Jumat, 23 Oktober 2009

Cerita Sahabat Muslim 6


Bisyr Ibnu Al-Harits Si Kaki Telanjang

Nah, sekarang kita kenalan yuk sama seorang sufi yang mulanya adalah penikmat dunia banget, khususnya dunia gemerlap alias “Dugem”
Namanya Abu Bisyr Ibnu Al-Harits Al-Hafi, beliau lahir di dekat Merv pada tahun 150 H/767 M, dan dijuluki si kaki telanjang. Ia hidup sezaman dan bahkan bertemu dengan Imam Ahmad bin Hambal, seorang ulama ahli hukum islam terkenal. Ia wafat di Baghdad pada tahun 227 H/841 M. Ia dikagumi oleh Imam Ahmad Ibnu Hambal dan dihormati oleh khalifah al Ma’mun.
Ketika masih muda, akibat pergaulan, Bisyr gemar berfoya-foya. Pada masa itu, Baghdad sudah jadi kota cosmopolitan dengan berbagai bangsa. Jadi, banyak diantara mereka yang membentuk perkumpulan hura-hura di sana. Nah, Bisyr adalah pemuda yang cool dan tampan, tak heran jika ia menjadi bintang di berbagai perkumpulan “dugem” itu. Ia gemar minum anggur sampai mabuk, dan pulang dalam keadaan teller. Begitulah setiap harinya si Bisyr itu.
Pada suatu malam, dalam keadaan mabuk, Bisyr berjalan terhuyung-huyung menyusuru lorong-lorong kota Baghdad untuk kembali ke rumahnya. Malam telah larut dan sepi. Sementara lampu-lampu jalan berkelap-kelip dan bergoyang ditiup oleh angin, tubuh Bisyr bergoyang karena teller, alias mabuk, persisi gaya Jackie Chan di dalam filmnya saat ia keluarkan jurus mabuknya.
Tapi , ah, ada-ada aja deh, cara Allah menegur hamba-Nya. Di sebuah jalan, tiba-tiba Bisyr melihat secarik kertas tampak bergerak-gerak di tiup angin. Mata Bisyr menyipit dan ia membungkuk memperhatikan kertas itu, yang tampak bertuliskan sesuatu. Meski dalam keadaan teller, Bisyr masih sempat membacanya. Wah, ternyata di kertas tersebut bertuliskan lafadz Allah.
Waduh, meski dalam keadaan teller, Bisyr kaget buka main. Diciuminya kertas itu dengan gemetar, lalu ia menyimpan kertas itu dalam lipatan bajunya dengan hati-hati. Sampai di rumah, ia member harum-haruman pada kertas itu, diletakkannya kertas itu pada atas lemari dan kemudian ia pun rebah tertidur dengan pulasnya. Ah, dasar prema sholeh!
Malam itu juga, seorang sufi yang tinggal di kota Baghdad, bermimpi. Seorang malaikat datang kepadanya, dan menyuruhnya untuk pergi menemui Bisyr. Dalam mimpinya, malaikat itu berkata, “Katakan pada Bisyr bahwa Allah SWT mengirim salam kepadanya, karena telah menjaga dan memuliakan nama-Nya.”
Sang sufi kaget dan terbangun. “Nggak mungkin!” Gumamnya. “Bisyr kan, seorang pemabuk. Aku pasti digoda syaiton.”
Sang sufi lalu berwudhu dan kembali tidur. Namun lagi-lagi mimpi itu datang lagi. Kedua kali, ia masih belum mau percaya. Ia kembali berwudhu dan tidur lagi. Namun, karena dalam tidurnya ia kembali bermimpi hal yang sama, sang sufi sadar bahwa mimpi itu bukan sekedar bunga tidur.
Keesokan harinya, sufi itu pergi mencari Bisyr. Masya Allah, dia menjumpai Bisyr di tengah pasar, dan seperti biasanya, Bisyr sedang minum anggur bersama teman-temannya. Sang sufi hanya bisa mengelus dada, namun ia ingat akan pesan malaikat dalam mimpinya yang harus ia sampaikan pada pemuda yang bergajulan itu.
“Assalamu’alaikum, mas Bisyr! Maaf ni, kalo saya ganggu. Lagi sibuk ya?”
Bisyr sempat kaget juga ditegur orang tua itu. Kalo yang menegur keamanan pasar sih, biasa. Tapi orang tua ini, ya ampun. Bisyr sampai menyembunyikan botol anggurnya saking malunya. Yang menegurnya adalah seorang sufi ahli ibadah. Malu-malu, Bisyr menjawab,
“Oh, eh, ya…nggak juga sih. Ada apa, oom, eh,   tuan sufi?”
Sang sufipum menceritakan mimpi yang dialaminya semalam. “Nah, Bisyr, kamu tuh, dapet salam dari Allah SWT, karena kamu telah menjaga dan memuliakan nama-Nya.”
Usai ngomong begitu, sang sufi segera pergi, meninggalkan Bisyr yang termangu. Barulan Bisyr sadar dan ingat pada kertas bertuliskan lafadz Allah yang ia simpan malam itu. Lama dia berfikir. Perlahan-lahan, entah datang darimana, muncul perasaan gelisah luar biasa. Sampai akhirnya, tiba-tiba Bisyr teriak:
“Aduh, kalo gitu, tentu saya nggak pantes lagi terbenam dalam hal-hal semacam ini.”
Spontan Bisyr membuang botol anggur yang sedang ia pegang, dan lari pontang-panting meninggalkan teman-temannya yang terbengong-bengong menyaksikan kejadian itu.
Dikisahkan, Bisyr menangis sejadi-jadinya, karena tobat dan malu abis sama Allah. Sejak itulah dia berpaling dari dunia gemerlapnya, dan menekuni jalan para sufi.
Nah, sejak ia tekun di jalan Allah itulah, Bisyr berubah total. Sederhana abis! Konon, selama empat puluh tahun, Bisyr pengen banget makan daging panggang, tapi ia kagak punya uang untuk membelinya. Selama bertahun-tahun hatinya pengen makan buncis, tapi kagak kesampaian. Ia juga konon sampe nggak pernah minum air yang berasal dari sumber air yang digali pemerintah.