Di dalam
pengembaraannya, Ibrahim melakukan berbagai cara yang halal agar hidupnya
berlanjut. Ia pernah jadi kuli pemecah biji gandum agar dapat memperoleh tepung
untuk dibuat roti. Begitu roti masak, rotinya nggak dimakan sendiri, tapi
dibagikan pada fakir miskin.
Ia juga
sibuk jadi pencari kayu bakar dan dijualnyua ke pasar/ uamg yang ia dapatkan,
bukan Cuma buat dirinya tapi, di bagi-bagikan pada fakir miskin. Alhasil,
sifat-sifatnya yang penyantun dan jujur itu membuat nama Ibrahim bin Adham jadi
buah bibir di kalangan masyarakat.
Uniknya,
Ibrahim sendiri lebih suka menghindar. Jadi, wartawan infotainment ‘Baghdad
Channel’, misalnya, susah banget bikin wawancara sama dia. Becandanya begitu.
Tapi yang jelas, meski diomongin, banyak orang yang nggak tahu, kayak apa sih,
Ibrahim bin Adham itu?
Pada suatu
hari, Ibrahim berniat ganti profesi. Maka, ia pergi kesuatu tempat yang
letaknya jauh dari kota,
dan melamar menjadi penjaga kebun buah-buahan milik orang kaya. Berbulan-bulan
lamanya Ibrahim bekerja disana, majikannya itu jarang dating ke kebun. Wajar
aja, namanya juga orang kaya, bisnisnya pasti banyak. Tapi, suatu siang sang
majikan berkunjung ke kebunnya. Ia lalu menyuruh Ibrahim mengambil beberapa
buah delima yang masak dan manis.
Ibrahim
buru-buru memetik delima-delima yang bergelantungan, dan segera menyerahkannya
pada sang tuan. Tanpa melihat lagi, sang tuan langsung menggigit buah itu,
dan……….
“Phuiiiihhhhhhh!lho
kok, masam sekali? Hei, aku bilangkan ambil yang manis. Ayo, ambilkan lagi buah
delima yang lain!”
Tanpa
bicara, Ibrahim segera memetik kembali buah delima yang di maksud, dan
lagi-lagi sang tuan mendapatkan buah yang mentah dan masam.
Dengan
kesal sang tuan berkata dengan Ibrahim, “Hei, sudah berbulan-bulan kamu bekerja
di kebun ini. Tapi memilihkan delima yang masak dan manis saja kamu nggak
becus. Bagaimana sih kamu ini?”
“Oh, begini
tuan,” jawab Ibrahim dengan tenang, “tugas sayakan Cuma menjaga kebun agar
tidak dirusak oleh hewan atau supaya tidak diganggu oleh pencuri. Terus terang
aja, saya sama sekali tidak pernah makan buah-buahan itu. Jadi, daya nggak tahu
gimana rasanya delima asam atau manis.”
Sang
majikan terbengong-bengong mendengar jawaban aneh itu. Selama ini, jangankan
mencicipi, tukang-tukang kebun sebelumnya nggak jarang malah menjual
buah-buahan itu tanpa sepengetahuannya. Dia lalu menatap tukang jaga kebun itu
dalam-dalam. Sementara, yang di tatap berdiri tenang denga cueknya. Pasti bukan
orang sembarangan nih, piker sang pemilik kebun.
Aha!
Tiba-tiba sang pemilik kebun teringat sesuatu. Sebaga tokoh masyarakat yang
gaul, sudah lama ia mendengar gossip-gosip seputar sosok Ibrahim bin Adham!
Jangan-jangan….
“Dengan
keteguha dan kejujuran yang kamu miliki, hatiku berkata kamu pasti Ibrahim bin
Adham!ya, kan?
Ya, kan?”
serunya kegirangan
Nah,
sekarang giliran Ibrahim yang terkejut. Aduh, ketahuan, deh! Serba salah neh
jadinya.
Tak lama
sesudah peristiwa itu, Ibrahim bin Adham segera meminta berhenti sebagai
penjaga kebun. Bukan Karena minder, tapi ia merasa identitasnya udah ketahuan
orang. Padahal, ia adalah orang yang jujur yang sangat teguh memegang amanah.
Tapi, bener-bener karena Allah, bukan mencari pujian orang.
“Karena
kamu udah tahu siapa aku,”kata Ibrahim, “maka aku mau berhenti aja.” Habis
berkata begitu, Ibrahim pun pergi dan berlalu.
Kali ini kita berkenalan
dengan seorang aulia atau orang suci bernama Ibrahim bin Adham.
Sebelum
terjun menjadi seoprang sufi, dulunya ia adalah seorang pangeran dari kerajaan Balkh, yang sekarang ada di Negara Afghanistan. Namanya juga pangeran.
Hidupnya pasti bergelimang kemewahan. Udah gitu, lebih banyak santainya dan
hura-huranya, ketimbang ngurusin negaranya.
Enak ya?
Ternyata, nggak juga! Karena terlalu lama bermewah-mewah, bati Ibrahim mulai
gelisah. Ia ingin sekali mencari jalan untuk lebih dekat sama Allah. Tapi,
bagaimana caranya? Wong apa-apa udah di sediain. Mau apa aja tinggal dilayanin.
Uh……bosen!
Waktu terus
berlalu, dan sampailah Ibrahim pada jadual berburunya. Sebagai pangeran, ia
biasanya berburu di padang
rumput dan hutan-hutan, tentu aja dengan diiringi seabreg punggawa, pengawal
dan pelayan.
Pada suatu
malam, ketika usai memperoleh hasil berburu yang besar, Ibrahim tertidur lelap
di tendanya yang mewah. Mendadak, ia mendengar suara seperti seseorang berjalan
mondar-mandir di atas tendanya. Spontan ia berteriak,”Siapa Kamu? Apa yang kamu
lakukan di sini?”
Eh, suara
itu menjawab,”Aku sedang mencari untaku di sini!”
“Apa? Gila
kamu! Mana mungkin mencari unta di atas tendaku seperti ini?”
“Lho, kamu
juga, “ balas suara itu,”mana mungkin kau akan menemui Allah di atas kemewahan
seperti ini?”
Suara
itupun tiba-tiba menghilang. Ibrahim bin Adham terpana. Kata-kata itu langsung
nancep di hatinya, nyangkut dalem banget nimbus kebatinnya!nah, lho!
Iya, juga,
ya? Kalo diem aja di atas kemewahan, nggak tahu bagaimana penderitaan di luar sana, bagaimana ia akan
lebih mengenal dan merasakan nikmat-nikmat Allah?
Bener juga,
ya? Kita bisa tahu nikmat kekayaan, karena tahu rasanya kemiskinan. Tahu
nikmatnya sehat, Karen akita
sudah tahu rasanya sakit! Begitu seterusnya.
Duh, asli
deh, Ibrahim langsung jadi bête! Spontan ia bangkit dan meninggalkan tenda
mewahnya malam itu juga, dengan cara diam-diam. Sejak sat itu ia memutuskan
untuk pergi mengembara di jalan Allah. Ia tinggalkan hidupnya yang mewah dan
pergi mengembara mencari kebenaran sejati. Yang hebatnya, sebagai orang kaya
raya, Ibrahim enjoy aja tuh menikmati jalan hidup sederhana.
Tapi kalo
buat kamu-kamu, cara begini bukan buat mentaah-mentah ditiru, ya?bisa-bisa,
ayah dan ibu kamu kumat sakit jantungnya. Masak, kabur dari rumah bilangnya mau
ngikutin jejak Ibrahim bin Adham. Asal!
Yang
penting, niat Ibrahim yang mesti kita tiru : bersungguh-sungguh mencari kebaikan
di jalan Allah. Belajar denga tekun dan bikin orang tua kamu bahagia, itu juga
jalan Allah, lho….
