatan yang dimiliki. Semuanya harus
ikut berperan dalam perjuangan umat dengan profesi masing-masing. Perjuangan
tersebut harus dilakukan dengan teratur dan berkesinambungan, sebagaimana
melontar jumrah dilakukan dengan teratur dari jumrah ula, jumrah wustha, dan
jumrah aqabah, dan berkesinambungan dari hari pertama, kedua dan ketiga.
Perjuangan juga harus mempersiapkan
generasi penerus, sebagaimana melontar jumrah dapat dilakukan dengan nafar
awwal atau juga dengan nafar tsani. Ini menunjukkan setiap perjuangan harus
memiliki estafet, yang berkesinambungan dari satu generasi ke generasi
selanjutnya.
8. Menyembelih qurban : Pengorbanan.
Pejuangan yang dilakukan baik secara
individu, apalagi secara kolektif, dalam segala bidang di atas, memerlukan
pengorbanan yang tinggi. Tanpa pengorbanan yang tinggi mustahil suatu
perjuangan akan berhasil, sebagaimana diungkapkan dalam al Qur’an :
“sesungguhnya Kami telah memberikan nikmat
yang banyak. Maka lakukanlah shalat dan berqurbanlah. Sesungguhnya (dengan
pengorbanan tersebut) maka musuh engkau akan hancur” (QS. Al Kautsar: 1-3)
Dari
ayat di atas dapat dilihat bahwa pengorbanan merupakan syarat untuk dapat
mengalahkan pertahanan dan kekuatan musuh.
Demikianlah nilai-nilai ibadah umrah dan
haji yang harus menjadi pedoman umat islam dalam proses mencapai kesempurnaan
hidup baik, secara individu maupun secara berjamaah.
Dengan melakukan semua langkah diatas maka
seorang muslim dapat menjadi manusia yang mabrur, individu yang berkualitas dan
umat islam menjadi umat yang mabrur, umat teladan.