Kamis, 05 November 2009

Cerita Sahabat Muslim 15


Rabi’ah Dan Roti Manis
            Nah, sejak sat itu, ketekunan Rabi’ah beribadah dan ajarannya tentang cinta kepada Allah membuat banyak orang berdatangan untuk menyimak ceramahnya dan mengambil pelajaran darinya.
            Maka, meski ia seorang perempuan, namun banyak para ahli sufi yang notabennya umumnya cowok itu, taksegan untuk meminta nasihat dan untuk bersilaturahmi kepadanya.
            Oleh karena itu, suatu hari, tiga orang ahli sufi bermaksud mengunjungi Rabi’ah. Mereka bilang, “hari ini, mari kita berkunjungi ke Rabi’ah. Dia seorang yang amat baik dan suka menghormati tamu. Sambil berbagi pengetahuan, mudah-mudahan ia tidak keberatan untuk menjamu kita.”
            Mereka pun tiba di rumah Rabi’ah, dan mulai bercakap-cakap. Kalo pake bahasa kita sekarang, mereka saling jajal pengetahuan juga. Salah seorang sufi itu bilang gini,
            “Sebetulnya Allah lebih memuliakan kaum laki-laki daripada perempuan”
            “Apa buktinya?” Tanya Rabi’ah.
            “Buktinya, nggak ada nabi dari kalangan perempuan.”
            “Mungkin saja,” jawab Rabi’ah sambil mengangguk-angguk,”tapi setahu saya, yag berani-beraninya bilang dan ngaku dirinya sebagai tuhan, bahkan dicela oleh Al-Qur’an, adanya Cuma laki-laku, tuh!” lanjut Rabi’ah sambil mesem.
            Yang ia maksud, tentu saja Fir’aun musuh Nabi Musa dan raja Namrud musuh Nabi Ibrahim. Tapi jawaban itu sungguh telak, sehingga ketiga sufi itu tersipu-sipu mendengarnya.
            Tak lama kemudian, pembantu Rabi’ah muncul menyuguhkan dua potong roti manis. Para tamu itu tersenyum lega. Yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga. Tapi, eh, belum sempat mereka cicipi, tiba-tiba terdengar suara seorang pengemis,  yang menghiba-hiba minta diberi makan. Melihat hal itu, tanpa piker panjang, Rabi’ah lansung memberikan kedua potong roti itu kepada si pengemis.
            Melihat kejadian itu, ketiga tamunya mencela perbuatan Rabi’ah.
            “Bagaimana mungkin kamu member semua roti itu pada seorang pengemis, sementara kami yang menjadi tamu, kamu biarkan begitu aja?”
            Rabi’ah diam saja. Dia hanya menunduk, seolah-olah berfikir keras.
            Eh, nggak lam kemudian, pintu rumah kembali diketuk. Seorang pelayan dari tetangga Rabi’ah, berdiri di depan pintu, membawa sebuah nampan besar. Ia berkata telah di suruh oleh majikannya mengantarkan roti-roti manis dalam nampan itu. Para tamu Rabi’ah kembali tersenyum lega.
            Tapi, bukannya menerima dengan segera, Rabi’ah malah membuka tutup nampan dan mulai menghitung. Ternyata, ada delapan belas potong roti manis di dalamnya. Melihat hal itu, Rabi’ah menggeleng dan berkata, “kamu pulang deh, dan bilang sama tuan kamu, kalo dia salah memberikan nampan itu buat saya.”
            Terheran-heran, si pelayan segera kembali. Para tamu Rabi’ah pun tak kalah tercengang. “Apa-apaan ini, Rabi’ah? Delapan belas roti manis masih kamu anggap kurang?”
            Rabi’ah diam saja. Tak lama, pintu diketuk, dan si pelayan tadi telah kembali. Ia meminta maaf dan mengaku kalo di tengah jalan, ia tergoda makan dua potong roti manis pemberian majikannya untuk Rabi’ah. Sekarang, ia kembali dan telah melengkapi roti-roti itu lagi menjadi dua puluh potong roti manis.
            “Nah, kalo yang ini, emang benar untuk saya,” sahut Rabi’ah berseri-seri. Lalu, barulah ia menghidangkan ke duapuluh roti itu kepada para tamunya.
            Karena para tamu Rabi’ah masih terheran-heran. Rabi’ah pun menjelaskan.
            “Waktu kalian tadi datang, saya sebenarnya merasa malu, karena nggak ada yang bisa saya hidangkan selain dari dua potong roti manis tadi. Tapi, pengemis itu muncul, dan saya berikan dua potong roti manis itu kepada pengemis tadi, karena saya ingat janji Allah, kalo siapa aja yang berbuat kebajikan akan diganti setidaknya 10 kali lipat. Maka ketika pelayan itu membawa roti manis, aku yakin, itulah ganti yang Allah SWT janjikan untuk pemberian saya pada pengemis tadi. Namun, jumlahnya hanya 18, dan bukan 20 seperti janji Allah. Sayapun sadar kalo pelayan itu minimal telah keliru. Dan dugaan saya benar.”