Dalam
bersikap dan meyakini pertolongan Allah, Habib boleh dibilang polos banget.
Suatu hari, tentara Al Hallaj mencari-cari dan mengejar Hasan Al Bashri. Al
Hallaj ini seorang panglima perang kerajaan, yang terkenal kejam sama
lawan-lawan politik Sulthan. Waktu itu, bisa dibilang Hasan Al Bashri termasuk
ulama yang vocal kalo udah ngomong soal ‘amar ma’ruf nahy munkar’. Pihak istana
mulai terasa gerah dengan omongan-omongannya, sehingga beliau dianggap pihak
yang perlu ‘diamankan’.
Nah, saat
dikejar-kejar itu, Hasan Al Bashri sampai ditempat Habib biasa menyepi untuk
beribadah. Beliau piker, karena Habib asalah muridnya, maka dia pasti bakal melindunginya
dari kejaran tentara Al Hallaj. Maka, tanpa ba-bi-bu lagi, ia langsung masuk
dalam pondokan Habib dan bersembunyi di sana.
Melihat itu, Habib diem aja.
Bener aja.
Nggak lama kemudian, rombongan tentara al Hllaj sampai juga di tempat itu.
“Hei,
apakah kamu lihat Hasan Al Bashri lewat sini?”
Tanya komandan pasukan garang.
“Aku nggak
tahu. Silakan aja kalian periksa sendiri,”
Jawab Habib enteng.
Tentara-tentara
itu segera menggeledah tempat Habib berteduh. Hasan al Bashri yang mendengar
jawaban Habib, kontan tercekat. Duh, kelewatan nih, si Habib. Bisa langsung
kena jarring deh, gue! Gitu kali ya, di pikiran Hasan waktu itu. Tapi anehnya,
seperti yang Hasan akui di kemudian hari, “Berkali-kali tentara Hallaj
menyentuh tubuhku, tapi tak seorangpun yang sepertinya melihatku.”
Akhirnya,
tentara al Hallaj pergi. Merasa situasi sudah aman terkendali, Hasan
pelan-pelan keluar dan menemui Habib, yang masih duduk tenang-tenang dan
tersenyum melihatnya. Hasan tetap aja nggak bisa menyembunyikan rasa dongkolnya.
“Habib,
kamu bener-bener murid yang nggak tahu diri. Bukannya kamu melindungi saya, eh,
kamu malah menyuruh tentara-tentara itu masuk,”ujarnya separuh kesal.
“Guru,”jawab
Habib sambil mesem, “Kalo tadi saya berbohong, niscaya mereka dengan gampangnya
menemui kamu. Tapi disaat mereka masuk tadi, aku berdo’a, ya Allah, lindungilah
Hasan. Dan ternyata, do’aku dikabulkan.”
Disaat yang
lain, Habib mendapat hadiah mantel bulu yang bagus, dan Hasan tahu itu. Suatu
hari, saat Hasan al Bashri lewat di sebuah pemandian yang ada di tepi sungai
Tigris, dia kaget melihat mantel bulu bagus milik Habib itu, tergeletak begitu
saja.
“Dasar
Habib orang Barbar,”gerutu Hasan dalam hati,
“Mantel bulu maha;l seperti ini seenaknya aja di tinggal
mandi.”
Khawati
kalo mantel milik muridnya hilang disikat maling, Hasan memutuskan menunggu
sambil menjaga mantel itu. Saat Habib keluar dari pemandian, wajahnya langsung
sumringah melihat Hasan.
“Wahai imam
kaum muslimin, apa yang kau lakukan di sini?”
“Habib,
lain kali, berhati-hatilah dengan barang milikmu sendiri. Ini barang
mahal,”sahut Hasan separu sebel, melihat wajah Habib yang seakan nggak berdosa
sebab sudah bikin dia nungguin mantelnya selama itu.
“Oh,
kutitipkan mantel itu sama Allah, dan kemudian Allah mengirimkan kamu untuk
menjaganya.”
Dia disebut
Habib al’Ajami alias Habib si orang asing, lantaran lidahnya susah banget
ngomong bahasa arab dengan benar
Maklumin
aja, Habib aslinya orang Persia,
yang ditangkap dan dijadikan budak. Lantas, dia ditebus oleh Hasan Al Bashri,
ahli Hadits, fiqih, ulama kondang dan juga seorang sufi yang tinggal di kota Bashrah (sekarang kota ini masih ada, di Irak). Zaman itu emang
biasa tuh, kalo ada keributan atau perang, yang ditawan biasanya dijadikan
budak, dijual sama yang menang dalam perang. Sejak itu Habib belajar di bawah
bimbingan Hasan Al Bashri.
Semula,
hidup Habibi ini basa-biasa aja. Biarpun udah belajar sama Hasan al Bashri,
lidahnya nggak juga fasih. Tapi biar gimana, ibadahnya top banget! Boleh
dibilang, sejak belajar sama Hasan, hidupnya jadi Full mikirin Allah melulu,
sampe-sampe istrinya sempet kesel.
“Kamu
kemana aja, sih? Pendaringan (tempat menaruh beras) udah mau kosong begini,
kamu tenang-tenang aja. Kerja apaan, kek!” omel istrinya. Omelan sayang sih.
Sebab, kalo nggak ngomel ngeliat suami nganggur, bukan istri yang cinta tuh,
namanya.
“Eh……”Habib
mikir keras. Sempet bingung juga. Mau bilang kerja, emang nyatanya dia lebih
banyak asyik ibadah. “Sabarlah istriku, sayang”, kata Habib, “aku ini bekerja
sama bos yang pemurah banget! Tiap tiga hari sekali, upahku pasti dibayar.”
Sebetulnya
Habibi asal ngomong doing, yang penting istrinya senang. Habib sendiri tetap
asyik mashyuk beribadah. Cuma, begitu masuk hari ketiga yang udah diujung sore,
Habib mikir juga.
“Waduh,
ntar kalo istriku Tanya soal beras, gue mesti jawab apa ya?” gitulah mungkin
kira-kira Habib mikir lok dia ada di Zaman sekarang.
Diriwayatkan,
tanpa dia tahu, saat itu di rumahnya datang dua orang bawa makanan banyak
banget. Ada
madu, daging domba guling, tepung, wah, pokoknya kalo semua dibandingkan sama
zaman sekarang, satu mini market di bawa ke rumah, deh! Istri Habib jelas
terkejut, tapi dia inget janji suaminya, kalo tiap tiga hari upahnya bakal
dibayar.
Bener juga,
apalagi pas pulang, si tamu ngomong gini,
“Sampaikan
pada suamimu agar dia melipatgandakan usahanya. Nanti majikan kami bakal
ngebayar lebih banyak lagi.”
Nah, enggak
lama kemudian, Habib pulang dengan hati yang kebat-kebit. Udah kebayang deh,
muka istrinya bakal kayak apa ditekuknya. Tapi, lho kok, aneh bin ajaib. Wajah
manis yang lebih manis dari gula jawa, yang justru nyembul menyambut kepulangannya.
“Suamiku
sayang, kamu bener-bener kerja sama bos yang pemurah banget, ya? Liat aja apa
yang kita dapet hari ini!”
Waktu Habib
masuk rumah, dia bengong melihat apa yang udah tumplek-bleg di rumah itu. Tapi
buru-buru dia sadar, kalo inilah janji Dia Yang Maha Kaya! Sejak saat itu,
Habib makin giat mendekatkan diri pada Allah Ta’ala.
