Minggu, 25 Oktober 2009

Cerita Sahabat Muslim 7


Kenapa Bisyr Bertelanjang kaki

            Sejak kejadian itu, Bisyr bertobat abis. Hari-hari dugemnya lewat, berganti dengan hari-hari mukti alias mendekatkan diri kepada Allah SWT di masjid. Air matanya sering bercucuran karena malu mengingat dosa-dosa yang telah ia lakukan.
            Dikisahkan, saking sangat seriusnya bertobat, Bisyr nggak segan mendatangi Imam Ahmad bin Hanbal, seorang imam dan tokoh hukum islam yang terkenal pada masanya. Pada Imam Ahmad, Bisyr meminta bimbingan agar bisa ibadah lebih baik dan lebih baik lagi.
            Subhanallah. Ternyata Bisyr justru lebih giat ibadahnya. Lama-lama, ketekunan Bisyr mendekatkan diri kepada Allah, jadi mahsyur, jadi terkenal dimana-mana. Dari seorang dugemers, ia kini malah kondang sebagai seorang sufi yang begitu asyik mencintai Allah, lebih dari seseorang yang merindukan seorang kekasihnya.
            Bahkan, Imam Ahmad bin Hanbal yang membimbingnya bertaubat kepada Allah, pada akhirnya malah gentian sering berkunjung ke rumah Bisyr. Soalnya, Imam Ahmad merasa bahwa ketaatan ibadah Bisyr justru lebih bagus daripada dirinya. Emang dasar Imam Ahmad orangnya rendah hati juga, sih. Maka, jika bertemu, biasanya Imam Ahmad bin Hanbal berkata, “Wahai Bisyr, ceritakan kepadaku tentang tuhanku.”
            Dari seorang pemuda gaul yang tukang ngedrugs, preman yang tukang bikin onar, Bisyr kini dikenal sebagai pemuda alim, amat taat dan dekat kepada Allah SWT. Oya, sedemikian malunyanya Bisyr sama Allah, suatu hari Bisyr bertekad nggak akan mau lagi pakai alas kaki alias nyeker nggak pake sandal. Ketika ditanya kenapa beliau melakukan itu, Bisyr menjawab,
            “Aku udah begitu banyak berbuat dosa, oleh sebab itu aku malu banget sama Allah. Karenanya, aku merasa nggak pantes menginjak bumi-Nya yang suci ini sambil pakai sepatu atau sesuatu.”
            Jadi, sejak saat itu, karena ogah pake alas kaki, kini Bisyr dikenal dengan julukan baru: Bisyr “si kaki telanjang”. Eh, konon, sejak saat itu, tak satupun binatang tunggangan, seperti keledai dan unta, yang buang hajat sembarangan di jalan-jalan kota Baghdad. Seolah-olah, binatang-binatang itu nggak mau mencemari kaki Bisyr dengan kotoran mereka.
            Yah, begitulah. Sampai suatu hari, seorang sufi berjalan memasuki ota Baghdad dengan keledai tunggangannya. Tiba-tiba ia terkejut melihat keledainya membuang hajat di tengah jalan. Keledainya menunduk sedih dan berseru, “Wahai, Bisyr si kaki telanjang telah tiada.”
            Wah, ternyata benar!saat itu, Bisyr memang wafat dengan tenang. Sang sufi tahu hal itu, karena saat Bisyr masih hidup, keledai-keledai tak mau membuang hajat sembarangan. Jadi, begitu keledai sudah buang hajat sembarangan, itu artinya Bisyr memang sudah tiada.