Sabtu, 31 Oktober 2009

Cerita Sahabat Muslim 11


Ibrahim bin Adham dan Buah Delima

            Di dalam pengembaraannya, Ibrahim melakukan berbagai cara yang halal agar hidupnya berlanjut. Ia pernah jadi kuli pemecah biji gandum agar dapat memperoleh tepung untuk dibuat roti. Begitu roti masak, rotinya nggak dimakan sendiri, tapi dibagikan pada fakir miskin.
            Ia juga sibuk jadi pencari kayu bakar dan dijualnyua ke pasar/ uamg yang ia dapatkan, bukan Cuma buat dirinya tapi, di bagi-bagikan pada fakir miskin. Alhasil, sifat-sifatnya yang penyantun dan jujur itu membuat nama Ibrahim bin Adham jadi buah bibir di kalangan masyarakat.
            Uniknya, Ibrahim sendiri lebih suka menghindar. Jadi, wartawan infotainment ‘Baghdad Channel’, misalnya, susah banget bikin wawancara sama dia. Becandanya begitu. Tapi yang jelas, meski diomongin, banyak orang yang nggak tahu, kayak apa sih, Ibrahim bin Adham itu?
            Pada suatu hari, Ibrahim berniat ganti profesi. Maka, ia pergi kesuatu tempat yang letaknya jauh dari kota, dan melamar menjadi penjaga kebun buah-buahan milik orang kaya. Berbulan-bulan lamanya Ibrahim bekerja disana, majikannya itu jarang dating ke kebun. Wajar aja, namanya juga orang kaya, bisnisnya pasti banyak. Tapi, suatu siang sang majikan berkunjung ke kebunnya. Ia lalu menyuruh Ibrahim mengambil beberapa buah delima yang masak dan manis.
            Ibrahim buru-buru memetik delima-delima yang bergelantungan, dan segera menyerahkannya pada sang tuan. Tanpa melihat lagi, sang tuan langsung menggigit buah itu, dan……….
            “Phuiiiihhhhhhh!lho kok, masam sekali? Hei, aku bilangkan ambil yang manis. Ayo, ambilkan lagi buah delima yang lain!”
            Tanpa bicara, Ibrahim segera memetik kembali buah delima yang di maksud, dan lagi-lagi sang tuan mendapatkan buah yang mentah dan masam.
            Dengan kesal sang tuan berkata dengan Ibrahim, “Hei, sudah berbulan-bulan kamu bekerja di kebun ini. Tapi memilihkan delima yang masak dan manis saja kamu nggak becus. Bagaimana sih kamu ini?”
            “Oh, begini tuan,” jawab Ibrahim dengan tenang, “tugas sayakan Cuma menjaga kebun agar tidak dirusak oleh hewan atau supaya tidak diganggu oleh pencuri. Terus terang aja, saya sama sekali tidak pernah makan buah-buahan itu. Jadi, daya nggak tahu gimana rasanya delima asam atau manis.”
            Sang majikan terbengong-bengong mendengar jawaban aneh itu. Selama ini, jangankan mencicipi, tukang-tukang kebun sebelumnya nggak jarang malah menjual buah-buahan itu tanpa sepengetahuannya. Dia lalu menatap tukang jaga kebun itu dalam-dalam. Sementara, yang di tatap berdiri tenang denga cueknya. Pasti bukan orang sembarangan nih, piker sang pemilik kebun.
            Aha! Tiba-tiba sang pemilik kebun teringat sesuatu. Sebaga tokoh masyarakat yang gaul, sudah lama ia mendengar gossip-gosip seputar sosok Ibrahim bin Adham! Jangan-jangan….
            “Dengan keteguha dan kejujuran yang kamu miliki, hatiku berkata kamu pasti Ibrahim bin Adham!ya, kan? Ya, kan?” serunya kegirangan
            Nah, sekarang giliran Ibrahim yang terkejut. Aduh, ketahuan, deh! Serba salah neh jadinya.
            Tak lama sesudah peristiwa itu, Ibrahim bin Adham segera meminta berhenti sebagai penjaga kebun. Bukan Karena minder, tapi ia merasa identitasnya udah ketahuan orang. Padahal, ia adalah orang yang jujur yang sangat teguh memegang amanah. Tapi, bener-bener karena Allah, bukan mencari pujian orang.
            “Karena kamu udah tahu siapa aku,”kata Ibrahim, “maka aku mau berhenti aja.” Habis berkata begitu, Ibrahim pun pergi dan berlalu.


Jumat, 30 Oktober 2009

Cerita Sahabat Muslim 10


Ibrahim bin Adham : Pangeran jadi Pengelana



            Kali ini kita berkenalan dengan seorang aulia atau orang suci bernama Ibrahim bin Adham.
            Sebelum terjun menjadi seoprang sufi, dulunya ia adalah seorang pangeran dari kerajaan Balkh, yang sekarang ada di Negara Afghanistan. Namanya juga pangeran. Hidupnya pasti bergelimang kemewahan. Udah gitu, lebih banyak santainya dan hura-huranya, ketimbang ngurusin negaranya.
            Enak ya? Ternyata, nggak juga! Karena terlalu lama bermewah-mewah, bati Ibrahim mulai gelisah. Ia ingin sekali mencari jalan untuk lebih dekat sama Allah. Tapi, bagaimana caranya? Wong apa-apa udah di sediain. Mau apa aja tinggal dilayanin. Uh……bosen!
            Waktu terus berlalu, dan sampailah Ibrahim pada jadual berburunya. Sebagai pangeran, ia biasanya berburu di padang rumput dan hutan-hutan, tentu aja dengan diiringi seabreg punggawa, pengawal dan pelayan.
            Pada suatu malam, ketika usai memperoleh hasil berburu yang besar, Ibrahim tertidur lelap di tendanya yang mewah. Mendadak, ia mendengar suara seperti seseorang berjalan mondar-mandir di atas tendanya. Spontan ia berteriak,”Siapa Kamu? Apa yang kamu lakukan di sini?”
            Eh, suara itu menjawab,”Aku sedang mencari untaku di sini!”
            “Apa? Gila kamu! Mana mungkin mencari unta di atas tendaku seperti ini?”
            “Lho, kamu juga, “ balas suara itu,”mana mungkin kau akan menemui Allah di atas kemewahan seperti ini?”
            Suara itupun tiba-tiba menghilang. Ibrahim bin Adham terpana. Kata-kata itu langsung nancep di hatinya, nyangkut dalem banget nimbus kebatinnya!nah, lho!
            Iya, juga, ya? Kalo diem aja di atas kemewahan, nggak tahu bagaimana penderitaan di luar sana, bagaimana ia akan lebih mengenal dan merasakan nikmat-nikmat Allah?
            Bener juga, ya? Kita bisa tahu nikmat kekayaan, karena tahu rasanya kemiskinan. Tahu nikmatnya sehat, Karen akita sudah tahu rasanya sakit! Begitu seterusnya.
            Duh, asli deh, Ibrahim langsung jadi bĂȘte! Spontan ia bangkit dan meninggalkan tenda mewahnya malam itu juga, dengan cara diam-diam. Sejak sat itu ia memutuskan untuk pergi mengembara di jalan Allah. Ia tinggalkan hidupnya yang mewah dan pergi mengembara mencari kebenaran sejati. Yang hebatnya, sebagai orang kaya raya, Ibrahim enjoy aja tuh menikmati jalan hidup sederhana.
            Tapi kalo buat kamu-kamu, cara begini bukan buat mentaah-mentah ditiru, ya?bisa-bisa, ayah dan ibu kamu kumat sakit jantungnya. Masak, kabur dari rumah bilangnya mau ngikutin jejak Ibrahim bin Adham. Asal!
            Yang penting, niat Ibrahim yang mesti kita tiru : bersungguh-sungguh mencari kebaikan di jalan Allah. Belajar denga tekun dan bikin orang tua kamu bahagia, itu juga jalan Allah, lho…. 



