Tak
perlu merayakan tahun baru
Di
penghujung tahun biasanya sangat berkesan. Ada dua kesan yang bisa kita miliki. Pertama,
kita akan meninggalkan tahun yang sedang kita lalui. Kedua, akan menjemput
tahun yang akan menghampiri kita. Kita akan meninggalkan semua kenangan manis dan
pahit di tahun yang akan kita tinggalkan. Sembari tentunya berharap mengukir
hari esok dengan lembaran sejarah baru yang akan kita buat dengan sejuta
rencana.
Seperti
biasanya kita sering di buat sibuk untuk menyambut tahun baru tersebut.
Berbagai acara dengan tema “OLD & NEW” digelar di berbagai tempat; hotel,
diskotik, perkantoran, taman hiburan, termasuk di berbagai media massa , khususnya media
elektronik.
Jika ada
tempat-tempat yang menggelar acara tersebut, maka biasanya para penghibur akan
laris manis mendapat tawaran mengisi acara yang
yang digelar. Hamper semua artis berlomba untuk mendapat tawaran
manggung. Tak ada bedanya dengan teman-teman artis lainnya, semua sibuk
mendapatkan uang.
Bahkan ada
kesan jika seorang artis bisa tampil di acara tahun baru, itu namanya artis
top. Apalagi jika yang minta dirinya untuk manggung rela antri, maka artis
biasanya akan memasang tariff besar agar yang memesan bisa sukses memboyongnya
ke tempat acara mereka. Saya kira hal itu merupakan bisnis yang menggiurkan.
Sayapun menggidapkan untuk bisa mendapatkan kesempatan seperti itu.
Namun,
setelah saya belajar ngaji, saya mulai membatasi pergaulan dengan teman-teman
artis. Bahkan ketika saya mulai mengenal dalam ajaran agama islam tentang hukum
merayakan tahun baru, kian kuat tekad saya untuk tidak mau terlibat lagi dalam
acara tersebut.
Menurut
guru ngaji saya waktu itu, tahun baru masehi yang sering dirayakan hampir oleh
seluruh menghuni dunia ini adalah bukan berasal dari ajaran islam. Tahun baru
masehi itu dirayakan oleh orang-orang yahudi untuk menyambut tahun baru mereka.
Biasanya, orang yahudi ketika menyambut tahun baru adalah dengan meniup
terompet beramai-ramai dan pawai keliling kota .
Dalam islam tidak diajarkan sama sekali tradisi seperti itu.
Wahai para
remaja, saya hanya ingin berbagi pengalaman dalam masalah ini, dan sedikit
menyampaikan apa yang saya ketahui tentang hal ini. Janganlah atas nama
mengikuti tren, lalu kita menjerumuskan diri kepada kemaksiatan. Bukan jamannya
lagi untuk mengikuti budaya yang sesat. Saatnya kita warnai hidup ini dengan
nilai-nilai islam. Itu jauh lebih indah. Jadi, tak perlu merayakan tahun baru
ya.?
Lebih baik
kita merenungi perjalanan yang telah kita lalui, sambil menyusun rencana untuk
tahun depan yang lebih baik. Bahkan seharusnya kita selalu memperbaiki diri
kita dari hari ke hari, tanpa harus menunggu akhir tahun. Terlebih jika hanya
dilakukan dengan hura-hura. Kita selamatkan diri kita semua dengan berpegang
teguh pada ajaran islam “kang hari mukti’
Tidak ada komentar:
Posting Komentar