Selasa, 24 November 2009

Menunaikan Ibadah Haji yukkkk....



Sekolah Idul Adha
Maka dirikanlah shalat dan berkorbanlah (QS. Al Kautsar)
            Idul Adha adalah sebuah sekolah, pendidikan dan media pendidikan bagi umat islam untuk mencontoh sebuah pengorbanan dari seorang manusia Ibrahim as, yang siap rela untuk mengorbankan anaknya sendiri Ismail as, demi melaksanakan perintah Allah SWT, untuk beribadah kepada-Nya.
            Pengorbanan tersebut hanya dapat dilaksanakan jika seseorang telah menjadikan perintah Allah, lebih utama dari segala apa yang dia miliki, walaupun anaknya sendiri. Cinta kepada melaksanakan perintah Allah harus lebih tinggi daripada cinta kepada anak dan harta. Ini merupakan ujian sebuah keimanan. Tetapi jika seseorang itu (mungkin termasuk saya kali ya…) masih sayang kepada hartanya daripada mengorbankan harta miliknya pada jalan Allah, maka orang tersebut belum memiliki kwalitas iman yang diharapkan. Dalam kitab suci Al-Qur’an di jelaskan :
Katakanlah: jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaanmu yang khawatir merugi, rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan daripada berjihad dijalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya:, dan Allah tidak member petunjuk kepada orang yang fasik” (QS. Attaubah:24)
            Dari ayat di atas, dapat dilihat bahwasanya jika seseorang lebih mencintai dirinya, anak-anaknya, harta kekayaannya, sehingga menghalanginya untuk membelanjakan harta tersebut di jalan Allah, maka orang tersebut termasuk orang yang fasik, dan mereka akan mendapat azab Allah.
            Dengan kata lain, dapat dikatakan, bahwa umat islam belum berani berkorban, masih lebih cinta pada kehidupan dunia, daripada mengorbankan hartanya untuk kepentingan dakwah dan perjuangan, umat islam pasti tetap dalam keadaan susah dan menderita. Ini merupakan sunnatullah. Jika umat islam masih lebih banyak menikmati harta kekayaan yang Allah berikan daripada memberikan harta tersebut di jalan Allah, maka umat islam tidak akan mencapai kemenangan.
            Berani berkorban, dengan memberikan segala yang dimiliki untuk memperjuangkan agama Allah, untuk kepentingan umat, merupakan syarat utama dalam sebuah perjuangan, dan merupakan bukti keimanan kepada Allah SWT. Inilah yang dinyatakan dalam surah al Kautsar:
Sesungguhnya kamu telah memberika kepadamu nikmat yang banyak, maka dirikanlah shalat kepada tuhanmu, dan berqurbanlah. Sesungguhnya orang yang membenci kamu dialah yang terputus”. (QS. Al Kautsar)
            Ayat ini menegaskan bahwa musuh akan hancur, kebathilan akan sirna, jika umat islam sudah berani berkorban atas segala yang dimilikinya.
            Jika umat islam masih sayang dengan apa yang dimilikinya, masih lebih mementingkan membuat rumah yang besar daripada membuat sekolah, perpustakaan, madrasah, maka musuh umat islam tidak pernah bisa dikalahkan.
            Ini sebagai pelajaran kepada kita semua (khususnya saya), bahwa suatu kebenaran harus diperjuangkan dengan biaya yang tinggi, suatu perjuangan memerlukan pengorbanan. Jika engkau belum berani berkorban, maka musuh kita tidak akan pernah kalah. Jika umat islam belum berani berkorban, maka musuh islam tidak akan pernah terkalahkan, karena umat islam lebih cinta kepada harta.
            Untuk mendidik jiwa siap berkorban setiap saat, maka Allah memberikan kepada umat islam sebuah ibadah Qurban setiap tahun pada hari raya Idul Adha, dengan mencontoh pengorbanan nabi Ibrahim as. Nabi Ibrahim as, mendapat kemenangan sehingga menjadi pemimpin, sebab dia telah berhasil lulus dari ujian pengorbanan. Dia berani mengorbankan dirinya sendiri, sehingga dicampakkan ke dalam api yang menyala, demi memperjuangkan ajaran tauhid yang diyakininya. Dia berani meninggalkan anak istrinya di tengah gurun pasir demi menjalankan perintah Allah. Ujian tertinggi, dia berani menyembelih anaknya Ismail, yang sangat dicintainya demi menjalankan perintah Allah.