Tentu aja
ini bukan berarti kita bisa seenaknya aja menyimpulkan, ‘ah, kalo gitu gue
ibadah aja di masjid terus-terusan. Nggak usah kerja, nggak usah ngapa-ngapain,
nanti juga bakal dijamin rezekinya sama Allah!” bukan gitu!JANGAN LUPA!,
khalifah Umar bin Khattab r.a juga pernah menghardik seorang pemuda, yang
beliau lihat terus-terusan nongkrong di masjid sambil nangis-nangis minta
rejeki, sementara matahari sudah tinggi.
“KELUAR
KAMU! Rejeki adanya
di pasar, bukan di masjid!” gitu kira-kira tegoran Umar sama pemuda itu.
Hemat saya,
kejadian ini lebih kasuistik pada seorang Habib, tapi nggak bisa digeneralisir
sama setiap orang. Kalo kit abaca kisah sufi-sufi yang lain, kita bakal tahu
kalo diantara mereka ada yang menjadi pedagang kaya raya juga. Jadi, kalopun
terjadi pada Habib, saya lebih melihatnya sebagai bentuk karunia khusus dari
Allah pada Habib al Ajami.
Dan, hikmah
dari kisah ini tetap ada. Yaitu, kalo kita emang berusaha sekuat tenaga deket
sama Allah, ada lho yang namanya rezaki yang min haytsu laa yah tasib, alias ‘rejeki dari arah yang tidak di
sangka-sangka’!
Nah, kalo
ini, ayat Al-Qur’an lho, adanya di surah ath-Thalaq ayat2! Ayat yang menjamin
rejeki Allah bagi mereka yag bertaqwa ini, sering dibilang ‘ayat 1000 dinar’.
Percaya
deh, dalam keadaan-keadaan tertentu, disaat mana kita merasa udah mentok nggak
ada jalan untuk mendapatkan rejeki, nah, disitu biasanya muncul rizki dari arah
yang nggak disangka-sangka itu. Eh, nggak usah heran! Jalanin aja…..
Ya, sejak taubat dan deket sama
Allah, Bisyr emang dapet banyak banget pencerahan. Misalnya aja, suatu malam,
Bisyr datang ke rumah adik perempuannya. Tahu Bisyr mau dating, ia sudah sibuk
menyapu dan mengepel rumahnya, lalu menunggu kedatangan Bisyr dengan penuh
harap. Eh, tahu-tahu, Bisyr datang seperti orang yang sangat kebingungan.
“Adikku, aku mau naik kea tap,
ya?” katanya.
Bisyr lalu naik tangga beberapa
langkah. Tapi, belum juga sampe kea tap, dia berhenti dan terus diem aja di sana, sampai esok
harinya. Adik Bisyr Cuma bisa heran melihat kelakuan kakaknya itu. Waktu fajar
tiba, Bisyr baru turun, dan pergi ke masjid untuk shalat.
“Kak,
ngapain kamu berdiri kayak gitu
sepanjang malam?” Tanya adiknya ketika Bisyr pulang dari masjid.
Bisyr
menjawab,”Saya lagi mikir, ada begitu banyak orang yang namanya Bisyr di
Baghdad; ada yang Yahudi, ada yang Kristen, dan ada yang Majusi. Nama saya juga
Bisyr, tapi saya mendapat anugerah yang sangat besar, yakni keislaman saya.
Nah, saya Tanya sama diri saya sendiri, apa yang membuat Bisyr-Bisyr yang lain
nggak menerima anugerah islam, dan apa yang telah saya lakukan sampai-sampai
saya mendapatkan anugerah yang begitu besar ini? Saya benar-benar bingung, dan
itulah yang membuat saya mematung ditangga rumahmu.”
Rasa empati
Bisyr juga terkenal tinggi sama penderitaaan orang lain. Seorang sufi
mengisahkan kalo suatu kali, dia memutuskan menemui Bisyr, ketika cuaca saat
itu bene-bener dingin. Eh, dia malah melihat Bisyr nggak pake baju. Terang aja
Bisyr menggigil kedinginan.
Penasaran,
sufi itu bertanya,”Abu Nashr, di cuaca dingin seperti ini orang-orang biasanya
mengenakan pakaian ekstra, kamu kok, malah mel;epas bajumu?”
Tahu kagak,
apa yang dijawab Bisyr?
“Ya, saya
jadi ingat pada orang-orang miskin. Saya kagak punya uang untuk membantu
mereka, jadi saya pengen berbagi rasa dengan mereka.”
Ya,
begitulah pandangan hidup Bisyr. Udah susah aja, dia masih mikirin orang lain.
Konon, menjelang ajalnya, Bisyr berbaring di tempat tidur. Eh, seorang lelaki
masuk dan mengeluh tentang kejamnya nasib. Tanpa ba-bi-bu lagi, Bisyr
memberikan pakaiannya kepada lelaki itu dan ia sendiri mengenakan pakaian
pinjaman. Dengan mengenakan baju itulah Bisyr meninggal dunia.
Bisa jadi,
karena hal-hal yang mulia itu, Bisyr juga mendapat anugerah istimewa dari
Allah. Tapi sebetulnya, dia nggak suka kalo hal-hal itu disebutin ma orang lain
sehingga orang lain tau. Ini lagi-lagi menunjukkan kerendahan hatinya. Ahmad
ibnu Ibrahim bercerita, kalo suatu hari Bisyr berkata, “Beri tahu ma’ruf, kalo
saya akan menemuinya setelah saya selesai berdo’a.”
Maka, Ahmad
pun menyampaikan pesannya pada Ma’ruf, dan mereka berdua menunggunya. Lama
ditunggu, keduanya lalu mendirikan shalat Dzuhur, namun Bisyr belum juga
datang. Mereka pun melanjutkan shalar Ashar. Bahkan Bisyr belum juga dating
sampai saat mereka mendirikan shalat Maghrib dan Isya.
“Maha suci
Allah,” gumam Ahmad dalam hati, “apa mungkin orang seperti Bisyr mengingkari
janji? Ini kagak lazim.”
Mereka berdua terus menunggu,
di masjid yang memang terletak di tepi sungai Tigris.
Eh, akhirnya dari kejauhan terlihat Bisyr dengan sajadah di tangannya. Nah,
waktu ia mencapai sungai Tigris, ia santai aja
berjalan di atas air dan mendatangi mereka.
Singkat, ia dan ma’ruf ngobrol
sampai fajar. Selesai ngobrol, lalu ia kembali berjalan di atas air. melihat
Seheboh apa pun karomah yang
mereka dapat lakukan, umumnya
mereka kagak seneng kalo hal itu
diketahui
sama banyak orang. Jadi, kalo
ada orang mengaku-ngaku wali, tapi
kerjanya pamer keajaiban, kita boleh curiga
tuh.
Itu, Ahmad serasa limbung
saking takjubnya. Ia buru menghampiri Bisyr dan mencium tangan serta kakinya.
“Do’akan saya,” lalu Bisyr
berkata,”Jangan kamu ceritakan apa yang kamu lihat kepada siapapun.”
Dan memang, Ahmad kagak pernah
menceritakan kejadian tersebut kepada siapapun selama Bisyr masih hidup.
Sepanjang yang saya tahu,
seperti itulah sikap para sufi yang soleh. Seheboh apapun karomah yang mereka
dapat lakukan, umumnya mereka kagak pernah seneng kalo hal itu diketahui sama
banyak orang. Jadi, kalo ada orang yang mengaku-ngaku wali tapi kerjanya pamer
keajaiban, kita perlu curiga tuh.
Nah, semua hal-hal itu tentu
kagak didapat Bisyr secara gratisan! Semua itu “Cuma” buah dari ketaatan dan
sikap-sikap yang mulia juga. Makanya, Bisyr pernah cerita kalo suatu malam ia
bermimipi ketemu sama Nabi Muhammad SAW. Dalam mimipi itu, Beliau SAW berkata,
“Bisyr, tahukah kamu mengapa
Allah memilihmu dari antara orang-orang sezamanmu dan telah mengangkatmu ke
posisi yang tinggi?”
