Sekolah
Idul Adha
Maka
dirikanlah shalat dan berkorbanlah (QS. Al Kautsar)
Idul Adha
adalah sebuah sekolah, pendidikan dan media pendidikan bagi umat islam untuk
mencontoh sebuah pengorbanan dari seorang manusia Ibrahim as, yang siap rela
untuk mengorbankan anaknya sendiri Ismail as, demi melaksanakan perintah Allah
SWT, untuk beribadah kepada-Nya.
Pengorbanan
tersebut hanya dapat dilaksanakan jika seseorang telah menjadikan perintah
Allah, lebih utama dari segala apa yang dia miliki, walaupun anaknya sendiri.
Cinta kepada melaksanakan perintah Allah harus lebih tinggi daripada cinta
kepada anak dan harta. Ini merupakan ujian sebuah keimanan. Tetapi jika
seseorang itu (mungkin termasuk saya kali ya…) masih sayang kepada hartanya
daripada mengorbankan harta miliknya pada jalan Allah, maka orang tersebut
belum memiliki kwalitas iman yang diharapkan. Dalam kitab suci Al-Qur’an di
jelaskan :
“Katakanlah: jika
bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta
kekayaan yang kamu usahakan, perniagaanmu yang khawatir merugi, rumah-rumah
tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya
dan daripada berjihad dijalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan
keputusan-Nya:, dan Allah tidak member petunjuk kepada orang yang fasik” (QS.
Attaubah:24)
Dari ayat di atas, dapat
dilihat bahwasanya jika seseorang lebih mencintai dirinya, anak-anaknya, harta
kekayaannya, sehingga menghalanginya untuk membelanjakan harta tersebut di
jalan Allah, maka orang tersebut termasuk orang yang fasik, dan mereka akan
mendapat azab Allah.
Dengan kata
lain, dapat dikatakan, bahwa umat islam belum berani berkorban, masih lebih
cinta pada kehidupan dunia, daripada mengorbankan hartanya untuk kepentingan
dakwah dan perjuangan, umat islam pasti tetap dalam keadaan susah dan
menderita. Ini merupakan sunnatullah. Jika umat islam masih lebih banyak
menikmati harta kekayaan yang Allah berikan daripada memberikan harta tersebut
di jalan Allah, maka umat islam tidak akan mencapai kemenangan.
Berani
berkorban, dengan memberikan segala yang dimiliki untuk memperjuangkan agama
Allah, untuk kepentingan umat, merupakan syarat utama dalam sebuah perjuangan,
dan merupakan bukti keimanan kepada Allah SWT. Inilah yang dinyatakan dalam
surah al Kautsar:
“Sesungguhnya kamu
telah memberika kepadamu nikmat yang banyak, maka dirikanlah shalat kepada
tuhanmu, dan berqurbanlah. Sesungguhnya orang yang membenci kamu dialah yang
terputus”. (QS. Al Kautsar)
Ayat ini menegaskan
bahwa musuh akan hancur, kebathilan akan sirna, jika umat islam sudah berani
berkorban atas segala yang dimilikinya.
Jika umat
islam masih sayang dengan apa yang dimilikinya, masih lebih mementingkan
membuat rumah yang besar daripada membuat sekolah, perpustakaan, madrasah, maka
musuh umat islam tidak pernah bisa dikalahkan.
Ini sebagai
pelajaran kepada kita semua (khususnya saya), bahwa suatu kebenaran harus
diperjuangkan dengan biaya yang tinggi, suatu perjuangan memerlukan
pengorbanan. Jika engkau belum berani berkorban, maka musuh kita tidak akan
pernah kalah. Jika umat islam belum berani berkorban, maka musuh islam tidak
akan pernah terkalahkan, karena umat islam lebih cinta kepada harta.
Untuk
mendidik jiwa siap berkorban setiap saat, maka Allah memberikan kepada umat
islam sebuah ibadah Qurban setiap tahun pada hari raya Idul Adha, dengan
mencontoh pengorbanan nabi Ibrahim as. Nabi Ibrahim as, mendapat kemenangan
sehingga menjadi pemimpin, sebab dia telah berhasil lulus dari ujian
pengorbanan. Dia berani mengorbankan dirinya sendiri, sehingga dicampakkan ke
dalam api yang menyala, demi memperjuangkan ajaran tauhid yang diyakininya. Dia
berani meninggalkan anak istrinya di tengah gurun pasir demi menjalankan
perintah Allah. Ujian tertinggi, dia berani menyembelih anaknya Ismail, yang
sangat dicintainya demi menjalankan perintah Allah.
