Lentera
Berayun-ayun di Kepala Rabi’ah
Sekarang, kita ketemu
sama Rabi’ah adawiyah. Beliau ini seorang sufi wanita yang amat terkenal dalam
sejarah kejayaan islam. Ia dikenal dengan doktrinnya tentang cinta kepada Allah
SWT.
Beliau juga
yang terkenal karena konon pernah ngomong gini,
“Ya Allah,
kalau aku menyembahMu Karena menghindar dari nerakaMu, campakkan saja aku ke
neraka. Kalau aku menyembahMu karena berharap surge, tutup pintuMu rapat-rapat.
Tapi, kalau aku menyembahMu karena mengharap rahmatMu, jangan pisahkan aku dari
rahmatMu.”
Jangan
buru-buru bilang Rabi’ah sombong, seperti yang pernah dikomentari sama kalangan
tertentu. Kalo saya bilang, do’a Rabi’ah sebenarnya cerdik juga. Mau deket sama
rahmat Allah, ya jatuhnya di sorga juga kan ?
Nah, karena
itu, banyak hal-hal ajaib yang konon diriwayatkan terjadi pada Rabi’ah adawiyah
ini. Beliau ini dikenal punya kedudukan yang istimewa, karena dalam sejarah
islam, jarang kita jumpai adanya seorang sufi wanita. Padahal, awalnya Rabi’ah
adalah seorang budak yang didapat dari sebuah peperangan. Ia ditangkap dan
akhirnya dijual kepada seorang saudagar pemilik took besar di kota
Baghdad .
Sebagai
budak, Rabi’ah rajin banget ngerjain berbagai pekerjaan yang diberikan
kepadanya. Cuma, sayang sekali, tuannya sering kasih pekerjaan yang banyak.
Akibatnya, ia sering baru bisa beranjak tidur kalo malam udah larut. Meski
begitu, Rabi’ah jarang mengeluh. Memang, Rabi’ah berbeda dengan kebanyakkan
budak seusianya.
Sadar kalo
dirinya sebatang kara, Rabi’ah sering menghabiskan malam-malamnya dengan shalat
dan bermunajat kepada Allah SWT. Lama kelamaan, hatinya dipenuhi oleh rasa
cinta yang begitu mendalam hanya kepada Allah SWT. Maka, dalam berdo’a, Rabi’ah
lebih sering menangis bagaikan seseorang yang mabuk rindu kepada kakasihnya.
So, pada
suatu malam, majikan Rabi’ah terbangun dari tidurnya karena suatu keperluan.
Ketika melewati kamar tidur Rabi’ah, ia terkejut karena mendengar suara Rabi’ah
yang sedang merintih dan menangis. Wah, piker sang majikan, jangan-jangan
terjadi sesuatu sama Rabi’ah! Maka, diam-diam, ia nguping ke dinding, dan
mencoba cari tahu, apa sih yang ditangisi Rabi’ah malam-malam gini?soal makanan
di rumah yang kurang enak?atau Karena gajinya yang suka telat dibayar?
Eh,
ternyata bukan rebut soal gaji. Rabi’ah terdengar terisak-isak sambil
megucapkan kata-kata ini,
“Wahai
tuhanku, malam akan segera berlalu, dan rinduku belum habis dalam mencintai-Mu.
Namun apalah dayaku? Majikanku yang kepadanya Engkau telah menitipkan diriku,
akan memintaku untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan harianku. Ampuni aku karena
terlalu sebentar bercengkerama dengan-Mu, karena akupun tak ingin mengecewakan
majikanku.”
Whaduh,
alangkah kagetnya sang majikan mendengar namanya disebut-sebut dalam do’a
Rabi’ah. Pelan-pelan, ia mengintip lewat jendela kecil yang ada di pintu, untuk
melihat apa sebenarnya yang dilakukan Rabi’ah. Dan ia langsung Shock!karena, di
atas kepala Rabi’ah, sebuah lampu pelita berayun-ayun meneranginya, tanpa
seutas talipun yang menahannya. Kontan, sang majikan menggigil ketakutan, dan cepat-cepat
ia kembali ke kamarnya.
Besok
paginya, sang majikan memanggil Rabi’ah dan bilang, “Aku udah dengar do’amu
pada Allah SWT tadi malam. Rasanya aku nggak pantes menghalang-halangimu dalam
beribadah kepada-Nya. Sekarang, pergilah kemana aja kamu suka, karena kamu udah
aku bebaskan.”
Duh,
Rabi’ah girang banget. Dia langsung sujud syukur kepada Allah SWT. Maka ia pun
pergi menuju daerah di tepi sungai Eufrat, tak jauh dari kota
Baghdad . Di sana ia membangun pondok,
dan menghabiskan waktunya beribadah kepada Allah dengan rasa cinta yang
meluap-luap. Dari dialah kemudian dunia sufi mengenal doktrin cinta sebagai
media mendekatkan diri kepada Allah Ta’aala.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar