Senin, 04 Januari 2010

Tak perlu merayakan tahun baru


Tak perlu merayakan tahun baru
            Di penghujung tahun biasanya sangat berkesan. Ada dua kesan yang bisa kita miliki. Pertama, kita akan meninggalkan tahun yang sedang kita lalui. Kedua, akan menjemput tahun yang akan menghampiri kita. Kita akan meninggalkan semua kenangan manis dan pahit di tahun yang akan kita tinggalkan. Sembari tentunya berharap mengukir hari esok dengan lembaran sejarah baru yang akan kita buat dengan sejuta rencana.
            Seperti biasanya kita sering di buat sibuk untuk menyambut tahun baru tersebut. Berbagai acara dengan tema “OLD & NEW” digelar di berbagai tempat; hotel, diskotik, perkantoran, taman hiburan, termasuk di berbagai media massa, khususnya media elektronik.
            Jika ada tempat-tempat yang menggelar acara tersebut, maka biasanya para penghibur akan laris manis mendapat tawaran mengisi acara yang  yang digelar. Hamper semua artis berlomba untuk mendapat tawaran manggung. Tak ada bedanya dengan teman-teman artis lainnya, semua sibuk mendapatkan uang.
            Bahkan ada kesan jika seorang artis bisa tampil di acara tahun baru, itu namanya artis top. Apalagi jika yang minta dirinya untuk manggung rela antri, maka artis biasanya akan memasang tariff besar agar yang memesan bisa sukses memboyongnya ke tempat acara mereka. Saya kira hal itu merupakan bisnis yang menggiurkan. Sayapun menggidapkan untuk bisa mendapatkan kesempatan seperti itu.
            Namun, setelah saya belajar ngaji, saya mulai membatasi pergaulan dengan teman-teman artis. Bahkan ketika saya mulai mengenal dalam ajaran agama islam tentang hukum merayakan tahun baru, kian kuat tekad saya untuk tidak mau terlibat lagi dalam acara tersebut.
            Menurut guru ngaji saya waktu itu, tahun baru masehi yang sering dirayakan hampir oleh seluruh menghuni dunia ini adalah bukan berasal dari ajaran islam. Tahun baru masehi itu dirayakan oleh orang-orang yahudi untuk menyambut tahun baru mereka. Biasanya, orang yahudi ketika menyambut tahun baru adalah dengan meniup terompet beramai-ramai dan pawai keliling kota. Dalam islam tidak diajarkan sama sekali tradisi seperti itu.
            Wahai para remaja, saya hanya ingin berbagi pengalaman dalam masalah ini, dan sedikit menyampaikan apa yang saya ketahui tentang hal ini. Janganlah atas nama mengikuti tren, lalu kita menjerumuskan diri kepada kemaksiatan. Bukan jamannya lagi untuk mengikuti budaya yang sesat. Saatnya kita warnai hidup ini dengan nilai-nilai islam. Itu jauh lebih indah. Jadi, tak perlu merayakan tahun baru ya.?
            Lebih baik kita merenungi perjalanan yang telah kita lalui, sambil menyusun rencana untuk tahun depan yang lebih baik. Bahkan seharusnya kita selalu memperbaiki diri kita dari hari ke hari, tanpa harus menunggu akhir tahun. Terlebih jika hanya dilakukan dengan hura-hura. Kita selamatkan diri kita semua dengan berpegang teguh pada ajaran islam “kang hari mukti’

Tidak ada komentar:

Posting Komentar