Abu Yazid
Busthami & Pemuda Gambus

Kisah ini tentang
Abu Yazid Busthami, (yang sama sekali nggak ada hubungannya sama Iyet Bustami,
penyanyi dangdut pelantun “Laksamana diraja”itu).karena ketaatannya dan
ibadahnya yang luar biasa, sampai-sampai beliau dijuluki ‘Raja Sufi’.
Nah,
meski begitu, namanya ilmu padi, makin berisi makin merunduk. Nah, beliau tuh terkenal
sering pergi berziarah ke berbagai perkuburan. Tujuannya, apalagi kalo bukan
inget mati, nyadar diri, etc.
Suatu
malam, waktu beliau dalam perjalanan kembali dari ziarah, seorang pemuda
bangsawan mendekat sambil main gambus. Ini anak muda, anak orang kaya alias
bangsawan, dan lagi mabok berat.
Spontan,
Abu Yazid ngomong, “Ya Allah, selamatkan kami.”
Eh,
namanya juga orang lagi mabok, mendengar kata-kata Abu Yazid itu, sang anak
muda itu kontan meradang. Tanpa ba-bi-bu, dia pukul tuh gambusnya ke kepala Abu
Yazid.
Prakkkk!
Saking
kerasnya, pukulan itu melukai kepala Abu Yazid sampai berdarah. Dan saking
kerasnya, gambus itu sendiri sampai patah. Tapi, boro-boro minta maaf. Yah,
namanya juga orang mabok, anak muda itu langsung ngeloyor, dan nggak sadar,
siapa yang dipukulnya.
Marahkah
Abu Yazid, sang raja sufi itu? Wah, mungkin kalo kita udah manggil orang
sekampung buat membalas itu anak muda. Abu Yazid? Boro-boro. Beliau malah usap
kepalanya, membersihkan darah yang mengucur, lalu kembali kepada para
sahabatnya dan menunggu hingga pagi hari. Waktu pagi, beliau Tanya pada salah seorang
sahabatnya.
“Eh,
berapa sih, harga sebuah gambus?”
“Buat
apa? Apa kamu mau jadi musikus?” Tanya sahabatnya keheranan
“Ada aja,” ujar Abu Yazid
sambil tersenyum.
Tapi
akhirnya, sahabatnya itu kasih tahu juga, harganya sekian. AbuYazid
manggut-manggut, lalu ia membungkus uang sejumlah itu dengan sehelai pakaian,
menambahkan sepotong manisan, dan mengirim kurir pada si pemuda yang mabok dan
memukulnya tadi malam!
Pada
kurirnya, Abu Yazid berpesan,
“Tolong
bilang sama anak muda itu, kalo Abui Yazid memohon maaf. Katakana pesan saya
seperti ini, ‘ semalam kamu memukul kepalaku dengan gambusmu sampai patah. Terimalah
uang ini sebagai ganti rugi, dan belilah gambus baru. Sementara, manisan ini,
buat menhibur hati kamu, karena kamu pasti sedih banget, gara-gara gambus kamu
patah.”
Si
kuri berangkat, dan ketemulah sama anak muda tajir itu. Pesan Abu Yazidpun
disampaikan, dan terang aja si pemuda itu terkaget-kaget dapet balesan kaya’ gitu.
Saking
malunya, buru-buru anak muda itu dateng ke Abu Yazid, buat minta maaf. Abu
Yazid menerima anak muda itu dengan ramah, dan Karena sikap Abu Yazid yang
mengesankan, anak muda itu sampai bertobat, dan banyak anak muda lain yang ikut
bertobat bareng-bareng sama dia.
Kisah
ini mengesankan banget buat saya. Pertama, meski udah jadi orang alim, nggak
ada tuh, sikap Abu Yazid yang merendahkan pemuda itu. Perhatiin deh, do’anya
saat ngelihat anak muda itu lagi mabok, “Ya Allah, selamatkanlah kami,” bukannya,
“ Selamatkanlah dia,” ini bener-bener sikap yang rendah hati, yang emang
seperti itulah perintah Al-Qur’an:
“Orang-orang
yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari
kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya tuhanmu maha luas ampunan-Nya. Dan dia
lebih mengetahuimu ketika Dia menjadikan kamu dari tanah dan ketika kamu masih
janin dalam perut ibumu; maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah
yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.”
Kedua,
kisah ini juga makin menyadarkan saya, kalo kita mau ngajak orang ke jalan
kebaikan, tetep aja mesti dengan cara-cara yang manis dan menyenangkan. Nggak
ada ceritanya, orang lagi asyik berdosa mau insaf justru di maki-maki, apalagi
dicela-cela pribadinya yang sedang berkubang dosa itu.
Sikap
Abu Yazid sebetulnya juga mencontoh sikap Nabi Muhammad SAW, yang akhirnya
banyak mengislamkan orang lain lewat perilakunya yang mengesankan, terhadap
orang –orang yang semula memusuhinya. Begitchu…….