Sabtu, 31 Oktober 2009

Cerita Sahabat Muslim 11


Ibrahim bin Adham dan Buah Delima

            Di dalam pengembaraannya, Ibrahim melakukan berbagai cara yang halal agar hidupnya berlanjut. Ia pernah jadi kuli pemecah biji gandum agar dapat memperoleh tepung untuk dibuat roti. Begitu roti masak, rotinya nggak dimakan sendiri, tapi dibagikan pada fakir miskin.
            Ia juga sibuk jadi pencari kayu bakar dan dijualnyua ke pasar/ uamg yang ia dapatkan, bukan Cuma buat dirinya tapi, di bagi-bagikan pada fakir miskin. Alhasil, sifat-sifatnya yang penyantun dan jujur itu membuat nama Ibrahim bin Adham jadi buah bibir di kalangan masyarakat.
            Uniknya, Ibrahim sendiri lebih suka menghindar. Jadi, wartawan infotainment ‘Baghdad Channel’, misalnya, susah banget bikin wawancara sama dia. Becandanya begitu. Tapi yang jelas, meski diomongin, banyak orang yang nggak tahu, kayak apa sih, Ibrahim bin Adham itu?
            Pada suatu hari, Ibrahim berniat ganti profesi. Maka, ia pergi kesuatu tempat yang letaknya jauh dari kota, dan melamar menjadi penjaga kebun buah-buahan milik orang kaya. Berbulan-bulan lamanya Ibrahim bekerja disana, majikannya itu jarang dating ke kebun. Wajar aja, namanya juga orang kaya, bisnisnya pasti banyak. Tapi, suatu siang sang majikan berkunjung ke kebunnya. Ia lalu menyuruh Ibrahim mengambil beberapa buah delima yang masak dan manis.
            Ibrahim buru-buru memetik delima-delima yang bergelantungan, dan segera menyerahkannya pada sang tuan. Tanpa melihat lagi, sang tuan langsung menggigit buah itu, dan……….
            “Phuiiiihhhhhhh!lho kok, masam sekali? Hei, aku bilangkan ambil yang manis. Ayo, ambilkan lagi buah delima yang lain!”
            Tanpa bicara, Ibrahim segera memetik kembali buah delima yang di maksud, dan lagi-lagi sang tuan mendapatkan buah yang mentah dan masam.
            Dengan kesal sang tuan berkata dengan Ibrahim, “Hei, sudah berbulan-bulan kamu bekerja di kebun ini. Tapi memilihkan delima yang masak dan manis saja kamu nggak becus. Bagaimana sih kamu ini?”
            “Oh, begini tuan,” jawab Ibrahim dengan tenang, “tugas sayakan Cuma menjaga kebun agar tidak dirusak oleh hewan atau supaya tidak diganggu oleh pencuri. Terus terang aja, saya sama sekali tidak pernah makan buah-buahan itu. Jadi, daya nggak tahu gimana rasanya delima asam atau manis.”
            Sang majikan terbengong-bengong mendengar jawaban aneh itu. Selama ini, jangankan mencicipi, tukang-tukang kebun sebelumnya nggak jarang malah menjual buah-buahan itu tanpa sepengetahuannya. Dia lalu menatap tukang jaga kebun itu dalam-dalam. Sementara, yang di tatap berdiri tenang denga cueknya. Pasti bukan orang sembarangan nih, piker sang pemilik kebun.
            Aha! Tiba-tiba sang pemilik kebun teringat sesuatu. Sebaga tokoh masyarakat yang gaul, sudah lama ia mendengar gossip-gosip seputar sosok Ibrahim bin Adham! Jangan-jangan….
            “Dengan keteguha dan kejujuran yang kamu miliki, hatiku berkata kamu pasti Ibrahim bin Adham!ya, kan? Ya, kan?” serunya kegirangan
            Nah, sekarang giliran Ibrahim yang terkejut. Aduh, ketahuan, deh! Serba salah neh jadinya.
            Tak lama sesudah peristiwa itu, Ibrahim bin Adham segera meminta berhenti sebagai penjaga kebun. Bukan Karena minder, tapi ia merasa identitasnya udah ketahuan orang. Padahal, ia adalah orang yang jujur yang sangat teguh memegang amanah. Tapi, bener-bener karena Allah, bukan mencari pujian orang.
            “Karena kamu udah tahu siapa aku,”kata Ibrahim, “maka aku mau berhenti aja.” Habis berkata begitu, Ibrahim pun pergi dan berlalu.