Kamis, 29 Oktober 2009

Cerita Sahabat Muslim 10


Kisah Seru Habib & Hasan Al Basyri

            Dalam bersikap dan meyakini pertolongan Allah, Habib boleh dibilang polos banget. Suatu hari, tentara Al Hallaj mencari-cari dan mengejar Hasan Al Bashri. Al Hallaj ini seorang panglima perang kerajaan, yang terkenal kejam sama lawan-lawan politik Sulthan. Waktu itu, bisa dibilang Hasan Al Bashri termasuk ulama yang vocal kalo udah ngomong soal ‘amar ma’ruf nahy munkar’. Pihak istana mulai terasa gerah dengan omongan-omongannya, sehingga beliau dianggap pihak yang perlu ‘diamankan’.
            Nah, saat dikejar-kejar itu, Hasan Al Bashri sampai ditempat Habib biasa menyepi untuk beribadah. Beliau piker, karena Habib asalah muridnya, maka dia pasti bakal melindunginya dari kejaran tentara Al Hallaj. Maka, tanpa ba-bi-bu lagi, ia langsung masuk dalam pondokan Habib dan bersembunyi di sana. Melihat itu, Habib diem aja.
            Bener aja. Nggak lama kemudian, rombongan tentara al Hllaj sampai juga di tempat itu.
            “Hei, apakah kamu lihat Hasan Al Bashri lewat sini?”
Tanya komandan pasukan garang.
            “Aku nggak tahu. Silakan aja kalian periksa sendiri,”
Jawab Habib enteng.
            Tentara-tentara itu segera menggeledah tempat Habib berteduh. Hasan al Bashri yang mendengar jawaban Habib, kontan tercekat. Duh, kelewatan nih, si Habib. Bisa langsung kena jarring deh, gue! Gitu kali ya, di pikiran Hasan waktu itu. Tapi anehnya, seperti yang Hasan akui di kemudian hari, “Berkali-kali tentara Hallaj menyentuh tubuhku, tapi tak seorangpun yang sepertinya melihatku.”
            Akhirnya, tentara al Hallaj pergi. Merasa situasi sudah aman terkendali, Hasan pelan-pelan keluar dan menemui Habib, yang masih duduk tenang-tenang dan tersenyum melihatnya. Hasan tetap aja nggak bisa menyembunyikan rasa dongkolnya.
            “Habib, kamu bener-bener murid yang nggak tahu diri. Bukannya kamu melindungi saya, eh, kamu malah menyuruh tentara-tentara itu masuk,”ujarnya separuh kesal.
            “Guru,”jawab Habib sambil mesem, “Kalo tadi saya berbohong, niscaya mereka dengan gampangnya menemui kamu. Tapi disaat mereka masuk tadi, aku berdo’a, ya Allah, lindungilah Hasan. Dan ternyata, do’aku dikabulkan.”
            Disaat yang lain, Habib mendapat hadiah mantel bulu yang bagus, dan Hasan tahu itu. Suatu hari, saat Hasan al Bashri lewat di sebuah pemandian yang ada di tepi sungai Tigris, dia kaget melihat mantel bulu bagus milik Habib itu, tergeletak begitu saja.
            “Dasar Habib orang Barbar,”gerutu Hasan dalam hati,
“Mantel bulu maha;l seperti ini seenaknya aja di tinggal mandi.”
            Khawati kalo mantel milik muridnya hilang disikat maling, Hasan memutuskan menunggu sambil menjaga mantel itu. Saat Habib keluar dari pemandian, wajahnya langsung sumringah melihat Hasan.
            “Wahai imam kaum muslimin, apa yang kau lakukan di sini?”
            “Habib, lain kali, berhati-hatilah dengan barang milikmu sendiri. Ini barang mahal,”sahut Hasan separu sebel, melihat wajah Habib yang seakan nggak berdosa sebab sudah bikin dia nungguin mantelnya selama itu.
            “Oh, kutitipkan mantel itu sama Allah, dan kemudian Allah mengirimkan kamu untuk menjaganya.”


Rabu, 28 Oktober 2009

Cerita Sahabat Muslim 9


Habib Si Orang Asing

            Dia disebut Habib al’Ajami alias Habib si orang asing, lantaran lidahnya susah banget ngomong bahasa arab dengan benar
            Maklumin aja, Habib aslinya orang Persia, yang ditangkap dan dijadikan budak. Lantas, dia ditebus oleh Hasan Al Bashri, ahli Hadits, fiqih, ulama kondang dan juga seorang sufi yang tinggal di kota Bashrah (sekarang kota ini masih ada, di Irak). Zaman itu emang biasa tuh, kalo ada keributan atau perang, yang ditawan biasanya dijadikan budak, dijual sama yang menang dalam perang. Sejak itu Habib belajar di bawah bimbingan Hasan Al Bashri.
            Semula, hidup Habibi ini basa-biasa aja. Biarpun udah belajar sama Hasan al Bashri, lidahnya nggak juga fasih. Tapi biar gimana, ibadahnya top banget! Boleh dibilang, sejak belajar sama Hasan, hidupnya jadi Full mikirin Allah melulu, sampe-sampe istrinya sempet kesel.
            “Kamu kemana aja, sih? Pendaringan (tempat menaruh beras) udah mau kosong begini, kamu tenang-tenang aja. Kerja apaan, kek!” omel istrinya. Omelan sayang sih. Sebab, kalo nggak ngomel ngeliat suami nganggur, bukan istri yang cinta tuh, namanya.
            “Eh……”Habib mikir keras. Sempet bingung juga. Mau bilang kerja, emang nyatanya dia lebih banyak asyik ibadah. “Sabarlah istriku, sayang”, kata Habib, “aku ini bekerja sama bos yang pemurah banget! Tiap tiga hari sekali, upahku pasti dibayar.”
            Sebetulnya Habibi asal ngomong doing, yang penting istrinya senang. Habib sendiri tetap asyik mashyuk beribadah. Cuma, begitu masuk hari ketiga yang udah diujung sore, Habib mikir juga.
            “Waduh, ntar kalo istriku Tanya soal beras, gue mesti jawab apa ya?” gitulah mungkin kira-kira Habib mikir lok dia ada di Zaman sekarang.
            Diriwayatkan, tanpa dia tahu, saat itu di rumahnya datang dua orang bawa makanan banyak banget. Ada madu, daging domba guling, tepung, wah, pokoknya kalo semua dibandingkan sama zaman sekarang, satu mini market di bawa ke rumah, deh! Istri Habib jelas terkejut, tapi dia inget janji suaminya, kalo tiap tiga hari upahnya bakal dibayar.
            Bener juga, apalagi pas pulang, si tamu ngomong gini,
            “Sampaikan pada suamimu agar dia melipatgandakan usahanya. Nanti majikan kami bakal ngebayar lebih banyak lagi.”
            Nah, enggak lama kemudian, Habib pulang dengan hati yang kebat-kebit. Udah kebayang deh, muka istrinya bakal kayak apa ditekuknya. Tapi, lho kok, aneh bin ajaib. Wajah manis yang lebih manis dari gula jawa, yang justru nyembul menyambut kepulangannya.
            “Suamiku sayang, kamu bener-bener kerja sama bos yang pemurah banget, ya? Liat aja apa yang kita dapet hari ini!”
            Waktu Habib masuk rumah, dia bengong melihat apa yang udah tumplek-bleg di rumah itu. Tapi buru-buru dia sadar, kalo inilah janji Dia Yang Maha Kaya! Sejak saat itu, Habib makin giat mendekatkan diri pada Allah Ta’ala.
            Tentu aja ini bukan berarti kita bisa seenaknya aja menyimpulkan, ‘ah, kalo gitu gue ibadah aja di masjid terus-terusan. Nggak usah kerja, nggak usah ngapa-ngapain, nanti juga bakal dijamin rezekinya sama Allah!” bukan gitu!JANGAN LUPA!, khalifah Umar bin Khattab r.a juga pernah menghardik seorang pemuda, yang beliau lihat terus-terusan nongkrong di masjid sambil nangis-nangis minta rejeki, sementara matahari sudah tinggi.
            “KELUAR KAMU! Rejeki adanya di pasar, bukan di masjid!” gitu kira-kira tegoran Umar sama pemuda itu.
            Hemat saya, kejadian ini lebih kasuistik pada seorang Habib, tapi nggak bisa digeneralisir sama setiap orang. Kalo kit abaca kisah sufi-sufi yang lain, kita bakal tahu kalo diantara mereka ada yang menjadi pedagang kaya raya juga. Jadi, kalopun terjadi pada Habib, saya lebih melihatnya sebagai bentuk karunia khusus dari Allah pada Habib al Ajami.
            Dan, hikmah dari kisah ini tetap ada. Yaitu, kalo kita emang berusaha sekuat tenaga deket sama Allah, ada lho yang namanya rezaki yang min haytsu laa yah tasib, alias ‘rejeki dari arah yang tidak di sangka-sangka’!
            Nah, kalo ini, ayat Al-Qur’an lho, adanya di surah ath-Thalaq ayat2! Ayat yang menjamin rejeki Allah bagi mereka yag bertaqwa ini, sering dibilang ‘ayat 1000 dinar’.
            Percaya deh, dalam keadaan-keadaan tertentu, disaat mana kita merasa udah mentok nggak ada jalan untuk mendapatkan rejeki, nah, disitu biasanya muncul rizki dari arah yang nggak disangka-sangka itu. Eh, nggak usah heran! Jalanin aja…..

Sumber: Remaja Bau Surga

Senin, 26 Oktober 2009

Cerita Sahabat Muslim 8


Kisah-kisah Seru Tentang Bisyr
Ya, sejak taubat dan deket sama Allah, Bisyr emang dapet banyak banget pencerahan. Misalnya aja, suatu malam, Bisyr datang ke rumah adik perempuannya. Tahu Bisyr mau dating, ia sudah sibuk menyapu dan mengepel rumahnya, lalu menunggu kedatangan Bisyr dengan penuh harap. Eh, tahu-tahu, Bisyr datang seperti orang yang sangat kebingungan.
“Adikku, aku mau naik kea tap, ya?” katanya.
Bisyr lalu naik tangga beberapa langkah. Tapi, belum juga sampe kea tap, dia berhenti dan terus diem aja di sana, sampai esok harinya. Adik Bisyr Cuma bisa heran melihat kelakuan kakaknya itu. Waktu fajar tiba, Bisyr baru turun, dan pergi ke masjid untuk shalat.
            “Kak, ngapain  kamu berdiri kayak gitu sepanjang malam?” Tanya adiknya ketika Bisyr pulang dari masjid.
            Bisyr menjawab,”Saya lagi mikir, ada begitu banyak orang yang namanya Bisyr di Baghdad; ada yang Yahudi, ada yang Kristen, dan ada yang Majusi. Nama saya juga Bisyr, tapi saya mendapat anugerah yang sangat besar, yakni keislaman saya. Nah, saya Tanya sama diri saya sendiri, apa yang membuat Bisyr-Bisyr yang lain nggak menerima anugerah islam, dan apa yang telah saya lakukan sampai-sampai saya mendapatkan anugerah yang begitu besar ini? Saya benar-benar bingung, dan itulah yang membuat saya mematung ditangga rumahmu.”
            Rasa empati Bisyr juga terkenal tinggi sama penderitaaan orang lain. Seorang sufi mengisahkan kalo suatu kali, dia memutuskan menemui Bisyr, ketika cuaca saat itu bene-bener dingin. Eh, dia malah melihat Bisyr nggak pake baju. Terang aja Bisyr menggigil kedinginan.
            Penasaran, sufi itu bertanya,”Abu Nashr, di cuaca dingin seperti ini orang-orang biasanya mengenakan pakaian ekstra, kamu kok, malah mel;epas bajumu?”
            Tahu kagak, apa yang dijawab Bisyr?
            “Ya, saya jadi ingat pada orang-orang miskin. Saya kagak punya uang untuk membantu mereka, jadi saya pengen berbagi rasa dengan mereka.”
            Ya, begitulah pandangan hidup Bisyr. Udah susah aja, dia masih mikirin orang lain. Konon, menjelang ajalnya, Bisyr berbaring di tempat tidur. Eh, seorang lelaki masuk dan mengeluh tentang kejamnya nasib. Tanpa ba-bi-bu lagi, Bisyr memberikan pakaiannya kepada lelaki itu dan ia sendiri mengenakan pakaian pinjaman. Dengan mengenakan baju itulah Bisyr meninggal dunia.
            Bisa jadi, karena hal-hal yang mulia itu, Bisyr juga mendapat anugerah istimewa dari Allah. Tapi sebetulnya, dia nggak suka kalo hal-hal itu disebutin ma orang lain sehingga orang lain tau. Ini lagi-lagi menunjukkan kerendahan hatinya. Ahmad ibnu Ibrahim bercerita, kalo suatu hari Bisyr berkata, “Beri tahu ma’ruf, kalo saya akan menemuinya setelah saya selesai berdo’a.”
            Maka, Ahmad pun menyampaikan pesannya pada Ma’ruf, dan mereka berdua menunggunya. Lama ditunggu, keduanya lalu mendirikan shalat Dzuhur, namun Bisyr belum juga datang. Mereka pun melanjutkan shalar Ashar. Bahkan Bisyr belum juga dating sampai saat mereka mendirikan shalat Maghrib dan Isya.
            “Maha suci Allah,” gumam Ahmad dalam hati, “apa mungkin orang seperti Bisyr mengingkari janji? Ini kagak lazim.”
Mereka berdua terus menunggu, di masjid yang memang terletak di tepi sungai Tigris. Eh, akhirnya dari kejauhan terlihat Bisyr dengan sajadah di tangannya. Nah, waktu ia mencapai sungai Tigris, ia santai aja berjalan di atas air dan mendatangi mereka.
Singkat, ia dan ma’ruf ngobrol sampai fajar. Selesai ngobrol, lalu ia kembali berjalan di atas air. melihat
Seheboh apa pun karomah yang mereka dapat lakukan, umumnya
mereka kagak seneng kalo hal itu diketahui
sama banyak orang. Jadi, kalo ada orang mengaku-ngaku wali, tapi
 kerjanya pamer keajaiban, kita boleh curiga tuh.


Itu, Ahmad serasa limbung saking takjubnya. Ia buru menghampiri Bisyr dan mencium tangan serta kakinya.
“Do’akan saya,” lalu Bisyr berkata,”Jangan kamu ceritakan apa yang kamu lihat kepada siapapun.”
Dan memang, Ahmad kagak pernah menceritakan kejadian tersebut kepada siapapun selama Bisyr masih hidup.
Sepanjang yang saya tahu, seperti itulah sikap para sufi yang soleh. Seheboh apapun karomah yang mereka dapat lakukan, umumnya mereka kagak pernah seneng kalo hal itu diketahui sama banyak orang. Jadi, kalo ada orang yang mengaku-ngaku wali tapi kerjanya pamer keajaiban, kita perlu curiga tuh.
Nah, semua hal-hal itu tentu kagak didapat Bisyr secara gratisan! Semua itu “Cuma” buah dari ketaatan dan sikap-sikap yang mulia juga. Makanya, Bisyr pernah cerita kalo suatu malam ia bermimipi ketemu sama Nabi Muhammad SAW. Dalam mimipi itu, Beliau SAW berkata,
“Bisyr, tahukah kamu mengapa Allah memilihmu dari antara orang-orang sezamanmu dan telah mengangkatmu ke posisi yang tinggi?”
“nggak tahu, wahai Rasulullah,” jawab Bisyr.
“Itu karena engkau mengikuti sunnahku, menghormati orang-prang sholeh,  member nasihat yang baik kepada saudaramu, serta mencintaiku dan ahlul baitku, karena itulah Allah telah menaikkanmu ke maqam para wali.”



Minggu, 25 Oktober 2009

Cerita Sahabat Muslim 7


Kenapa Bisyr Bertelanjang kaki

            Sejak kejadian itu, Bisyr bertobat abis. Hari-hari dugemnya lewat, berganti dengan hari-hari mukti alias mendekatkan diri kepada Allah SWT di masjid. Air matanya sering bercucuran karena malu mengingat dosa-dosa yang telah ia lakukan.
            Dikisahkan, saking sangat seriusnya bertobat, Bisyr nggak segan mendatangi Imam Ahmad bin Hanbal, seorang imam dan tokoh hukum islam yang terkenal pada masanya. Pada Imam Ahmad, Bisyr meminta bimbingan agar bisa ibadah lebih baik dan lebih baik lagi.
            Subhanallah. Ternyata Bisyr justru lebih giat ibadahnya. Lama-lama, ketekunan Bisyr mendekatkan diri kepada Allah, jadi mahsyur, jadi terkenal dimana-mana. Dari seorang dugemers, ia kini malah kondang sebagai seorang sufi yang begitu asyik mencintai Allah, lebih dari seseorang yang merindukan seorang kekasihnya.
            Bahkan, Imam Ahmad bin Hanbal yang membimbingnya bertaubat kepada Allah, pada akhirnya malah gentian sering berkunjung ke rumah Bisyr. Soalnya, Imam Ahmad merasa bahwa ketaatan ibadah Bisyr justru lebih bagus daripada dirinya. Emang dasar Imam Ahmad orangnya rendah hati juga, sih. Maka, jika bertemu, biasanya Imam Ahmad bin Hanbal berkata, “Wahai Bisyr, ceritakan kepadaku tentang tuhanku.”
            Dari seorang pemuda gaul yang tukang ngedrugs, preman yang tukang bikin onar, Bisyr kini dikenal sebagai pemuda alim, amat taat dan dekat kepada Allah SWT. Oya, sedemikian malunyanya Bisyr sama Allah, suatu hari Bisyr bertekad nggak akan mau lagi pakai alas kaki alias nyeker nggak pake sandal. Ketika ditanya kenapa beliau melakukan itu, Bisyr menjawab,
            “Aku udah begitu banyak berbuat dosa, oleh sebab itu aku malu banget sama Allah. Karenanya, aku merasa nggak pantes menginjak bumi-Nya yang suci ini sambil pakai sepatu atau sesuatu.”
            Jadi, sejak saat itu, karena ogah pake alas kaki, kini Bisyr dikenal dengan julukan baru: Bisyr “si kaki telanjang”. Eh, konon, sejak saat itu, tak satupun binatang tunggangan, seperti keledai dan unta, yang buang hajat sembarangan di jalan-jalan kota Baghdad. Seolah-olah, binatang-binatang itu nggak mau mencemari kaki Bisyr dengan kotoran mereka.
            Yah, begitulah. Sampai suatu hari, seorang sufi berjalan memasuki ota Baghdad dengan keledai tunggangannya. Tiba-tiba ia terkejut melihat keledainya membuang hajat di tengah jalan. Keledainya menunduk sedih dan berseru, “Wahai, Bisyr si kaki telanjang telah tiada.”
            Wah, ternyata benar!saat itu, Bisyr memang wafat dengan tenang. Sang sufi tahu hal itu, karena saat Bisyr masih hidup, keledai-keledai tak mau membuang hajat sembarangan. Jadi, begitu keledai sudah buang hajat sembarangan, itu artinya Bisyr memang sudah tiada.

Jumat, 23 Oktober 2009

Cerita Sahabat Muslim 6


Bisyr Ibnu Al-Harits Si Kaki Telanjang

Nah, sekarang kita kenalan yuk sama seorang sufi yang mulanya adalah penikmat dunia banget, khususnya dunia gemerlap alias “Dugem”
Namanya Abu Bisyr Ibnu Al-Harits Al-Hafi, beliau lahir di dekat Merv pada tahun 150 H/767 M, dan dijuluki si kaki telanjang. Ia hidup sezaman dan bahkan bertemu dengan Imam Ahmad bin Hambal, seorang ulama ahli hukum islam terkenal. Ia wafat di Baghdad pada tahun 227 H/841 M. Ia dikagumi oleh Imam Ahmad Ibnu Hambal dan dihormati oleh khalifah al Ma’mun.
Ketika masih muda, akibat pergaulan, Bisyr gemar berfoya-foya. Pada masa itu, Baghdad sudah jadi kota cosmopolitan dengan berbagai bangsa. Jadi, banyak diantara mereka yang membentuk perkumpulan hura-hura di sana. Nah, Bisyr adalah pemuda yang cool dan tampan, tak heran jika ia menjadi bintang di berbagai perkumpulan “dugem” itu. Ia gemar minum anggur sampai mabuk, dan pulang dalam keadaan teller. Begitulah setiap harinya si Bisyr itu.
Pada suatu malam, dalam keadaan mabuk, Bisyr berjalan terhuyung-huyung menyusuru lorong-lorong kota Baghdad untuk kembali ke rumahnya. Malam telah larut dan sepi. Sementara lampu-lampu jalan berkelap-kelip dan bergoyang ditiup oleh angin, tubuh Bisyr bergoyang karena teller, alias mabuk, persisi gaya Jackie Chan di dalam filmnya saat ia keluarkan jurus mabuknya.
Tapi , ah, ada-ada aja deh, cara Allah menegur hamba-Nya. Di sebuah jalan, tiba-tiba Bisyr melihat secarik kertas tampak bergerak-gerak di tiup angin. Mata Bisyr menyipit dan ia membungkuk memperhatikan kertas itu, yang tampak bertuliskan sesuatu. Meski dalam keadaan teller, Bisyr masih sempat membacanya. Wah, ternyata di kertas tersebut bertuliskan lafadz Allah.
Waduh, meski dalam keadaan teller, Bisyr kaget buka main. Diciuminya kertas itu dengan gemetar, lalu ia menyimpan kertas itu dalam lipatan bajunya dengan hati-hati. Sampai di rumah, ia member harum-haruman pada kertas itu, diletakkannya kertas itu pada atas lemari dan kemudian ia pun rebah tertidur dengan pulasnya. Ah, dasar prema sholeh!
Malam itu juga, seorang sufi yang tinggal di kota Baghdad, bermimpi. Seorang malaikat datang kepadanya, dan menyuruhnya untuk pergi menemui Bisyr. Dalam mimpinya, malaikat itu berkata, “Katakan pada Bisyr bahwa Allah SWT mengirim salam kepadanya, karena telah menjaga dan memuliakan nama-Nya.”
Sang sufi kaget dan terbangun. “Nggak mungkin!” Gumamnya. “Bisyr kan, seorang pemabuk. Aku pasti digoda syaiton.”
Sang sufi lalu berwudhu dan kembali tidur. Namun lagi-lagi mimpi itu datang lagi. Kedua kali, ia masih belum mau percaya. Ia kembali berwudhu dan tidur lagi. Namun, karena dalam tidurnya ia kembali bermimpi hal yang sama, sang sufi sadar bahwa mimpi itu bukan sekedar bunga tidur.
Keesokan harinya, sufi itu pergi mencari Bisyr. Masya Allah, dia menjumpai Bisyr di tengah pasar, dan seperti biasanya, Bisyr sedang minum anggur bersama teman-temannya. Sang sufi hanya bisa mengelus dada, namun ia ingat akan pesan malaikat dalam mimpinya yang harus ia sampaikan pada pemuda yang bergajulan itu.
“Assalamu’alaikum, mas Bisyr! Maaf ni, kalo saya ganggu. Lagi sibuk ya?”
Bisyr sempat kaget juga ditegur orang tua itu. Kalo yang menegur keamanan pasar sih, biasa. Tapi orang tua ini, ya ampun. Bisyr sampai menyembunyikan botol anggurnya saking malunya. Yang menegurnya adalah seorang sufi ahli ibadah. Malu-malu, Bisyr menjawab,
“Oh, eh, ya…nggak juga sih. Ada apa, oom, eh,   tuan sufi?”
Sang sufipum menceritakan mimpi yang dialaminya semalam. “Nah, Bisyr, kamu tuh, dapet salam dari Allah SWT, karena kamu telah menjaga dan memuliakan nama-Nya.”
Usai ngomong begitu, sang sufi segera pergi, meninggalkan Bisyr yang termangu. Barulan Bisyr sadar dan ingat pada kertas bertuliskan lafadz Allah yang ia simpan malam itu. Lama dia berfikir. Perlahan-lahan, entah datang darimana, muncul perasaan gelisah luar biasa. Sampai akhirnya, tiba-tiba Bisyr teriak:
“Aduh, kalo gitu, tentu saya nggak pantes lagi terbenam dalam hal-hal semacam ini.”
Spontan Bisyr membuang botol anggur yang sedang ia pegang, dan lari pontang-panting meninggalkan teman-temannya yang terbengong-bengong menyaksikan kejadian itu.
Dikisahkan, Bisyr menangis sejadi-jadinya, karena tobat dan malu abis sama Allah. Sejak itulah dia berpaling dari dunia gemerlapnya, dan menekuni jalan para sufi.
Nah, sejak ia tekun di jalan Allah itulah, Bisyr berubah total. Sederhana abis! Konon, selama empat puluh tahun, Bisyr pengen banget makan daging panggang, tapi ia kagak punya uang untuk membelinya. Selama bertahun-tahun hatinya pengen makan buncis, tapi kagak kesampaian. Ia juga konon sampe nggak pernah minum air yang berasal dari sumber air yang digali pemerintah.


Kamis, 22 Oktober 2009

Cerita Sahabat Muslim 5


Putra ABU Amir Al-Makky



Abu Amir al Maki dikenal sebagai seorang sufi. Agak beda dengan sufi-sufi lainnya, yang biasanya jarang menyebut-nyebut istri, Abu Amir terkenal kesalehannya bareng istrinya.
Mereka tinggal di Mekkah. Kesalehan dan kebaikan hati mereka berdua sangat terkenal, sehingga mereka sangat dihormati oleh tetangga-tetangga mereka. Apalagi, Abu Amr juga dikenal sebagai ahli ilmu agama dan rajin mengajarkannya kepada semua orang. Yah…jadi para tetangga lebih hormat deh ma beliau.
Nah, Abu Amir ini memiliki seorang putra yang masih balita. Namanya juga anak anak orang sholeh, sejak kecil anak itu sudah diajarkan untuk selalu mengingat Allah SWT. Cuma, cara pengajarannya yang dilakukan oleh Abu Amir dan istrinya itu sedikit unik. Salah satunya adalah waktu makan tiba.
Setiap kali anak mereka minta makan, maka Abu Amir menyuruh sang anak untuk pergi ke jendela dan berdo’a minta apa yang kira-kira ia pengen makan.
Namanya juga anak-anak, maka do’anya kagak repot-repot amat. Jadi, anak itu biasanya bakal nyebutin roti kesukaannya. “Ya Allah, beri aku roti….”
Nah, saat anaknya berdo’a itulah, Abu Amir dan istrinya sibuk menyiapkan makanan yang diminta oleh sang anak tersebut. Ketika siap, baru kemudian mereka memanggil sang anak.
“Nah anakku, lihat…..Allah telah mengabulkan do’a kamu, sayang!”.
Begitulah, setiap hari beliau mendidik anaknya tersebut. Sampai suatu saat, Abu Amir dan istrinya harus keluar rumah untuk suatu keperluan. Setelah sang anak ditidurkan, mereka berdua kemudian pergi. Sayangnya perhitungan mereka sedikit meleset. Semula mereka fikir pergi nggak bakal lama. Tapi, wah, urusan diluar itu malah semakin panjang dan akibatnya mereka baru bisa kembali ke rumah saat dzuhur hamper tiba.
Pada saat itu Abu Amir dan istrinya ingat bahwa anak mereka belum makan. Dan yang lebih merisaukan lagi, makanan itu belum mereka siapkan. Sambil bergegas separuh panic, mereka buru-buru kembali ke rumah.
Tapi…….
Alangkah kagetnya mereka ketika tiba di rumah. Semula mereka membayangkan putra mereka sedang menangis karena lapar dan haus. Namun yang mereka temukan, si anak sedang duduk tenang-tenang di ruang tengah, sambil mulutnya mengunyah roti dan makanan lainnya, yang biasa mereka hidangkan.
Terheran-heran, dengan hati-hati mereka bertanya pada si anak
“Anakku sayang, siapa yang member semua makanan ini semua padamu?”
“Lho…..aku kan tinggal minta sama Dia yang memberiku roti setiap hari,” jawabnya tenang dan lugu.
Mendengar hal itu, sadarlah Abu Amir dan istrinya, bahwa anaknya sudah mengenal Allah SWT.
Jadi kalo kita ingin Allah dekat sama kita, gantungkan saja harapan hanya kepada-Nya. Insya Allah, akan banyak hal-hal luar biasa yang bakal menghampiri keseharian kita.
Kagak percaya?coba aja!

Sumber: Teguh Iman Perdana dalam bukunya Remaja bau sorga.


Rabu, 21 Oktober 2009

Bacalah Atas Nama Tuhanmu


KISAH BERKAT DI SEBALIK MEMBACA BISMILLAH 
Ada seorang perempuan tua yang taat beragama, tetapi suaminya seorang yang fasik dan tidak mahu mengerjakan kewajipan agama dan tidak mahu berbuat kebaikan. Perempuan itu sentiasa membaca Bismillah setiap kali hendak bercakap dan setiap kali dia hendak memulakan sesuatu sentiasa didahului dengan Bismillah. Suaminya tidak suka dengan sikap isterinya dan sentiasa memperolok-olokkan isterinya. Suaminya berkata sambil mengejak, "Asyik Bismillah, Bismillah. Sekejap-sekejap Bismillah." Isterinya tidak berkata apa-apa sebaliknya dia berdoa kepada Allah S.W.T. supaya memberikan hidayah kepada suaminya. Suatu hari suaminya berkata : "Suatu hari nanti akan aku buat kamu kecewa dengan bacaan-bacaanmu itu." Untuk membuat sesuatu yang memeranjatkan isterinya, dia memberikan wang yang banyak kepada isterinya dengan berkata, "Simpan duit ini." Isterinya mengambil duit itu dan menyimpan di tempat yang selamat, di samping itu suaminya telah melihat tempat yang disimpan oleh isterinya. Kemudian dengan senyap-senyap suaminya itu mengambil duit tersebut dan mencampakkan beg duit ke dalam perigi di belakang rumahnya. Setelah beberapa hari kemudian suaminya itu memanggil isterinya dan berkata, "Berikan padaku wang yang aku berikan kepada engkau dahulu untuk disimpan." Kemudian isterinya pergi ke tempat dia menyimpan duit itu dan diikuti oleh suaminya dengan berhati-hati dia menghampiri tempat dia menyimpan duit itu dia membuka dengan membaca, "Bismillahirrahmanirrahiim." Ketika itu Allah S.W.T. menghantar malaikat Jibrail A.S. untuk mengembalikan beg duit dan menyerahkan duit itu kepada suaminya kembali. Alangkah terperanjat suaminya, dia berasa bersalah dan mengaku segala perbuatannya kepada isterinya, ketika itu juga dia bertaubat dan mula mengerjakan perintah Allah, dan dia juga membaca Bismillah apabila dia hendak memulakan sesuatu kerja.

Nabi Muhammad SAW is the BEST



Seratus Tokoh: 01. NABI MUHAMMAD (570 SM - 632 SM)

Jatuhnya pilihan saya kepada Nabi Muhammad dalam urutan pertama daftar Seratus Tokoh yang berpengaruh di dunia mungkin mengejutkan sementara pembaca dan mungkin jadi tanda tanya sebagian yang lain. Tapi saya berpegang pada keyakinan saya, dialah Nabi Muhammad satu-satunya manusia dalam sejarah yang berhasil meraih sukses-sukses luar biasa baik ditilik dari ukuran agama maupun ruang lingkup duniawi.
Berasal-usul dari keluarga sederhana, Muhammad menegakkan dan menyebarkan salah satu dari agama terbesar di dunia, Agama Islam. Dan pada saat yang bersamaan tampil sebagai seorang pemimpin tangguh, tulen, dan efektif. Kini tiga belas abad sesudah wafatnya, pengaruhnya masih tetap kuat dan mendalam serta berakar.
Sebagian besar dari orang-orang yang tercantum di dalam buku ini merupakan makhluk beruntung karena lahir dan dibesarkan di pusat-pusat peradaban manusia, berkultur tinggi dan tempat perputaran politik bangsa-bangsa. Muhammad lahir pada tahun 570 M, di kota Mekkah, di bagian agak selatan Jazirah Arabia, suatu tempat yang waktu itu merupakan daerah yang paling terbelakang di dunia, jauh dari pusat perdagangan, seni maupun ilmu pengetahuan. Menjadi yatim-piatu di umur enam tahun, dibesarkan dalam situasi sekitar yang sederhana dan rendah hati. Sumber-sumber Islam menyebutkan bahwa Muhamnmad seorang buta huruf. Keadaan ekonominya baru mulai membaik di umur dua puluh lima tahun tatkala dia kawin dengan seorang janda berada. Bagaimanapun, sampai mendekati umur empat puluh tahun nyaris tak tampak petunjuk keluarbiasaannya sebagai manusia.
Umumnya, bangsa Arab saat itu tak memeluk agama tertentu kecuali penyembah berhala Di kota Mekkah ada sejumlah kecil pemeluk-pemeluk Agama Yahudi dan Nasrani, dan besar kemungkinan dari merekalah Muhammad untuk pertama kali mendengar perihal adanya satu Tuhan Yang Mahakuasa, yang mengatur seantero alam. Tatkala dia berusia empatpuluh tahun, Muhammad yakin bahwa Tuhan Yang Maha Esa ini menyampaikan sesuatu kepadanya dan memilihnya untuk jadi penyebar kepercayaan yang benar.
Selama tiga tahun Muhammad hanya menyebar agama terbatas pada kawan-kawan dekat dan kerabatnya. Baru tatkala memasuki tahun 613 dia mulai tampil di depan publik. Begitu dia sedikit demi sedikit punya pengikut, penguasa Mekkah memandangnya sebagai orang berbahaya, pembikin onar. Di tahun 622, cemas terhadap keselamatannya, Muhammad hijrah ke Madinah, kota di utara Mekkah berjarak 200 mil. Di kota itu dia ditawari posisi kekuasaan politik yang cukup meyakinkan.
Peristiwa hijrah ini merupakan titik balik penting bagi kehidupan Nabi. Di Mekkah dia susah memperoleh sejumlah kecil pengikut, dan di Medinah pengikutnya makin bertambah sehingga dalam tempo cepat dia dapat memperoleh pengaruh yang menjadikannya seorang pemegang kekuasaan yang sesungguhnya. Pada tahun-tahun berikutnya sementara pengikut Muhammad bertumbuhan bagai jamur, serentetan pertempuran pecah antara Mektah dan Madinah. Peperangan ini berakhir tahun 630 dengan kemenangan pada pihak Muhammad, kembali ke Mekkah selaku penakluk. Sisa dua setengah tahun dari hidupnya dia menyaksikan kemajuan luar-biasa dalam hal cepatnya suku-suku Arab memeluk Agama Islam. Dan tatkala Muhammad wafat tahun 632, dia sudah memastikan dirinya selaku penguasa efektif seantero Jazirah Arabia bagian selatan.
Suku Bedewi punya tradisi turun-temurun sebagai prajurit-prajurit yang tangguh dan berani. Tapi, jumlah mereka tidaklah banyak dan senantiasa tergoda perpecahan dan saling melabrak satu sama lain. Itu sebabnya mereka tidak bisa mengungguli tentara dari kerajaan-kerajaan yang mapan di daerah pertanian di belahan utara. Tapi, Muhammadlah orang pertama dalam sejarah, berkat dorongan kuat kepercayaan kepada keesaan Tuhan, pasukan Arab yang kecil itu sanggup melakukan serentetan penaklukan yang mencengangkan dalam sejarah manusia. Di sebelah timurlaut Arab berdiri Kekaisaran Persia Baru Sassanids yang luas. Di baratlaut Arabia berdiri Byzantine atau Kekaisaran Romawi Timur dengan Konstantinopel sebagai pusatnya.
Ditilik dari sudut jumlah dan ukuran, jelas Arab tidak bakal mampu menghadapinya. Namun, di medan pertempuran, pasukan Arab yang membara semangatnya dengan sapuan kilat dapat menaklukkan Mesopotamia, Siria, dan Palestina. Pada tahun 642 Mesir direbut dari genggaman Kekaisaran Byzantine, dan sementara itu balatentara Persia dihajar dalam pertempuran yang amat menentukan di Qadisiya tahun 637 dan di Nehavend tahun 642.
Tapi, penaklukan besar-besaran –di bawah pimpinan sahabat Nabi dan penggantinya Abu Bakr dan Umar ibn al-Khattab– itu tidak menunjukkan tanda-tanda stop sampai di situ. Pada tahun 711, pasukan Arab telah menyapu habis Afrika Utara hingga ke tepi Samudera Atlantik. Dari situ mereka membelok ke utara dan menyeberangi Selat Gibraltar dan melabrak kerajaan Visigothic di Spanyol.
Sepintas lalu orang mesti mengira pasukan Muslim akan membabat habis semua Nasrani Eropa. Tapi pada tahun 732, dalam pertempuran yang masyhur dan dahsyat di Tours, satu pasukan Muslimin yang telah maju ke pusat negeri Perancis pada akhirnya dipukul oleh orang-orang Frank. Biarpun begitu, hanya dalam tempo secuwil abad pertempuran, orang-orang Bedewi ini -dijiwai dengan ucapan-ucapan Nabi Muhammad- telah mendirikan sebuah empirium membentang dari perbatasan India hingga pasir putih tepi pantai Samudera Atlantik, sebuah empirium terbesar yang pernah dikenal sejarah manusia. Dan di mana pun penaklukan dilakukan oleh pasukan Muslim, selalu disusul dengan berbondong-bondongnya pemeluk masuk Agama Islam.