Jika pada
hari raya idul adha, kita mengikuti Ibrahim as dengan menyembelih kambing,
sapi, unta, berkorban kepada fakir miskin, maka pertanyaan yang sebenarnya
adalah, apakah setelah itu kita berani mengorbankan harta kekayaan kita untuk
berjuang di jalan Allah…?
Jika umat
islam memerluka dana untuk membangun masjid, sekolah, perpustakaan, rumah
sakit, bea siswa, dana pendidikan, dan lain-lain, apakah kita siap berkorban…?
Jika belum,
berarti kita masih mencintai harta kita daripada berkorban di jalan Allah. Jika
demikian, umat islam tidak akan pernah menang, dan musuh islam tidak akan
pernah kalah.
Malahan
jika kita lihat orang kafir, untuk menghancurkan umat islam, mereka telah
berani berkorban dengan segala yang mereka miliki.
Lihat,
bagaimana seluruh perusahaan barat saling mambantu gerakan untuk menghancurkan
umat islam. Lihat….bagaimana besarnya dana yang diberikan oleh lembaga-lembaga
swadaya masyarakat (LSM) barat yang beroperasi di dunia muslim, dengan
memberika bantuan social, pendidikan, bea siswa, dengan tujuan untuk
menghancurkan akidah umat islam. Ribuan mahasiswa muslim diberikan beasiswa
oleh lembaga barat, agar nanti setelah mahasiswa tersebut kembali ke masyarakat
muslim, mengajarkan islam dalam kerangka berfikir barat. Jutaan buku, majalah,
dan artikel media cetak dan jaringan televise mereka dirikan dengan dana yang
sangat besar hanya untuk memberikan informasi yang keliru terhadap umat islam.
Ini semua mereka lakukan dengan mengorbankan harta kekayaan mereka untuk
kepentingan musuh mereka.
Jika mereka
menang dan menjajah umat islam secara intelektual, informasi, budaya dan
teknologi, maka memang suatu kewajaran sebab mereka telah berani mengorbankan
harta kekayaan mereka untuk menyerang pemikiran dan akidah umat islam. Tetapi
di saat yang sama, umat islam tidak berani berbuat yang sama, umat islam lebih
cinta kepada kemewahan daripada perjuangan. Umat islam paling-paling berqurban
dihari raya, atau memasukkan uang recehan ke dalam infaq masjid, sedangkan
mereka memasukkan jutaan dolar pada lembaga mereka. Kita sibuk dengan berqurban
ritual, membangun masjid, sedangkan mereka membangun stasiun tivi, membangun
lembaga riset, memberika beasiswa kepada anak-anak muslim, sehingga anak-anak muslim
kita menjadi ‘orang mereka’
Sejarah
telah mencatat, bahwa kemenangan umat islam di masa lalu tidak terlepas dari
pengorbanan umat islam terdahulu. Sewaktu hijrah Abu bakar membawa seluruh
kekayaannya sebanyak 5000 dirham untuk dipergunakan dalam perjuangan bersama
nabi SAW. Utsman bin Affan berani berkorban seribu dinar untuk suatu perang,
juga memberikan seribu ekor binatang tunggangan dan 50 ekor kuda untuk perang
tabuk, dan dalam perang yang lain Utsman bin Affan menyumbang sebanyak 950 ekor
unta dan 30 ekor kuda. Abdurrahman bun Auf berkorban sebanyak 40 ribu dirham,
500 ekor kuda, dan 1500 ekor unta untuk suaru peperangan. Sikap berkorban
inilah yang menjadikan umat islam selalu mencapai kemenangan dimasa Rasulullah
dan sahabat.
Demikian
juga sikap pengorbanan dari umat islam yang begitu hebat dengan membangun rumah
sakit wakaf, perpustakaan wakaf, universitas wakaf, pusat riset wakaf, rumah
anak yatim wakaf, jalan-jalan wakaf, dan beasiswa untuk mahasisiwa, penulis,
ulama, dan segala keperluan pendidikan dan riset yang begitu besar, sehingga
pada masa lalu umat islam mencapai masa keemasan dalam budaya, teknologi,
ekonomi, polotik dan ilmu pengetahuan seperti di Baghdad, Andalusia. Ini semua
dapat tercapai jika umat islam mempunyai sikap siap berkorban, mengorbankan
harta kekayaan demi kepentingan umat, mbukan hanya sekedar berkorban kambing,
atau umrah dan haji setiap tahun. Fa’tabiruu ya ulil albab…..
Sumber : istaid
Tidak ada komentar:
Posting Komentar