“nggak tahu, wahai Rasulullah,”
jawab Bisyr.
“Itu karena engkau mengikuti
sunnahku, menghormati orang-prang sholeh,
member nasihat yang baik kepada saudaramu, serta mencintaiku dan ahlul
baitku, karena itulah Allah telah menaikkanmu ke maqam para wali.”
Sejak
kejadian itu, Bisyr bertobat abis. Hari-hari dugemnya lewat, berganti dengan
hari-hari mukti alias mendekatkan diri kepada Allah SWT di masjid. Air matanya
sering bercucuran karena malu mengingat dosa-dosa yang telah ia lakukan.
Dikisahkan,
saking sangat seriusnya bertobat, Bisyr nggak segan mendatangi Imam Ahmad bin
Hanbal, seorang imam dan tokoh hukum islam yang terkenal pada masanya. Pada
Imam Ahmad, Bisyr meminta bimbingan agar bisa ibadah lebih baik dan lebih baik
lagi.
Subhanallah.
Ternyata Bisyr justru lebih giat ibadahnya. Lama-lama, ketekunan Bisyr
mendekatkan diri kepada Allah, jadi mahsyur, jadi terkenal dimana-mana. Dari
seorang dugemers, ia kini malah kondang sebagai seorang sufi yang begitu asyik
mencintai Allah, lebih dari seseorang yang merindukan seorang kekasihnya.
Bahkan,
Imam Ahmad bin Hanbal yang membimbingnya bertaubat kepada Allah, pada akhirnya
malah gentian sering berkunjung ke rumah Bisyr. Soalnya, Imam Ahmad merasa
bahwa ketaatan ibadah Bisyr justru lebih bagus daripada dirinya. Emang dasar
Imam Ahmad orangnya rendah hati juga, sih. Maka, jika bertemu, biasanya Imam
Ahmad bin Hanbal berkata, “Wahai Bisyr, ceritakan kepadaku tentang tuhanku.”
Dari seorang
pemuda gaul yang tukang ngedrugs, preman yang tukang bikin onar, Bisyr kini
dikenal sebagai pemuda alim, amat taat dan dekat kepada Allah SWT. Oya,
sedemikian malunyanya Bisyr sama Allah, suatu hari Bisyr bertekad nggak akan
mau lagi pakai alas kaki alias nyeker nggak pake sandal. Ketika ditanya kenapa
beliau melakukan itu, Bisyr menjawab,
“Aku udah
begitu banyak berbuat dosa, oleh sebab itu aku malu banget sama Allah.
Karenanya, aku merasa nggak pantes menginjak bumi-Nya yang suci ini sambil
pakai sepatu atau sesuatu.”
Jadi, sejak
saat itu, karena ogah pake alas kaki, kini Bisyr dikenal dengan julukan baru:
Bisyr “si kaki telanjang”. Eh, konon, sejak saat itu, tak satupun binatang
tunggangan, seperti keledai dan unta, yang buang hajat sembarangan di jalan-jalan
kotaBaghdad.
Seolah-olah, binatang-binatang itu nggak mau mencemari kaki Bisyr dengan
kotoran mereka.
Yah,
begitulah. Sampai suatu hari, seorang sufi berjalan memasuki ota Baghdad dengan keledai
tunggangannya. Tiba-tiba ia terkejut melihat keledainya membuang hajat di
tengah jalan. Keledainya menunduk sedih dan berseru, “Wahai, Bisyr si kaki
telanjang telah tiada.”
Wah,
ternyata benar!saat itu, Bisyr memang wafat dengan tenang. Sang sufi tahu hal
itu, karena saat Bisyr masih hidup, keledai-keledai tak mau membuang hajat
sembarangan. Jadi, begitu keledai sudah buang hajat sembarangan, itu artinya
Bisyr memang sudah tiada.
Nah,
sekarang kita kenalan yuk sama seorang sufi yang mulanya adalah penikmat dunia
banget, khususnya dunia gemerlap alias “Dugem”
Namanya
Abu Bisyr Ibnu Al-Harits Al-Hafi, beliau lahir di dekat Merv pada tahun 150
H/767 M, dan dijuluki si kaki telanjang. Ia hidup sezaman dan bahkan bertemu
dengan Imam Ahmad bin Hambal, seorang ulama ahli hukum islam terkenal. Ia wafat
di Baghdad pada
tahun 227 H/841 M. Ia dikagumi oleh Imam Ahmad Ibnu Hambal dan dihormati oleh
khalifah al Ma’mun.
Ketika
masih muda, akibat pergaulan, Bisyr gemar berfoya-foya. Pada masa itu, Baghdad sudah jadi kota
cosmopolitan dengan berbagai bangsa. Jadi, banyak diantara mereka yang
membentuk perkumpulan hura-hura di sana.
Nah, Bisyr adalah pemuda yang cool dan tampan, tak heran jika ia menjadi
bintang di berbagai perkumpulan “dugem” itu. Ia gemar minum anggur sampai
mabuk, dan pulang dalam keadaan teller. Begitulah setiap harinya si Bisyr itu.
Pada
suatu malam, dalam keadaan mabuk, Bisyr berjalan terhuyung-huyung menyusuru
lorong-lorong kotaBaghdad untuk kembali ke rumahnya. Malam
telah larut dan sepi. Sementara lampu-lampu jalan berkelap-kelip dan bergoyang
ditiup oleh angin, tubuh Bisyr bergoyang karena teller, alias mabuk, persisi
gaya Jackie Chan di dalam filmnya saat ia keluarkan jurus mabuknya.
Tapi
, ah, ada-ada aja deh, cara Allah menegur hamba-Nya. Di sebuah jalan, tiba-tiba
Bisyr melihat secarik kertas tampak bergerak-gerak di tiup angin. Mata Bisyr
menyipit dan ia membungkuk memperhatikan kertas itu, yang tampak bertuliskan
sesuatu. Meski dalam keadaan teller, Bisyr masih sempat membacanya. Wah,
ternyata di kertas tersebut bertuliskan lafadz Allah.
Waduh,
meski dalam keadaan teller, Bisyr kaget buka main. Diciuminya kertas itu dengan
gemetar, lalu ia menyimpan kertas itu dalam lipatan bajunya dengan hati-hati. Sampai
di rumah, ia member harum-haruman pada kertas itu, diletakkannya kertas itu
pada atas lemari dan kemudian ia pun rebah tertidur dengan pulasnya. Ah, dasar
prema sholeh!
Malam
itu juga, seorang sufi yang tinggal di kotaBaghdad, bermimpi.
Seorang malaikat datang kepadanya, dan menyuruhnya untuk pergi menemui Bisyr.
Dalam mimpinya, malaikat itu berkata, “Katakan pada Bisyr bahwa Allah SWT
mengirim salam kepadanya, karena telah menjaga dan memuliakan nama-Nya.”
Sang
sufi kaget dan terbangun. “Nggak mungkin!” Gumamnya. “Bisyr kan, seorang pemabuk. Aku pasti digoda
syaiton.”
Sang
sufi lalu berwudhu dan kembali tidur. Namun lagi-lagi mimpi itu datang lagi.
Kedua kali, ia masih belum mau percaya. Ia kembali berwudhu dan tidur lagi.
Namun, karena dalam tidurnya ia kembali bermimpi hal yang sama, sang sufi sadar
bahwa mimpi itu bukan sekedar bunga tidur.
Keesokan
harinya, sufi itu pergi mencari Bisyr. Masya Allah, dia menjumpai Bisyr di
tengah pasar, dan seperti biasanya, Bisyr sedang minum anggur bersama
teman-temannya. Sang sufi hanya bisa mengelus dada, namun ia ingat akan pesan
malaikat dalam mimpinya yang harus ia sampaikan pada pemuda yang bergajulan
itu.