Ternyata, tidak semua penaklukan wilayah itu bersifat permanen. Orang-orang Persia, walaupun masih tetap penganut setia Agama Islam, merebut kembali kemerdekaannya dari tangan Arab. Dan di Spanyol, sesudah melalui peperangan tujuh abad lamanya akhirnya berhasil dikuasai kembali oleh orang-orang Nasrani. Sementara itu, Mesopotamia dan Mesir dua tempat kelahiran kebudayaan purba, tetap berada di tangan Arab seperti halnya seantero pantai utara Afrika. Agama Islam, tentu saja, menyebar terus dari satu abad ke abad lain, jauh melangkah dari daerah taklukan. Umumnya jutaan penganut Islam bertebaran di Afrika, Asia Tengah, lebih-lebih Pakistan dan India sebelah utara serta Indonesia. Di Indonesia, Agama Islam yang baru itu merupakan faktor pemersatu. Di anak benua India, nyaris kebalikannya: adanya agama baru itu menjadi sebab utama terjadinya perpecahan.
Apakah pengaruh Nabi Muhammad yang paling mendasar terhadap sejarah ummat manusia? Seperti halnya lain-lain agama juga, Islam punya pengaruh luar biasa besarnya terhadap para penganutnya. Itu sebabnya mengapa penyebar-penyebar agama besar di dunia semua dapat tempat dalam buku ini. Jika diukur dari jumlah, banyaknya pemeluk Agama Nasrani dua kali lipat besarnya dari pemeluk Agama Islam, dengan sendirinya timbul tanda tanya apa alasan menempatkan urutan Nabi Muhammad lebih tinggi dari Nabi Isa dalam daftar. Ada dua alasan pokok yang jadi pegangan saya. Pertama, Muhammad memainkan peranan jauh lebih penting dalam pengembangan Islam ketimbang peranan Nabi Isa terhadap Agama Nasrani. Biarpun Nabi Isa bertanggung jawab terhadap ajaran-ajaran pokok moral dan etika Kristen (sampai batas tertentu berbeda dengan Yudaisme), St. Paul merupakan tokoh penyebar utama teologi Kristen, tokoh penyebarnya, dan penulis bagian terbesar dari Perjanjian Lama.
Sebaliknya Muhammad bukan saja bertanggung jawab terhadap teologi Islam tapi sekaligus juga terhadap pokok-pokok etika dan moralnya. Tambahan pula dia “pencatat” Kitab Suci Al-Quran, kumpulan wahyu kepada Muhammad yang diyakininya berasal langsung dari Allah. Sebagian terbesar dari wahyu ini disalin dengan penuh kesungguhan selama Muhammad masih hidup dan kemudian dihimpun dalam bentuk yang tak tergoyangkan tak lama sesudah dia wafat. Al-Quran dengan demikian berkaitan erat dengan pandangan-pandangan Muhammad serta ajaran-ajarannya karena dia bersandar pada wahyu Tuhan. Sebaliknya, tak ada satu pun kumpulan yang begitu terperinci dari ajaran-ajaran Isa yang masih dapat dijumpai di masa sekarang. Karena Al-Quran bagi kaum Muslimin sedikit banyak sama pentingnya dengan Injil bagi kaum Nasrani, pengaruh Muhammad dengan perantaraan Al-Quran teramatlah besarnya. Kemungkinan pengaruh Muhammad dalam Islam lebih besar dari pengaruh Isa dan St. Paul dalam dunia Kristen digabung jadi satu. Diukur dari semata mata sudut agama, tampaknya pengaruh Muhammad setara dengan Isa dalam sejarah kemanusiaan.
Lebih jauh dari itu (berbeda dengan Isa) Muhammad bukan semata pemimpin agama tapi juga pemimpin duniawi. Fakta menunjukkan, selaku kekuatan pendorong terhadap gerak penaklukan yang dilakukan bangsa Arab, pengaruh kepemimpinan politiknya berada dalam posisi terdepan sepanjang waktu.
Dari pelbagai peristiwa sejarah, orang bisa saja berkata hal itu bisa terjadi tanpa kepemimpinan khusus dari seseorang yang mengepalai mereka. Misalnya, koloni-koloni di Amerika Selatan mungkin saja bisa membebaskan diri dari kolonialisme Spanyol walau Simon Bolivar tak pernah ada di dunia. Tapi, misal ini tidak berlaku pada gerak penaklukan yang dilakukan bangsa Arab. Tak ada kejadian serupa sebelum Muhammad dan tak ada alasan untuk menyangkal bahwa penaklukan bisa terjadi dan berhasil tanpa Muhammad. Satu-satunya kemiripan dalam hal penaklukan dalam sejarah manusia di abad ke-13 yang sebagian terpokok berkat pengaruh Jengis Khan. Penaklukan ini, walau lebih luas jangkauannya ketimbang apa yang dilakukan bangsa Arab, tidaklah bisa membuktikan kemapanan, dan kini satu-satunya daerah yang diduduki oleh bangsa Mongol hanyalah wilayah yang sama dengan sebelum masa Jengis Khan
Ini jelas menunjukkan beda besar dengan penaklukan yang dilakukan oleh bangsa Arab. Membentang dari Irak hingga Maroko, terbentang rantai bangsa Arab yang bersatu, bukan semata berkat anutan Agama Islam tapi juga dari jurusan bahasa Arabnya, sejarah dan kebudayaan. Posisi sentral Al-Quran di kalangan kaum Muslimin dan tertulisnya dalam bahasa Arab, besar kemungkinan merupakan sebab mengapa bahasa Arab tidak terpecah-pecah ke dalam dialek-dialek yang berantarakan. Jika tidak, boleh jadi sudah akan terjadi di abad ke l3. Perbedaan dan pembagian Arab ke dalam beberapa negara tentu terjadi -tentu saja- dan nyatanya memang begitu, tapi perpecahan yang bersifat sebagian-sebagian itu jangan lantas membuat kita alpa bahwa persatuan mereka masih berwujud. Tapi, baik Iran maupun Indonesia yang kedua-duanya negeri berpenduduk Muslimin dan keduanya penghasil minyak, tidak ikut bergabung dalam sikap embargo minyak pada musim dingin tahun 1973 - 1974. Sebaliknya bukanlah barang kebetulan jika semua negara Arab, semata-mata negara Arab, yang mengambil langkah embargo minyak.
Jadi, dapatlah kita saksikan, penaklukan yang dilakukan bangsa Arab di abad ke-7 terus memainkan peranan penting dalam sejarah ummat manusia hingga saat ini. Dari segi inilah saya menilai adanya kombinasi tak terbandingkan antara segi agama dan segi duniawi yang melekat pada pengaruh diri Muhammad sehingga saya menganggap Muhammad dalam arti pribadi adalah manusia yang paling berpengaruh dalam sejarah manusia.


