Rabu, 04 November 2009

Cerita Sahabat Muslim 14


Lentera Berayun-ayun di Kepala Rabi’ah
            Sekarang, kita ketemu sama Rabi’ah adawiyah. Beliau ini seorang sufi wanita yang amat terkenal dalam sejarah kejayaan islam. Ia dikenal dengan doktrinnya tentang cinta kepada Allah SWT.
            Beliau juga yang terkenal karena konon pernah ngomong gini,
            “Ya Allah, kalau aku menyembahMu Karena menghindar dari nerakaMu, campakkan saja aku ke neraka. Kalau aku menyembahMu karena berharap surge, tutup pintuMu rapat-rapat. Tapi, kalau aku menyembahMu karena mengharap rahmatMu, jangan pisahkan aku dari rahmatMu.”
            Jangan buru-buru bilang Rabi’ah sombong, seperti yang pernah dikomentari sama kalangan tertentu. Kalo saya bilang, do’a Rabi’ah sebenarnya cerdik juga. Mau deket sama rahmat Allah, ya jatuhnya di sorga juga kan?
            Nah, karena itu, banyak hal-hal ajaib yang konon diriwayatkan terjadi pada Rabi’ah adawiyah ini. Beliau ini dikenal punya kedudukan yang istimewa, karena dalam sejarah islam, jarang kita jumpai adanya seorang sufi wanita. Padahal, awalnya Rabi’ah adalah seorang budak yang didapat dari sebuah peperangan. Ia ditangkap dan akhirnya dijual kepada seorang saudagar pemilik took besar di kota Baghdad.
            Sebagai budak, Rabi’ah rajin banget ngerjain berbagai pekerjaan yang diberikan kepadanya. Cuma, sayang sekali, tuannya sering kasih pekerjaan yang banyak. Akibatnya, ia sering baru bisa beranjak tidur kalo malam udah larut. Meski begitu, Rabi’ah jarang mengeluh. Memang, Rabi’ah berbeda dengan kebanyakkan budak seusianya.
            Sadar kalo dirinya sebatang kara, Rabi’ah sering menghabiskan malam-malamnya dengan shalat dan bermunajat kepada Allah SWT. Lama kelamaan, hatinya dipenuhi oleh rasa cinta yang begitu mendalam hanya kepada Allah SWT. Maka, dalam berdo’a, Rabi’ah lebih sering menangis bagaikan seseorang yang mabuk rindu kepada kakasihnya.
            So, pada suatu malam, majikan Rabi’ah terbangun dari tidurnya karena suatu keperluan. Ketika melewati kamar tidur Rabi’ah, ia terkejut karena mendengar suara Rabi’ah yang sedang merintih dan menangis. Wah, piker sang majikan, jangan-jangan terjadi sesuatu sama Rabi’ah! Maka, diam-diam, ia nguping ke dinding, dan mencoba cari tahu, apa sih yang ditangisi Rabi’ah malam-malam gini?soal makanan di rumah yang kurang enak?atau Karena gajinya yang suka telat dibayar?
            Eh, ternyata bukan rebut soal gaji. Rabi’ah terdengar terisak-isak sambil megucapkan kata-kata ini,
            “Wahai tuhanku, malam akan segera berlalu, dan rinduku belum habis dalam mencintai-Mu. Namun apalah dayaku? Majikanku yang kepadanya Engkau telah menitipkan diriku, akan memintaku untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan harianku. Ampuni aku karena terlalu sebentar bercengkerama dengan-Mu, karena akupun tak ingin mengecewakan majikanku.”
            Whaduh, alangkah kagetnya sang majikan mendengar namanya disebut-sebut dalam do’a Rabi’ah. Pelan-pelan, ia mengintip lewat jendela kecil yang ada di pintu, untuk melihat apa sebenarnya yang dilakukan Rabi’ah. Dan ia langsung Shock!karena, di atas kepala Rabi’ah, sebuah lampu pelita berayun-ayun meneranginya, tanpa seutas talipun yang menahannya. Kontan, sang majikan menggigil ketakutan, dan cepat-cepat ia kembali ke kamarnya.
            Besok paginya, sang majikan memanggil Rabi’ah dan bilang, “Aku udah dengar do’amu pada Allah SWT tadi malam. Rasanya aku nggak pantes menghalang-halangimu dalam beribadah kepada-Nya. Sekarang, pergilah kemana aja kamu suka, karena kamu udah aku bebaskan.”
            Duh, Rabi’ah girang banget. Dia langsung sujud syukur kepada Allah SWT. Maka ia pun pergi menuju daerah di tepi sungai Eufrat, tak jauh dari kota Baghdad. Di sana ia membangun pondok, dan menghabiskan waktunya beribadah kepada Allah dengan rasa cinta yang meluap-luap. Dari dialah kemudian dunia sufi mengenal doktrin cinta sebagai media mendekatkan diri kepada Allah Ta’aala.