“Assalamu’alaikum,
mas Bisyr! Maaf ni, kalo saya ganggu. Lagi sibuk ya?”
Bisyr
sempat kaget juga ditegur orang tua itu. Kalo yang menegur keamanan pasar sih,
biasa. Tapi orang tua ini, ya ampun. Bisyr sampai menyembunyikan botol
anggurnya saking malunya. Yang menegurnya adalah seorang sufi ahli ibadah.
Malu-malu, Bisyr menjawab,
“Oh,
eh, ya…nggak juga sih. Ada
apa, oom, eh, tuan sufi?”
Sang
sufipum menceritakan mimpi yang dialaminya semalam. “Nah, Bisyr, kamu tuh,
dapet salam dari Allah SWT, karena kamu telah menjaga dan memuliakan nama-Nya.”
Usai
ngomong begitu, sang sufi segera pergi, meninggalkan Bisyr yang termangu.
Barulan Bisyr sadar dan ingat pada kertas bertuliskan lafadz Allah yang ia
simpan malam itu. Lama dia berfikir. Perlahan-lahan, entah datang darimana,
muncul perasaan gelisah luar biasa. Sampai akhirnya, tiba-tiba Bisyr teriak:
“Aduh,
kalo gitu, tentu saya nggak pantes lagi terbenam dalam hal-hal semacam ini.”
Spontan
Bisyr membuang botol anggur yang sedang ia pegang, dan lari pontang-panting
meninggalkan teman-temannya yang terbengong-bengong menyaksikan kejadian itu.
Dikisahkan,
Bisyr menangis sejadi-jadinya, karena tobat dan malu abis sama Allah. Sejak
itulah dia berpaling dari dunia gemerlapnya, dan menekuni jalan para sufi.
Nah,
sejak ia tekun di jalan Allah itulah, Bisyr berubah total. Sederhana abis!
Konon, selama empat puluh tahun, Bisyr pengen banget makan daging panggang,
tapi ia kagak punya uang untuk membelinya. Selama bertahun-tahun hatinya pengen
makan buncis, tapi kagak kesampaian. Ia juga konon sampe nggak pernah minum air
yang berasal dari sumber air yang digali pemerintah.
Abu
Amir al Maki dikenal sebagai seorang sufi. Agak beda dengan sufi-sufi lainnya,
yang biasanya jarang menyebut-nyebut istri, Abu Amir terkenal kesalehannya
bareng istrinya.
Mereka
tinggal di Mekkah. Kesalehan dan kebaikan hati mereka berdua sangat terkenal,
sehingga mereka sangat dihormati oleh tetangga-tetangga mereka. Apalagi, Abu
Amr juga dikenal sebagai ahli ilmu agama dan rajin mengajarkannya kepada semua
orang. Yah…jadi para tetangga lebih hormat deh ma beliau.
Nah,
Abu Amir ini memiliki seorang putra yang masih balita. Namanya juga anak anak
orang sholeh, sejak kecil anak itu sudah diajarkan untuk selalu mengingat Allah
SWT. Cuma, cara pengajarannya yang dilakukan oleh Abu Amir dan istrinya itu
sedikit unik. Salah satunya adalah waktu makan tiba.
Setiap
kali anak mereka minta makan, maka Abu Amir menyuruh sang anak untuk pergi ke
jendela dan berdo’a minta apa yang kira-kira ia pengen makan.
Namanya
juga anak-anak, maka do’anya kagak repot-repot amat. Jadi, anak itu biasanya
bakal nyebutin roti kesukaannya. “Ya Allah, beri aku roti….”
Nah,
saat anaknya berdo’a itulah, Abu Amir dan istrinya sibuk menyiapkan makanan
yang diminta oleh sang anak tersebut. Ketika siap, baru kemudian mereka
memanggil sang anak.
“Nah
anakku, lihat…..Allah telah mengabulkan do’a kamu, sayang!”.
Begitulah,
setiap hari beliau mendidik anaknya tersebut. Sampai suatu saat, Abu Amir dan
istrinya harus keluar rumah untuk suatu keperluan. Setelah sang anak
ditidurkan, mereka berdua kemudian pergi. Sayangnya perhitungan mereka sedikit meleset.
Semula mereka fikir pergi nggak bakal lama. Tapi, wah, urusan diluar itu malah
semakin panjang dan akibatnya mereka baru bisa kembali ke rumah saat dzuhur
hamper tiba.
Pada
saat itu Abu Amir dan istrinya ingat bahwa anak mereka belum makan. Dan yang
lebih merisaukan lagi, makanan itu belum mereka siapkan. Sambil bergegas
separuh panic, mereka buru-buru kembali ke rumah.
Tapi…….
Alangkah
kagetnya mereka ketika tiba di rumah. Semula mereka membayangkan putra mereka
sedang menangis karena lapar dan haus. Namun yang mereka temukan, si anak
sedang duduk tenang-tenang di ruang tengah, sambil mulutnya mengunyah roti dan
makanan lainnya, yang biasa mereka hidangkan.
Terheran-heran,
dengan hati-hati mereka bertanya pada si anak
“Anakku
sayang, siapa yang member semua makanan ini semua padamu?”
“Lho…..aku
kan tinggal
minta sama Dia yang memberiku roti setiap hari,” jawabnya tenang dan lugu.
Mendengar
hal itu, sadarlah Abu Amir dan istrinya, bahwa anaknya sudah mengenal Allah
SWT.
Jadi
kalo kita ingin Allah dekat sama kita, gantungkan saja harapan hanya
kepada-Nya. Insya Allah, akan banyak hal-hal luar biasa yang bakal menghampiri
keseharian kita.
Kagak
percaya?coba aja!
Sumber:
Teguh Iman Perdana dalam bukunya Remaja bau sorga.
Ada seorang perempuan tua yang taat beragama, tetapi suaminya seorang yang fasik dan tidak mahu mengerjakan kewajipan agama dan tidak mahu berbuat kebaikan.
Perempuan itu sentiasa membaca Bismillah setiap kali hendak bercakap dan setiap kali dia hendak memulakan sesuatu sentiasa didahului dengan Bismillah. Suaminya tidak suka dengan sikap isterinya dan sentiasa memperolok-olokkan isterinya.
Suaminya berkata sambil mengejak, "Asyik Bismillah, Bismillah. Sekejap-sekejap Bismillah."
Isterinya tidak berkata apa-apa sebaliknya dia berdoa kepada Allah S.W.T. supaya memberikan hidayah kepada suaminya. Suatu hari suaminya berkata : "Suatu hari nanti akan aku buat kamu kecewa dengan bacaan-bacaanmu itu."
Untuk membuat sesuatu yang memeranjatkan isterinya, dia memberikan wang yang banyak kepada isterinya dengan berkata, "Simpan duit ini." Isterinya mengambil duit itu dan menyimpan di tempat yang selamat, di samping itu suaminya telah melihat tempat yang disimpan oleh isterinya. Kemudian dengan senyap-senyap suaminya itu mengambil duit tersebut dan mencampakkan beg duit ke dalam perigi di belakang rumahnya.
Setelah beberapa hari kemudian suaminya itu memanggil isterinya dan berkata, "Berikan padaku wang yang aku berikan kepada engkau dahulu untuk disimpan."
Kemudian isterinya pergi ke tempat dia menyimpan duit itu dan diikuti oleh suaminya dengan berhati-hati dia menghampiri tempat dia menyimpan duit itu dia membuka dengan membaca, "Bismillahirrahmanirrahiim." Ketika itu Allah S.W.T. menghantar malaikat Jibrail A.S. untuk mengembalikan beg duit dan menyerahkan duit itu kepada suaminya kembali.