Selasa, 20 Oktober 2009

Cerita Sahabat Muslim 4


 Putra Abu Amir Al-Makky



Abu Amir al Maki dikenal sebagai seorang sufi. Agak beda dengan sufi-sufi lainnya, yang biasanya jarang menyebut-nyebut istri, Abu Amir terkenal kesalehannya bareng istrinya.
Mereka tinggal di Mekkah. Kesalehan dan kebaikan hati mereka berdua sangat terkenal, sehingga mereka sangat dihormati oleh tetangga-tetangga mereka. Apalagi, Abu Amr juga dikenal sebagai ahli ilmu agama dan rajin mengajarkannya kepada semua orang. Yah…jadi para tetangga lebih hormat deh ma beliau.
Nah, Abu Amir ini memiliki seorang putra yang masih balita. Namanya juga anak anak orang sholeh, sejak kecil anak itu sudah diajarkan untuk selalu mengingat Allah SWT. Cuma, cara pengajarannya yang dilakukan oleh Abu Amir dan istrinya itu sedikit unik. Salah satunya adalah waktu makan tiba.
Setiap kali anak mereka minta makan, maka Abu Amir menyuruh sang anak untuk pergi ke jendela dan berdo’a minta apa yang kira-kira ia pengen makan.
Namanya juga anak-anak, maka do’anya kagak repot-repot amat. Jadi, anak itu biasanya bakal nyebutin roti kesukaannya. “Ya Allah, beri aku roti….”
Nah, saat anaknya berdo’a itulah, Abu Amir dan istrinya sibuk menyiapkan makanan yang diminta oleh sang anak tersebut. Ketika siap, baru kemudian mereka memanggil sang anak.
“Nah anakku, lihat…..Allah telah mengabulkan do’a kamu, sayang!”.
Begitulah, setiap hari beliau mendidik anaknya tersebut. Sampai suatu saat, Abu Amir dan istrinya harus keluar rumah untuk suatu keperluan. Setelah sang anak ditidurkan, mereka berdua kemudian pergi. Sayangnya perhitungan mereka sedikit meleset. Semula mereka fikir pergi nggak bakal lama. Tapi, wah, urusan diluar itu malah semakin panjang dan akibatnya mereka baru bisa kembali ke rumah saat dzuhur hamper tiba.
Pada saat itu Abu Amir dan istrinya ingat bahwa anak mereka belum makan. Dan yang lebih merisaukan lagi, makanan itu belum mereka siapkan. Sambil bergegas separuh panic, mereka buru-buru kembali ke rumah.
Tapi…….
Alangkah kagetnya mereka ketika tiba di rumah. Semula mereka membayangkan putra mereka sedang menangis karena lapar dan haus. Namun yang mereka temukan, si anak sedang duduk tenang-tenang di ruang tengah, sambil mulutnya mengunyah roti dan makanan lainnya, yang biasa mereka hidangkan.
Terheran-heran, dengan hati-hati mereka bertanya pada si anak
“Anakku sayang, siapa yang member semua makanan ini semua padamu?”
“Lho…..aku kan tinggal minta sama Dia yang memberiku roti setiap hari,” jawabnya tenang dan lugu.
Mendengar hal itu, sadarlah Abu Amir dan istrinya, bahwa anaknya sudah mengenal Allah SWT.
Jadi kalo kita ingin Allah dekat sama kita, gantungkan saja harapan hanya kepada-Nya. Insya Allah, akan banyak hal-hal luar biasa yang bakal menghampiri keseharian kita.
Kagak percaya?coba aja!

Sumber: Teguh Iman Perdana dalam bukunya Remaja bau sorga.


Senin, 19 Oktober 2009

Cerita Sahabat Muslim 3



Fudhail bin Iyadh dan Khalifah Harun Ar Rasyid

Ini masih cerita tentang Fudhail bin Iyadh.
            Zaman itu, kalo ada orang yang kedengeran kondang alimnya, raja atau sultan nggak segan-segan mengundang tokoh itu ke istana. Niatnya, mulai dari sekedar ngobrol sampe minta ngajar privat buat anak-anak sultan atau raja.
            Bahkan nggak jarang kalo sultan senang dengan seseorang yang kondang tersebut, bisa –bisa ditawari jadi pejabat segala, lho! Nah, yang jadi khalifah saat itukan Pak Haru Ar Rasyid yang legendaries itu. Mulanya, pak Harun udah denger soal ilmu dan ketenaran si Fudhail.
            Akhirnya, pak Harun undang tuh si Fudhail untuk dating ke istana. Dia kirimlah utusan ke rumah si Fudhail. Apa jawaban si Fudhail tentang undangan itu pada utusan Khalifah atau pak Harun tersebut? Fudhail bilang,
            “Nggak panters ah rasanya ilmu mendatangi yang ingin mencari ilmu. Biarlah yang mencari ilmu dating ke sumber ilmu.”
            Lah, kok, Fudhail sombong gitu yah? Ah, nggaklah. Sebetulnya, Fudhail hanya nggak ingin “dikacangi”, gitulah istilah anak muda sekarang. Jangan gara-gara jadi khalifah, Haru Ar Rasyid jadi belagu bisa nyuruh-nyuruh orang dating.
            Tapi bagusnya, khalifah Harun Ar Rasyid nggak marah, lho! Malah, beliau dating beneran ke rumah Fudhail malam itu juga, disertai staf merangkap pengawal setianya.
            Akhirnya setelah mengucap salam, Fudhail menyilakan khalifah Harun Ar Rasyid masuk sambil tersenyum minta maaf karena sudah menolak undangannya tadi siang. Giliran Khalifah Harun Ar Rasyid yang bilang nggak pa-pa!
Ah, lucu juga ya basa-basinya?  
            “Nah, Fudhail nasehati saya dong.”
            “Ehm, yah, tadi saat saya salaman ma ente, rasanya tangan ente empuk bener, wahai  ‘Amirul Mukminin. Moga aje tangan ente itu nggak jadi santapan api nerake gare-gare ente lalai mengurus rakyat…”
            Wah, dibilangin begitu ma Fudhail, sontak Khalifah Harun nangis terseduh-seduh. Sampai staf dan pengikut Khalifah Harun marah.
            “Hei! Fudhail, lihat noh apa yang kamu lakukan ma beliau! Jangan teruskan!” bentak si pengawal.
            “Diamlah, Haman! Kamu yang sebenarnya bisa mencelakakan beliau!” balas Fudhail nggak kalah galaknya.
            Uh, Khalifah Harun malah tambah panic! Soalnya, nama asli stafnya itu bukan Haman! Haman itu nama tangan kanannya raja Fir’aun!
            “Aduh kamu dibilang Haman! Itu artinya saya dibilang Fir’aun.”
            Akhirnya staf itu diem, sementara khalifah Harun masih menangis terisak-isak. Akhirnya udah beberapa lama, beliau ngomong lagi ma Fudhail,
            “Teruskan, hai Fudhail…”
            “’ ‘Amirul Mukminin, saya mau Tanya. Kalo suatu hari nanti anda kagak bisa minum walau Cuma seteguk air, lalu ada orang yang dating bilang biasa nyembuhin anda, tapi dia minta separuh dari kerajaan anda, apa yang anda akan lakukan?”
            Sejenak Khalifah bimbang, lalu dia jawab dengan lambat, “Ya, saya akan kasih separoh kerajaan saya itu!”
            “Nah, lalu air itu ternyata nggak bisa keluar dari tubuh anda. Dan orang yang sama bilang, dia akan keluarkan air itu dari tubuh anda, tapi dengan syarat dia minta setengah dari kerajaan anda. Apa yang akan anda lakukan?”
            “Ah, ya, saya kasih aja setengah kerajaan saya itu!”
            “Bener nih…?”
            “Bener!”
            “Nah kenapa anda mati-matian ngejagain kerajaan di dunia kamu yang nilainya Cuma segelas itu? Nah, di inget deh kata-kata itu, wahai ‘Amirul Mukmini.”
            Wah, Khalifah Harun nangis lagi, bahkan lebih keras nangisnya. Setelah itu air matanya agak kering, barulah ia pamit mau kembali ke istananya. Tadinya, Khalifah Harun mau kasih uang sekantong buat Fudhail, tapi Fudhail enolak dengan senyum.
            Mungkin kita semua berfikir, kenapa sih, si Fudhail ampe sekeras itu menasihati seorang pemimpn?
            Mungkin gini deh. Zaman itu, ahli-ahli sejarah mencatat kalo umat islam boleh dibilang hidupnya makmur sejahtera deh nggak seperti sekarang. Dahulu kekayaan melimpah, ilmu pengetahuan lagi tinggi-tingginya, pokoknya tajir abis deh! Nah, kalo nggak ati-ati, yang ada malah bisa tergelincir jadi lupa diri. Apalagi buat seorang khalifah kayak Haru Ar Rasyid. Jadi, mungkin memang perlu rada keras dikit menegurnya. Tapi maksudnya, sayang kok.