            Jika pada hari raya idul adha, kita mengikuti Ibrahim as dengan menyembelih kambing, sapi, unta, berkorban kepada fakir miskin, maka pertanyaan yang sebenarnya adalah, apakah setelah itu kita berani mengorbankan harta kekayaan kita untuk berjuang di jalan Allah…?
            Jika umat islam memerluka dana untuk membangun masjid, sekolah, perpustakaan, rumah sakit, bea siswa, dana pendidikan, dan lain-lain, apakah kita siap berkorban…?
            Jika belum, berarti kita masih mencintai harta kita daripada berkorban di jalan Allah. Jika demikian, umat islam tidak akan pernah menang, dan musuh islam tidak akan pernah kalah.
            Malahan jika kita lihat orang kafir, untuk menghancurkan umat islam, mereka telah berani berkorban dengan segala yang mereka miliki.
            Lihat, bagaimana seluruh perusahaan barat saling mambantu gerakan untuk menghancurkan umat islam. Lihat….bagaimana besarnya dana yang diberikan oleh lembaga-lembaga swadaya masyarakat (LSM) barat yang beroperasi di dunia muslim, dengan memberika bantuan social, pendidikan, bea siswa, dengan tujuan untuk menghancurkan akidah umat islam. Ribuan mahasiswa muslim diberikan beasiswa oleh lembaga barat, agar nanti setelah mahasiswa tersebut kembali ke masyarakat muslim, mengajarkan islam dalam kerangka berfikir barat. Jutaan buku, majalah, dan artikel media cetak dan jaringan televise mereka dirikan dengan dana yang sangat besar hanya untuk memberikan informasi yang keliru terhadap umat islam. Ini semua mereka lakukan dengan mengorbankan harta kekayaan mereka untuk kepentingan musuh mereka.
            Jika mereka menang dan menjajah umat islam secara intelektual, informasi, budaya dan teknologi, maka memang suatu kewajaran sebab mereka telah berani mengorbankan harta kekayaan mereka untuk menyerang pemikiran dan akidah umat islam. Tetapi di saat yang sama, umat islam tidak berani berbuat yang sama, umat islam lebih cinta kepada kemewahan daripada perjuangan. Umat islam paling-paling berqurban dihari raya, atau memasukkan uang recehan ke dalam infaq masjid, sedangkan mereka memasukkan jutaan dolar pada lembaga mereka. Kita sibuk dengan berqurban ritual, membangun masjid, sedangkan mereka membangun stasiun tivi, membangun lembaga riset, memberika beasiswa kepada anak-anak muslim, sehingga anak-anak muslim kita menjadi ‘orang mereka’
            Sejarah telah mencatat, bahwa kemenangan umat islam di masa lalu tidak terlepas dari pengorbanan umat islam terdahulu. Sewaktu hijrah Abu bakar membawa seluruh kekayaannya sebanyak 5000 dirham untuk dipergunakan dalam perjuangan bersama nabi SAW. Utsman bin Affan berani berkorban seribu dinar untuk suatu perang, juga memberikan seribu ekor binatang tunggangan dan 50 ekor kuda untuk perang tabuk, dan dalam perang yang lain Utsman bin Affan menyumbang sebanyak 950 ekor unta dan 30 ekor kuda. Abdurrahman bun Auf berkorban sebanyak 40 ribu dirham, 500 ekor kuda, dan 1500 ekor unta untuk suaru peperangan. Sikap berkorban inilah yang menjadikan umat islam selalu mencapai kemenangan dimasa Rasulullah dan sahabat.
            Demikian juga sikap pengorbanan dari umat islam yang begitu hebat dengan membangun rumah sakit wakaf, perpustakaan wakaf, universitas wakaf, pusat riset wakaf, rumah anak yatim wakaf, jalan-jalan wakaf, dan beasiswa untuk mahasisiwa, penulis, ulama, dan segala keperluan pendidikan dan riset yang begitu besar, sehingga pada masa lalu umat islam mencapai masa keemasan dalam budaya, teknologi, ekonomi, polotik dan ilmu pengetahuan seperti di Baghdad, Andalusia. Ini semua dapat tercapai jika umat islam mempunyai sikap siap berkorban, mengorbankan harta kekayaan demi kepentingan umat, mbukan hanya sekedar berkorban kambing, atau umrah dan haji setiap tahun. Fa’tabiruu ya ulil albab…..

Sumber : istaid