Alangkah terperanjat suaminya, dia berasa bersalah dan mengaku segala perbuatannya kepada isterinya, ketika itu juga dia bertaubat dan mula mengerjakan perintah Allah, dan dia juga membaca Bismillah apabila dia hendak memulakan sesuatu kerja.
Seratus Tokoh: 01. NABI MUHAMMAD (570 SM - 632 SM)
Jatuhnya pilihan saya kepada Nabi Muhammad
dalam urutan pertama daftar Seratus Tokoh yang berpengaruh di dunia mungkin
mengejutkan sementara pembaca dan mungkin jadi tanda tanya sebagian yang lain.
Tapi saya berpegang pada keyakinan saya, dialah Nabi Muhammad satu-satunya
manusia dalam sejarah yang berhasil meraih sukses-sukses luar biasa baik
ditilik dari ukuran agama maupun ruang lingkup duniawi.
Berasal-usul dari keluarga sederhana, Muhammad
menegakkan dan menyebarkan salah satu dari agama terbesar di dunia, Agama
Islam. Dan pada saat yang bersamaan tampil sebagai seorang pemimpin tangguh,
tulen, dan efektif. Kini tiga belas abad sesudah wafatnya, pengaruhnya masih
tetap kuat dan mendalam serta berakar.
Sebagian besar dari orang-orang yang tercantum
di dalam buku ini merupakan makhluk beruntung karena lahir dan dibesarkan di
pusat-pusat peradaban manusia, berkultur tinggi dan tempat perputaran politik
bangsa-bangsa. Muhammad lahir pada tahun 570 M, di kota Mekkah, di bagian agak
selatan Jazirah Arabia, suatu tempat yang waktu itu merupakan daerah yang
paling terbelakang di dunia, jauh dari pusat perdagangan, seni maupun ilmu
pengetahuan. Menjadi yatim-piatu di umur enam tahun, dibesarkan dalam situasi
sekitar yang sederhana dan rendah hati. Sumber-sumber Islam menyebutkan bahwa
Muhamnmad seorang buta huruf. Keadaan ekonominya baru mulai membaik di umur dua
puluh lima
tahun tatkala dia kawin dengan seorang janda berada. Bagaimanapun, sampai
mendekati umur empat puluh tahun nyaris tak tampak petunjuk keluarbiasaannya
sebagai manusia.
Umumnya, bangsa Arab saat itu tak memeluk agama
tertentu kecuali penyembah berhala Di kota
Mekkah ada sejumlah kecil pemeluk-pemeluk Agama Yahudi dan Nasrani, dan besar
kemungkinan dari merekalah Muhammad untuk pertama kali mendengar perihal adanya
satu Tuhan Yang Mahakuasa, yang mengatur seantero alam. Tatkala dia berusia
empatpuluh tahun, Muhammad yakin bahwa Tuhan Yang Maha Esa ini menyampaikan
sesuatu kepadanya dan memilihnya untuk jadi penyebar kepercayaan yang benar.
Selama tiga tahun Muhammad hanya menyebar agama
terbatas pada kawan-kawan dekat dan kerabatnya. Baru tatkala memasuki tahun 613
dia mulai tampil di depan publik. Begitu dia sedikit demi sedikit punya
pengikut, penguasa Mekkah memandangnya sebagai orang berbahaya, pembikin onar.
Di tahun 622, cemas terhadap keselamatannya, Muhammad hijrah ke Madinah, kota di utara Mekkah
berjarak 200 mil. Di kota
itu dia ditawari posisi kekuasaan politik yang cukup meyakinkan.
Peristiwa hijrah ini merupakan titik balik
penting bagi kehidupan Nabi. Di Mekkah dia susah memperoleh sejumlah kecil
pengikut, dan di Medinah pengikutnya makin bertambah sehingga dalam tempo cepat
dia dapat memperoleh pengaruh yang menjadikannya seorang pemegang kekuasaan
yang sesungguhnya. Pada tahun-tahun berikutnya sementara pengikut Muhammad
bertumbuhan bagai jamur, serentetan pertempuran pecah antara Mektah dan
Madinah. Peperangan ini berakhir tahun 630 dengan kemenangan pada pihak Muhammad,
kembali ke Mekkah selaku penakluk. Sisa dua setengah tahun dari hidupnya dia
menyaksikan kemajuan luar-biasa dalam hal cepatnya suku-suku Arab memeluk Agama
Islam. Dan tatkala Muhammad wafat tahun 632, dia sudah memastikan dirinya
selaku penguasa efektif seantero Jazirah Arabia bagian selatan.
Suku Bedewi punya tradisi turun-temurun sebagai
prajurit-prajurit yang tangguh dan berani. Tapi, jumlah mereka tidaklah banyak
dan senantiasa tergoda perpecahan dan saling melabrak satu sama lain. Itu
sebabnya mereka tidak bisa mengungguli tentara dari kerajaan-kerajaan yang
mapan di daerah pertanian di belahan utara. Tapi, Muhammadlah orang pertama
dalam sejarah, berkat dorongan kuat kepercayaan kepada keesaan Tuhan, pasukan
Arab yang kecil itu sanggup melakukan serentetan penaklukan yang mencengangkan
dalam sejarah manusia. Di sebelah timurlaut Arab berdiri Kekaisaran Persia Baru
Sassanids yang luas. Di baratlaut Arabia
berdiri Byzantine atau Kekaisaran Romawi Timur dengan Konstantinopel sebagai
pusatnya.
Ditilik dari sudut jumlah dan ukuran, jelas
Arab tidak bakal mampu menghadapinya. Namun, di medan
pertempuran, pasukan Arab yang membara semangatnya dengan sapuan kilat dapat
menaklukkan Mesopotamia, Siria, dan Palestina.
Pada tahun 642 Mesir direbut dari genggaman Kekaisaran Byzantine, dan sementara
itu balatentara Persia dihajar dalam pertempuran yang amat menentukan di
Qadisiya tahun 637 dan di Nehavend tahun 642.
Tapi, penaklukan besar-besaran –di bawah
pimpinan sahabat Nabi dan penggantinya Abu Bakr dan Umar ibn al-Khattab– itu
tidak menunjukkan tanda-tanda stop sampai di situ. Pada tahun 711, pasukan Arab
telah menyapu habis Afrika Utara hingga ke tepi Samudera Atlantik. Dari situ
mereka membelok ke utara dan menyeberangi Selat Gibraltar
dan melabrak kerajaan Visigothic di Spanyol.
Sepintas lalu orang mesti mengira pasukan
Muslim akan membabat habis semua Nasrani Eropa. Tapi pada tahun 732, dalam
pertempuran yang masyhur dan dahsyat di Tours,
satu pasukan Muslimin yang telah maju ke pusat negeri Perancis pada akhirnya
dipukul oleh orang-orang Frank. Biarpun begitu, hanya dalam tempo secuwil abad
pertempuran, orang-orang Bedewi ini -dijiwai dengan ucapan-ucapan Nabi
Muhammad- telah mendirikan sebuah empirium membentang dari perbatasan India
hingga pasir putih tepi pantai Samudera Atlantik, sebuah empirium terbesar yang
pernah dikenal sejarah manusia. Dan di mana pun penaklukan dilakukan oleh
pasukan Muslim, selalu disusul dengan berbondong-bondongnya pemeluk masuk Agama
Islam.
Ternyata, tidak semua penaklukan wilayah itu
bersifat permanen. Orang-orangPersia,
walaupun masih tetap penganut setia Agama Islam, merebut kembali kemerdekaannya
dari tangan Arab. Dan di Spanyol, sesudah melalui peperangan tujuh abad lamanya
akhirnya berhasil dikuasai kembali oleh orang-orang Nasrani. Sementara itu, Mesopotamia dan Mesir dua tempat kelahiran kebudayaan
purba, tetap berada di tangan Arab seperti halnya seantero pantai utara Afrika.
Agama Islam, tentu saja, menyebar terus dari satu abad ke abad lain, jauh
melangkah dari daerah taklukan. Umumnya jutaan penganut Islam bertebaran di
Afrika, Asia Tengah, lebih-lebih Pakistan
dan India sebelah utara
serta Indonesia.
Di Indonesia, Agama Islam yang baru itu merupakan faktor pemersatu. Di anak
benua India,
nyaris kebalikannya: adanya agama baru itu menjadi sebab utama terjadinya
perpecahan.
Apakah pengaruh Nabi Muhammad yang paling
mendasar terhadap sejarah ummat manusia? Seperti halnya lain-lain agama juga,
Islam punya pengaruh luar biasa besarnya terhadap para penganutnya. Itu sebabnya
mengapa penyebar-penyebar agama besar di dunia semua dapat tempat dalam buku
ini. Jika diukur dari jumlah, banyaknya pemeluk Agama Nasrani dua kali lipat
besarnya dari pemeluk Agama Islam, dengan sendirinya timbul tanda tanya apa
alasan menempatkan urutan Nabi Muhammad lebih tinggi dari Nabi Isa dalam
daftar. Ada dua
alasan pokok yang jadi pegangan saya. Pertama, Muhammad memainkan peranan jauh
lebih penting dalam pengembangan Islam ketimbang peranan Nabi Isa terhadap
Agama Nasrani. Biarpun Nabi Isa bertanggung jawab terhadap ajaran-ajaran pokok
moral dan etika Kristen (sampai batas tertentu berbeda dengan Yudaisme), St. Paul merupakan tokoh
penyebar utama teologi Kristen, tokoh penyebarnya, dan penulis bagian terbesar
dari Perjanjian Lama.
Sebaliknya Muhammad bukan saja bertanggung
jawab terhadap teologi Islam tapi sekaligus juga terhadap pokok-pokok etika dan
moralnya. Tambahan pula dia “pencatat” Kitab Suci Al-Quran, kumpulan wahyu
kepada Muhammad yang diyakininya berasal langsung dari Allah. Sebagian terbesar
dari wahyu ini disalin dengan penuh kesungguhan selama Muhammad masih hidup dan
kemudian dihimpun dalam bentuk yang tak tergoyangkan tak lama sesudah dia
wafat. Al-Quran dengan demikian berkaitan erat dengan pandangan-pandangan
Muhammad serta ajaran-ajarannya karena dia bersandar pada wahyu Tuhan.
Sebaliknya, tak ada satu pun kumpulan yang begitu terperinci dari ajaran-ajaran
Isa yang masih dapat dijumpai di masa sekarang. Karena Al-Quran bagi kaum
Muslimin sedikit banyak sama pentingnya dengan Injil bagi kaum Nasrani,
pengaruh Muhammad dengan perantaraan Al-Quran teramatlah besarnya. Kemungkinan
pengaruh Muhammad dalam Islam lebih besar dari pengaruh Isa dan St. Paul dalam dunia
Kristen digabung jadi satu. Diukur dari semata mata sudut agama, tampaknya
pengaruh Muhammad setara dengan Isa dalam sejarah kemanusiaan.
Lebih jauh dari itu (berbeda dengan Isa)
Muhammad bukan semata pemimpin agama tapi juga pemimpin duniawi. Fakta
menunjukkan, selaku kekuatan pendorong terhadap gerak penaklukan yang dilakukan
bangsa Arab, pengaruh kepemimpinan politiknya berada dalam posisi terdepan
sepanjang waktu.
Dari pelbagai peristiwa sejarah, orang bisa
saja berkata hal itu bisa terjadi tanpa kepemimpinan khusus dari seseorang yang
mengepalai mereka. Misalnya, koloni-koloni di Amerika Selatan mungkin saja bisa
membebaskan diri dari kolonialisme Spanyol walau Simon Bolivar tak pernah ada
di dunia. Tapi, misal ini tidak berlaku pada gerak penaklukan yang dilakukan
bangsa Arab. Tak ada kejadian serupa sebelum Muhammad dan tak ada alasan untuk
menyangkal bahwa penaklukan bisa terjadi dan berhasil tanpa Muhammad.
Satu-satunya kemiripan dalam hal penaklukan dalam sejarah manusia di abad ke-13
yang sebagian terpokok berkat pengaruh Jengis Khan. Penaklukan ini, walau lebih
luas jangkauannya ketimbang apa yang dilakukan bangsa Arab, tidaklah bisa
membuktikan kemapanan, dan kini satu-satunya daerah yang diduduki oleh bangsa
Mongol hanyalah wilayah yang sama dengan sebelum masa Jengis Khan
Ini jelas menunjukkan beda besar dengan
penaklukan yang dilakukan oleh bangsa Arab. Membentang dari Irak hingga Maroko,
terbentang rantai bangsa Arab yang bersatu, bukan semata berkat anutan Agama
Islam tapi juga dari jurusan bahasa Arabnya, sejarah dan kebudayaan. Posisi
sentral Al-Quran di kalangan kaum Muslimin dan tertulisnya dalam bahasa Arab,
besar kemungkinan merupakan sebab mengapa bahasa Arab tidak terpecah-pecah ke
dalam dialek-dialek yang berantarakan. Jika tidak, boleh jadi sudah akan
terjadi di abad ke l3. Perbedaan dan pembagian Arab ke dalam beberapa negara
tentu terjadi -tentu saja- dan nyatanya memang begitu, tapi perpecahan yang
bersifat sebagian-sebagian itu jangan lantas membuat kita alpa bahwa persatuan
mereka masih berwujud. Tapi, baik Iran
maupun Indonesia
yang kedua-duanya negeri berpenduduk Muslimin dan keduanya penghasil minyak,
tidak ikut bergabung dalam sikap embargo minyak pada musim dingin tahun 1973 -
1974. Sebaliknya bukanlah barang kebetulan jika semua negara Arab, semata-mata
negara Arab, yang mengambil langkah embargo minyak.
Jadi, dapatlah kita saksikan, penaklukan yang
dilakukan bangsa Arab di abad ke-7 terus memainkan peranan penting dalam
sejarah ummat manusia hingga saat ini. Dari segi inilah saya menilai adanya
kombinasi tak terbandingkan antara segi agama dan segi duniawi yang melekat
pada pengaruh diri Muhammad sehingga saya menganggap Muhammad dalam arti
pribadi adalah manusia yang paling berpengaruh dalam sejarah manusia.
Abu
Amir al Maki dikenal sebagai seorang sufi. Agak beda dengan sufi-sufi lainnya,
yang biasanya jarang menyebut-nyebut istri, Abu Amir terkenal kesalehannya
bareng istrinya.
Mereka
tinggal di Mekkah. Kesalehan dan kebaikan hati mereka berdua sangat terkenal,
sehingga mereka sangat dihormati oleh tetangga-tetangga mereka. Apalagi, Abu
Amr juga dikenal sebagai ahli ilmu agama dan rajin mengajarkannya kepada semua
orang. Yah…jadi para tetangga lebih hormat deh ma beliau.
Nah,
Abu Amir ini memiliki seorang putra yang masih balita. Namanya juga anak anak
orang sholeh, sejak kecil anak itu sudah diajarkan untuk selalu mengingat Allah
SWT. Cuma, cara pengajarannya yang dilakukan oleh Abu Amir dan istrinya itu
sedikit unik. Salah satunya adalah waktu makan tiba.
Setiap
kali anak mereka minta makan, maka Abu Amir menyuruh sang anak untuk pergi ke
jendela dan berdo’a minta apa yang kira-kira ia pengen makan.
Namanya
juga anak-anak, maka do’anya kagak repot-repot amat. Jadi, anak itu biasanya
bakal nyebutin roti kesukaannya. “Ya Allah, beri aku roti….”
Nah,
saat anaknya berdo’a itulah, Abu Amir dan istrinya sibuk menyiapkan makanan
yang diminta oleh sang anak tersebut. Ketika siap, baru kemudian mereka
memanggil sang anak.
“Nah
anakku, lihat…..Allah telah mengabulkan do’a kamu, sayang!”.
Begitulah,
setiap hari beliau mendidik anaknya tersebut. Sampai suatu saat, Abu Amir dan
istrinya harus keluar rumah untuk suatu keperluan. Setelah sang anak
ditidurkan, mereka berdua kemudian pergi. Sayangnya perhitungan mereka sedikit meleset.
Semula mereka fikir pergi nggak bakal lama. Tapi, wah, urusan diluar itu malah
semakin panjang dan akibatnya mereka baru bisa kembali ke rumah saat dzuhur
hamper tiba.
Pada
saat itu Abu Amir dan istrinya ingat bahwa anak mereka belum makan. Dan yang
lebih merisaukan lagi, makanan itu belum mereka siapkan. Sambil bergegas
separuh panic, mereka buru-buru kembali ke rumah.
Tapi…….
Alangkah
kagetnya mereka ketika tiba di rumah. Semula mereka membayangkan putra mereka
sedang menangis karena lapar dan haus. Namun yang mereka temukan, si anak
sedang duduk tenang-tenang di ruang tengah, sambil mulutnya mengunyah roti dan
makanan lainnya, yang biasa mereka hidangkan.
Terheran-heran,
dengan hati-hati mereka bertanya pada si anak
“Anakku
sayang, siapa yang member semua makanan ini semua padamu?”
“Lho…..aku
kan tinggal
minta sama Dia yang memberiku roti setiap hari,” jawabnya tenang dan lugu.
Mendengar
hal itu, sadarlah Abu Amir dan istrinya, bahwa anaknya sudah mengenal Allah
SWT.
Jadi
kalo kita ingin Allah dekat sama kita, gantungkan saja harapan hanya
kepada-Nya. Insya Allah, akan banyak hal-hal luar biasa yang bakal menghampiri
keseharian kita.
Kagak
percaya?coba aja!
Sumber:
Teguh Iman Perdana dalam bukunya Remaja bau sorga.
Zaman itu, kalo ada orang yang
kedengeran kondang alimnya, raja atau sultan nggak segan-segan mengundang tokoh
itu ke istana. Niatnya, mulai dari sekedar ngobrol sampe minta ngajar privat
buat anak-anak sultan atau raja.
Bahkan nggak jarang kalo sultan
senang dengan seseorang yang kondang tersebut, bisa –bisa ditawari jadi pejabat
segala, lho! Nah, yang jadi khalifah saat itukan Pak Haru Ar Rasyid yang
legendaries itu. Mulanya, pak Harun udah denger soal ilmu dan ketenaran si
Fudhail.
Akhirnya, pak Harun undang tuh si
Fudhail untuk dating ke istana. Dia kirimlah utusan ke rumah si Fudhail. Apa
jawaban si Fudhail tentang undangan itu pada utusan Khalifah atau pak Harun
tersebut? Fudhail bilang,
“Nggak panters ah rasanya ilmu
mendatangi yang ingin mencari ilmu. Biarlah yang mencari ilmu dating ke sumber
ilmu.”
Lah, kok, Fudhail sombong gitu yah?
Ah, nggaklah. Sebetulnya, Fudhail hanya nggak ingin “dikacangi”, gitulah
istilah anak muda sekarang. Jangan gara-gara jadi khalifah, Haru Ar Rasyid jadi
belagu bisa nyuruh-nyuruh orang dating.
Tapi bagusnya, khalifah Harun Ar
Rasyid nggak marah, lho! Malah, beliau dating beneran ke rumah Fudhail malam
itu juga, disertai staf merangkap pengawal setianya.
Akhirnya setelah mengucap salam,
Fudhail menyilakan khalifah Harun Ar Rasyid masuk sambil tersenyum minta maaf
karena sudah menolak undangannya tadi siang. Giliran Khalifah Harun Ar Rasyid
yang bilang nggak pa-pa!
Ah, lucu juga ya
basa-basinya?
“Nah, Fudhail nasehati saya dong.”
“Ehm, yah, tadi saat saya salaman ma
ente, rasanya tangan ente empuk bener, wahai
‘Amirul Mukminin. Moga aje tangan ente itu nggak jadi santapan api
nerake gare-gare ente lalai mengurus rakyat…”
Wah, dibilangin begitu ma Fudhail,
sontak Khalifah Harun nangis terseduh-seduh. Sampai staf dan pengikut Khalifah
Harun marah.
“Hei! Fudhail, lihat noh apa yang
kamu lakukan ma beliau! Jangan teruskan!” bentak si pengawal.
“Diamlah, Haman! Kamu yang
sebenarnya bisa mencelakakan beliau!” balas Fudhail nggak kalah galaknya.
Uh, Khalifah Harun malah tambah
panic! Soalnya, nama asli stafnya itu bukan Haman! Haman itu nama tangan
kanannya raja Fir’aun!
“Aduh kamu dibilang Haman! Itu
artinya saya dibilang Fir’aun.”
Akhirnya staf itu diem, sementara
khalifah Harun masih menangis terisak-isak. Akhirnya udah beberapa lama, beliau
ngomong lagi ma Fudhail,
“Teruskan, hai Fudhail…”
“’ ‘Amirul Mukminin, saya mau Tanya.
Kalo suatu hari nanti anda kagak bisa minum walau Cuma seteguk air, lalu ada
orang yang dating bilang biasa nyembuhin anda, tapi dia minta separuh dari
kerajaan anda, apa yang anda akan lakukan?”
Sejenak Khalifah bimbang, lalu dia
jawab dengan lambat, “Ya, saya akan kasih separoh kerajaan saya itu!”
“Nah, lalu air itu ternyata nggak
bisa keluar dari tubuh anda. Dan orang yang sama bilang, dia akan keluarkan air
itu dari tubuh anda, tapi dengan syarat dia minta setengah dari kerajaan anda.
Apa yang akan anda lakukan?”
“Ah, ya, saya kasih aja setengah
kerajaan saya itu!”
“Bener nih…?”
“Bener!”
“Nah kenapa anda mati-matian
ngejagain kerajaan di dunia kamu yang nilainya Cuma segelas itu? Nah, di inget
deh kata-kata itu, wahai ‘Amirul Mukmini.”
Wah, Khalifah Harun nangis lagi,
bahkan lebih keras nangisnya. Setelah itu air matanya agak kering, barulah ia
pamit mau kembali ke istananya. Tadinya, Khalifah Harun mau kasih uang
sekantong buat Fudhail, tapi Fudhail enolak dengan senyum.
Mungkin kita semua berfikir, kenapa
sih, si Fudhail ampe sekeras itu menasihati seorang pemimpn?
Mungkin gini deh. Zaman itu,
ahli-ahli sejarah mencatat kalo umat islam boleh dibilang hidupnya makmur
sejahtera deh nggak seperti sekarang. Dahulu kekayaan melimpah, ilmu
pengetahuan lagi tinggi-tingginya, pokoknya tajir abis deh! Nah, kalo nggak
ati-ati, yang ada malah bisa tergelincir jadi lupa diri. Apalagi buat seorang
khalifah kayak Haru Ar Rasyid. Jadi, mungkin memang perlu rada keras dikit menegurnya.
Tapi maksudnya, sayang kok.